Anda di halaman 1dari 9

RUMAH TORAJA

Rumah Adat Toraja, Tongkonan


Tanah Toraja terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di antara pegunungan
Latimojong dan Gunung Reute Kambola. Komunitas Toraja terdiri dari tiga kelompok: Toraja
Timur di sekitar Danau Poso, Toraja Barat di sekitar danau Palu dan Kalawi di Sulawesi Tengah.
Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas".
Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal
akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya.
Arsitektur rumah Toraja memiliki bentuk khasnya tersendiri. Rumah ini berbentuk seperti kapal
dengan dua ujungnya berbentuk busur. Menurut legenda, suku Toraja berasal dari laut utara.
Ketika berlayar, mereka terjebak badai, terdampar dan perahu mereka rusak. Karena tidak dapat
dimanfaatkan lagi, perahu itu digunakan sebagai atap rumah mereka yang disebut Tongkonan..
Letak bangunan harus mengahadap ke utara. Rumah tradisional berbentuk persegi panjang
dengan perbandingan lebar 1:2. Lebar bangunan antara 2m sampai 4m.

A. Pembagian Ruang Tongkonan

Denah Tongkonan
Orientasi dari tongkonan selalu menghadap ke arah utara, karena masyarakat Toraja percaya
bahwa utara menyimbolkan kehidupan. Inilah alasan mengapa desa Toraja berdiri berjajar dari
timur ke barat. Lumbung padi berdiri menghadap tongkonan dengan bagian depan yang
mengarah ke selatan. Parampa adalah halaman yang berada di antara tongkonan dan alang.
Halaman ini digunakan sebagai tempat untuk mengeringkan padi, tempat bermain anak-anak,
tempat perempuan bekerja, dan tempat untuk adu ayam. Terdapat paling tidak tiga ruang di
dalam tongkonan:
Tangdo
Ruangan ini terletak di bagian utara. Di ruang pertama ini terdapat tangga yang memberikan
akses ke ruang tengah. Tangdo adalah kamar tidur untuk gadis yang belum menikah.
Sali
Ini adalah ruang keluarga utama. Di ruang ini terdapat tungku yang terletak di bagian timur.
Tungku ini terdiri dari kotak kayu besar yang biasa digunakan untuk memasak (disebut dapo)
dan dapat pula berfungsi sebagai perapian karena wilayah Toraja seringkali mengalami cuaca
dingin. Tungku ini terletak di bagian timur karena makanan dan beras diasosiasikan dengan

kehidupan. Sali juga merupakan ruang tidur bagi laki-laki yang belum menikah serta para
pelayan.
Sumbung
Ruang ketiga ini berada di selatan. Ini adalah ruang tidur pemilik rumah dan istrinya. Barangbarang berharga juga disimpan di ruangan ini, dalam sebuah keranjang yang disebut
batutu.Ruang di bawah Longa (bagian atap yang menggantung) biasa digunakan sebagai
tempat untuk menenun. Sedangkan ruang di kolong rumah yang disebut bala-bala biasa
digunakan sebagai kandang hewan ternak seperti ayam, sapi, babi dan tentu saja binatang yang
paling penting bagi masyarakat Toraja, kerbau.

B. Konstruksi Tongkonan
Tongkonan dibangun dengan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, dan rotan. Rangka, tiang
dan balok biasanya dibuat dari kayu atau bambu. Lantainya terdiri dari papan kayu yang
diletakkan di atas palang melintang, antara papan lantai dan palang kayu, terdapat lapisan bambu
untuk memberikan kekakuan lebih pada lantai. Sementara itu, dinding dan partisinya terbuat dari
papan kayu, pancang kayu, atau anyaman bambu. Semua komponen ini dibuat terlebih dahulu di
tempat terpisah yang disebut pondok. Setelah jadi, barulah komponen-komponen ini disusun
menjadi satu di tempat yang telah ditentukan tanpa menggunakan paku.

Atap Tongkonan Tradisional dari Bambu


Tidak ada karakter material yang spesifik. Material alami hanya digunakan karena alasan
ekonomi dan kepraktisan. Mereka cenderung menggunakan material yang mudah diperoleh
selama material tersebut cukup kuat dan memiliki ukuran yang sesuai. Pada perkembangannya,
tidak ada larangan untuk menggunakan material lain selama nilai-nilai filosofis dari Tongkonan
tetap dapat dipertahankan.
Struktur dan Bahan Bangunan
Pada umumnya sistem struktur yang dipakai untuk bangunan Tongkonan adalah sistem
konstruksi pasak (knock down) Beberapa keistimewaan tongkonan adalah:
1. Katik, bagian depan bentuknya agak berbeda yaitu bentuknya panjang dan ramping.

2. Bagian tiang kolom, untuk tongkonan yang tertua berjumlah 7 buah, berjajar pada bagian
lebar bangunan. Tiang kolom pada alang seluruhnya berjumlah 8 buah, dengan 2 kolom
berjajapada bagian lebar bangunan dan 4 kolom ke arah belakang/ bagian panjang
bangunan.
3. Bangunan/Tongkonan yang tertua mempunyai struktur bangunan yang lebih rendah
daripada tongkonan yang baru dengan bentuk tiang kolom empat persegi.

Gambar Struktur Tongkonan


Bentuk dari Tongkonan dapat dibagi menjadi:
1. Bagian kolong rumah (sulluk banua)
1. Pondasi: pondasi yang digunakan adalah dari batuan gunung, diletakkan bebas di
bawah Tongkonan tanpa pengikat antara tanah, kolom dan pondasi itu sendiri.
Pondasi jenis ini juga mengatasi hambatan berupa keadaan tanah yang basah

karena curah hujan yang tinggi, karena kayu-kayu kolom tidak langsung
menyentuh tanah.

2. Kolom/tiang (ariri): tiang terbuat dari kayu uru, sedangkan untuk alang
digunakan kayu nibung, sejenis pohon palem. Bentuk kolomnya persegi empat,
pada alang bentuknya adalah bulat. Perbedaan bentuk tersebut menunjukkan
perbedaan dari fungsi bangunan, yaitu Tongkonan untuk manusia, sedangkan
alang untuk barang (padi). Penggunaan kayu nibung dimaksudkan agar tikus tidak
dapat naik ke atas, karena serat kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat
licin.
3. Balok: sebagai pengikat antara kolom-kolom digunakan balok-balok dengan
fungsi seperti sloof, yang dapat mencegah terjadinya pergeseran tiang dengan
pondasi. Hubungan balok dengan kolom digunakan sambungan pasak, disini tidak
dipergunakan sambungan paku/baut. Bahan yang digunakan adalah kayu uru.
Jumlah baloknya ada 3 buah, sedangkan pada alang hanya 1 buah, yaitu sebagai
pengikat pada bagian bawah. Tangga menggunakan kayu uru.
2. Bagian Badan rumah
1. Lantai: pada Tongkonan terbuat dari papan kayu uru yang disusun di atas
pembalokan lantai. Disusunya pada arah memanjang sejajar balok utama.
Sedangkan untuk alang terbuat dari kayu banga.

2. Dinding: pada Tongkonan dinding disusun satu sama lain dengan sambungan
pada sisi-sisi papan dengan pengikat utama yang dinamakan Sambo Rinding.
Dinding yang berfungsi sebagai rangka menggunakan kayu uru atau kayu kecapi.
Sedangkan dinding pengisinya menggunakan kayu enau.
3. Bagian kepala
1. Atap: pada Tongkonan terbuat dari bambu-bambu pilihan yang disusun tumpang
tindih yang dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh tali bamboo/rotan.
Fungsi dari susunan demikian adalah untuk mencegah masuknya air hujan melalui
celah-celahnya. Fungsi lain adalah sebagai ventilasi, karena pada Tongkonan tidak
terdapat celah pada dindingnya.
Susunan bambu di taruh di atas kaso yang terdapat pada rangka atap. Susunan tampak (overstek)
minimal 3 lapis, maximal 7 lapis, setelah itu disusun atap dengan banyak lapis yang tidak
ditentukan, hanya mengikuti bentuk rangka atap sehingga membentuk seperti perahu.
Fungsi dari Tolak Somba adalah untuk menunjang/menopang agar Longa tidak runtuh/turun.
Sangkinan Longa adalah sebagai keseimbangan dari Longa. Semakin panjang Longanya maka
jumlah Sangkinan Longanya pun semakin banyak.
Dinding: susunanya seperti dinding pada bagian kepala badan

Pembagian Tongkonan secara Umum

Di antara ketiga bagian tersebut terlihat pemisahan yang jelas. Hal ini dilakukan agar masingmasing bagian dapat diselesaikan secara sendiri-sendiri namun dapat disatukan membentuk suatu
struktur yang kompak dimana seluruh elemennya saling berkaitan. Pada bagian ujung atas tiang
kolong terdapat balok tangga yang berfungsi memindahkan beban dari tiang yang ada di
bawahnya untuk diteruskan ke tanah melalui pondasi batu.Di bawah balok tangga terdapat tiga
susunan balok pada arah melebar dan memanjang yang berfungsi untuk mengikat tiang-tiang
pada posisi vertikal, dan menahan gaya-gaya luar,seperti angin.
Konstruksi Knockdown
Rumah Tongkonan menggunakan sistem konstruksi knockown atau bisa disebut sistem
konstruksi bongkar pasang. Rumah kayu sistem bongkar pasang mudah dibongkar dan dipasang
serta tidak memakai paku sebagai alat sambungnya. Tipe sambungan kayu yang dipakai
mempunyai kemiripan misalnya pada bagian kolom, balok, lantai dan dinding
Konstruksi kayu walaupun secara sempurna diselesaikan melalui sambungan pen dan
lubang, takik, tekan, tarik, tumpu serta kait tetap harus diperkuat dengan alat penyambung.
Penelitian ini tidak mengunakan paku sebagai alat sambungan kayu. Sebagai penggantinya
adalah sambungan kayu tradisional berupa pasak untuk pintu dan jendela serta sambungan
lainnya berupa baut dan mur. Karena sifat dari rumah kayu ini adalah bongkar pasang, maka
tidak digunakan bahan penyambung berupa perekat atau lem kayu..
Secara umum sistem struktur pada bangunan Tongkonan adalah konstruksi rangka
sederhana. Untuk sambungannya, antara balok dan kolom menggunakan sambungan tusuk (pen)
yang dapat menahan beban dari atas. Sedangkan sambungan pada kuda-kuda dan rangka atap
menggunakan sistem ikat dengan rotan dan sistem jepit.

Sambungan Kayu

Anda mungkin juga menyukai