Anda di halaman 1dari 12

RUMAH GADANG

JENIS ATAP

Jenis atap Rumah Gadang merupakan atap jenis pelana namun dimodifikasi
menjadi melengkung di ujungnya seperti tanduk kerbau. Pada mulanya penutup
atap rumah gadang menggunakan ijuk yang diikatkan dengan tali rotan pada rengreng bambu. Akan tetapi sekarang banyak dijumpai Rumah Gadang yang
menggunakan penutup atap seng. Hal ini dikarenakan material ijuk yang
membutuhkan waktu lama dalam proses pembuatannya dan juga penggunaan
material seng yang elastis sesuai dengan karakteristik bentuk Rumah Gadang yang
lengkung. Akan tetapi pemakaian atap seng menyebabkan perubahan termal
dalam rumah.
Konstruksi atap menggunakan material yang mudah dilengkungkan seperti bambu
untuk nok dan reng-reng atap. Bentuk segitiga atap menggunakan kayu yang
dibentuk segitiga sehingga menyerupai kuda-kuda masa kini. Balok kayu kasau
disilangkan dan ditahan oleh balok kayu dengan posisi tidur. Atap menggunakan

rangka bambu. Ujung atap melengkung ke atas diikat dengan rotan dan diberi
ornamen.

JENIS KOLONG
Jenis kolong pada Rumah Gadang yaitu tiang bebas. Jarak lantai rumah dengan
lantai luar sekitar 1-2 meter sehingga memungkinkan terjadinya aktivitas di
kolong. Kebanyakan kolong dari rumah gadang digunakan sebagai gudang luar
untuk menyimpan peralatan bercocok tanam ataupun kayu-kayu bakar.

JENIS BERDIRI
Rumah gadang merupakan rumah tradisional dengan bentukan panggung dimana
pondasi rumah tidak ditanam dalam tanah tetapi diekspos pada permukaan tanah
dengan cara menumpukan tiang kolom pada sebuah batu atau yang kita sebut
pondasi umpak. Sistem pondasi tersebut juga dapat dianggap sendi terbatas.
Dengan meletakkan kolom diatas batu yang tidak ditanam didalam tanah,
memungkinkan bangunan tidak banyak terkena dampak muai susut tanah,
kelembaban tanah dan serangga-serangga yang dapat merusak kayu. Selain itu,
batu pondasi dapat berfungsi sebagai base isolator sehingga dapat menahan
energi getaran gempa.

PEMILAHAN BANGUNAN

Bagian Kepala

Bagian Dinding

Bagian Kolong

a) Kepala
Bagian kepala merupakan bagian atap Rumah Gadang. Material konstruksi
atap menggunakan bahan kayu. Sedangkan untuk penutup atap menggunakan
ijuk, yaitu serat kasar warna hitam yang berasal dari batang pohon aren
(Arengan Saccarifera) yang disusun menjadi papan-papan ijuk menggunakan
teknik ikatan.
b) Dinding
Pada luar dinding Rumah Gadang dihiasi oleh ukiran yang berwarna-warni.
Material penutup dinding terbuat dari papan kayu atau anyaman bilah bambu.
Dinding bukanlah bidang struktur, tapi hanyalah bidang pengisi struktur yang
berfungsi untuk menutup ruang-ruang hunian.
c) Kolong
Kolong pada umumnya berfungsi sebagai kandang ternak, sehingga sekeliling
dinding kolom ditutup dengan pagar. Rumah panggung dengan kolong di
bawahnya juga berfungsi untuk menjaga rumah tidak lembab, kering dan sehat.
TEKNIK KONSTRUKSI

Kolom dan Balok


Pada sistem struktur kolom dan balok rumah gadang
menggunakan sistem pasak kayu dimana kolom dan
balok disambung atau dirangkai tanpa menggunakan
paku. Kolom pada rumah gadang biasanya
menggunakan kayu keras yang dikenal dengan
sebutan kayu juar.
Dinding
Dinding rumah gadang merupakan dinding pengisi karena konstruksi utama
terletak pada susunan tiang kayu. Dinding kayu disusun dari panil papan kayu
yang dipasang pada balokbalok dengan sambungan
lidah. Pada dinding rumah
gadang terdapat banyak
bukaan
jendela
yang
dilengkapi dengan daun
jendela atau teralis kayu.
Untuk
perlubangan
jendela
dibuat
dengan
menyusun balok pada
ketinggian ambang jendela dan
tiang jendela pada sisisisinya sehingga terbentuk
lubang jendela. Balok
untuk ambang jendela disebut
pangadan.
Lantai
Sistem yang digunakan yaitu
pembalok lantai. Balok
lantai ditakik ke dalam tiang dengan arah melintang dan membujur. Material yang

digunakan untuk konstruksi lantai yaitu kayu, sedangkan untuk penutup lantai
bilah bambu dan papan kayu.
Konstruksi lantai Rumah Gadang bertumpu pada balok-balok yang disebut
palanca, sigitan dan rasuak. Balok rasuak mengikat 5 kolom pada bagian
melintang rumah dan diatasnya ditumpuk dengan balok sigitan. Balok palanca
mengikat jajaran tiang pada sisi membujur rumah. Di atas balok sigitan terdapat

balok lantai dengan arah membujur yang disebut jariau. Balok ini membagi modul
lantai menjadi lebih kecil sehingga mengurangi lendutan pada penutup lantai.
DETAIL KONSTRUKSI
Tektonika yang terbentuk pada rumah
gadang terletak pada bagian atapnya,
dimana rangka rangka pada atap disusun
hingga membentuk kurva dan dilakukan
perulangan
sehingga
menghasilkan
estetika dengan menggunakan sistem
kasau bersilang dan dibawahnya ditahan
oleh balok. Ujung atap melengkung ke
atas diikat dengan rotan dan diberi
ornamen. Dengan atap yang berbentuk
melengkung ini dapat memberikan
keindahan tersendiri bagi Rumah Gadang.
Adviza Rindang Cahyaning 3215100024
Efira Isniah 3215100026

http://repository.petra.ac.id/15677/1/LAPORAN_BATAK_MINANG_TORAJA_
ALL.pdf
https://www.scribd.com/doc/289185832/makalah-konstruksi-rumah-gadang
https://www.academia.edu/9509023/Adaptasi_Sistem_Struktur_Rumah_Gadang_
Terhadap_Gempabumi
http://minangranahnandicinto.blogspot.co.id/2012/03/rumah-gadang-terkiniakankah-hanya.html
https://fadiahnurannisa.wordpress.com/2014/01/11/struktur-rumah-tradisionalnusantara-minangkabau/
http://rumahadatindonesia.blogspot.co.id/2013/06/rumah-gadang-atau-rumahgodang.html
https://www.academia.edu/18053019/ARSITEKTUR_VERNAKULAR_SUMAT
ERA_BARAT_-_RUMAH_GADANG

RUMAH UMA

Uma merupakan rumah adat Suku Mentawai yang banyak dijumpai di Kepulauan
Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.
Uma biasanya dihuni oleh 5 hingga 7 kepala keluarga dari keturunan yang sama.
Satu diantaranya anggota yang tinggal dalam sebuah rumah Uma disebut Sikerei.
Sikerei itulah yang oleh suku Mentawai dianggap sebagai tetua. Uma menjadi
pusat kehidupan bagi suku Mentawai. Di dalam Uma itulah, suku Mentawai
tinggal, menyelenggarakan pertemuan dan melaksanakan berbagai macam acara
adat, seperti penikahan. Uma juga menjadi tempat untuk menyembuhkan anggota
keluarga jika ada yang sakit.
Uma adalah rumah besar yang berfungsi sebagai balai pertemuan semua kerabat
dan upacara-upacara bersama bagi semua anggotanya. Uma terbuat dari kayu
kokoh dan berbentuk rumah panggung yang dibawahnya digunakan sebagai
tempat pemeliharaan ternak seperti babi.
Selain bangunan rumah uma ada bangunan lain yang disebut:

Lalep : tempat tinggal yang diperuntukan suami istri yang pernikahannya


sudah dianggap sah secara adat. Biasanya lalep terletak di dalam Uma.

Rusuk suatu pemondokan khusus, tempat penginapan bagi anak-anak


muda, para janda dan mereka yang diusir dari kampung atau orang-orang yang
di asingkan karena melanggar aturan adat Suku Mentawai.

Struktur
Sama seperti bangunan adat di wilayah lain, Uma pun memiliki keunikannya
sendiri. Salah satunya adalah pembangunannya yang tak menggunakan paku sama

sekali. Meski demikian, Uma tetap bisa berdiri tegak tak mudah roboh. Rahasia
Uma terletak pada peletakan pasak dan tiang yang cermat dan rapi. Selain itu,
konstruksi kokoh Uma juga berkat sambungan silang bertakik yang apik.
Secara umum, bangunan Uma menyerupai tenda ataupun atap yang cenderung
memanjang. Tenda atau atap ini dibangun di atas tiang-tiang. Tenda atau atap ini
menangungi Uma secara keseluruhan bahkan nyaris ke lantai rumah. Atap Uma
biasanya diambil dari daun rumbia serta tumbuhan lainnya yang hidup di rawa
atau bibir pantai. Kelebihan menggunakan atap rumbia yaitu terlihat alami,
menimbulkan suasana baru, ringan, dan relatif murah. Sedangkan kekurangannya
ialah daya tahan maksimal 4 tahun, sulit melakukan upaya perbaikan atau
pergantian, dan rawan bocor bila terjadi hujan lebat.
Kerangka bangunan Uma umumnya terdiri atas lima perangkat konstruksi utama
yakni tonggak-tonggak, balok-balok, serta tiang-tiang penopang atap. Semua fitur
ini kemudian dibangung berjejer dan melintang ke arah belakang. Untuk
kemudian mereka akan saling berhubungan bersama dengan balok yang
memanjang. Struktur Uma yang merupakan hasil dari teknik ikat, sambung dan
tusuk ini cukup kuat. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Uma pun
tidak sembarangan, melainkan bahan-bahan alam yang terjamin mutunya.
Denah

Luas rumah persatuan kepala keluarga rata-rata memiliki panjang 31 m, lebar


10 m, dan tinggi 7 m. Pembagian ruangannya cukup sederhana, di bagian depan
adalah serambi terbuka yang merupakan tempat untuk menerima tamu. Sedang

pada bagian dalam digunakan untuk ruang tidur keluarga. Di ruangan ini terdapat
pula perapian yang digunakan untuk memasak, suatu keadaan yang wajar
mengingat kegiatan siang hari bagi laki-laki dihabiskan di ladang atau di hutan,
sementara istrinya bertugas di kebun halaman dan memasak.
Bangunan uma ini terdiri atas dua bagian ruangan besar. Di depan ada beranda
yang luas tanpa dinding yang berfungsi untuk ruang tamu dan ruang keluarga
berkumpul dan bercakap-cakap pada malam hari. Di belakangnya, ruangan yang
berdinding menjadi ruang tidur dan dapur tanpa sekat.

JENIS ATAP
Jenis atap Rumah Uma merupakan jenis
atap pelana. Atap Uma disebut tobat, yang
dipilih dari daun sagu tua dan disusun
rapat. Oleh karena itu, Uma sanggup
bertahan selama puluhan tahun. Atap Uma
baru diganti setelah lebih dari 20 tahun.
Sebuah Uma masih bisa dipakai setelah
tobatnya diganti dua atau tiga kali. Reng
reng yang terbuat dari kayu pohon palem, mendukung atap dan rumbia yang
bertopang ke balokbalok memanjang sebelah bawah dan tengah.
Atap bangunan ini terbuat dari rumbia yang dianyam dengan tali bambu dan
disusun dengan jarak yang rapat. Anyaman rumbia ini juga menutupi bagian

depan atap pelana yang menjadi muka bangunan. Hal yang menarik adalah
adanya variasi anyaman rumbia dengan anyaman bambu berpola yang dipadukan
dan diikat ke struktur kuda- kuda di belakangnya.
Anyaman atap rumbia dipadukan dengan anyaman bambu

JENIS KOLONG
Jenis kolong Rumah Uma adalah
tiang
bebas.
Bangunan
ini
merupakan bangunan panggung
dengan tinggi 1 meter dari tanah.
Bagian kolong rumah digunakan
sebagai kandang babi. Panjang total
bangunan ini adalah 15 meter
dengan lebar 9 meter. Selain itu
bagian kolong juga digunakan
sebagai ruang penyimpanan berbagai keperluan untuk berburu seperti jala,
pelamping, dan juga tombak.
JENIS BERDIRI
Pondasi Uma terbuat dari batu karang. Batu karang terbukti cocok untuk menjadi
pondasi. Batu kali sulit didapatkan di Mentawai sehingga batu karang menjadi
pilihan utama. Tiang-ting utama (uggla) misalnya, selalu dipilih dari pohon uggla
yang sudah tua. Dua batang pohon setara dengan 7-9 m3 kayu. Untuk mendirikan
uma sebesar 7x22 meter, diperlukan 10 buah uggla. Material uggla adalah berupa
kayu arribuk. Tiang-tiang pada uma dibuat tidak sama panjang untuk
menanggulangi keadaan kontur tanah yang tidak rata. Penyusunan tiang dan balok
pada prinsipnya tidak menggunakan paku.

PEMILAHAN BANGUNAN

a t a p
b i l i k
k o l o n g

a) Atap
Atap rumah uma menyerupai atap tenda memanjang yang dibangun diatas
tiang-tiang, karena atap yang terbuat dari rumbia yang menaungi menjulur ke
bawah sampai hampir mencapai lantai rumah. Pohon sagu atau rumbia
merupakan bahan penutup atap dari daun pohon rumbia yang banyak tumbuh
di rawa atau pantai.
b) Bilik
Terdiri atas dua bagian ruangan besar. Di depan ada beranda yang luas tanpa
dinding yang berfungsi untuk ruang tamu dan ruang keluarga berkumpul dan
bercakap-cakap pada malam hari. Di belakangnya, ruangan yang berdinding
menjadi ruang tidur dan dapur tanpa sekat.
c) Kolong
Terdapat dibawah rumah tempat tinggal dan tidak memiliki dinding. Kolong ini
dimanfaatkan sebagai tempat untuk berternak babi.
TEKNIK KONSTRUKSI
Atap

Uma masyarakat Mentawai dibangun dengan material dominan adalah kayu. Jenis
kayu yang digunakan untuk pembangunan struktur utama Uma adalah kayu lokal
yang bernama kayu Ugla, kayu Ribbu, dan kayu Atteipora. Sementara kayu yang
digunakan untuk pemukaan lantai adalah kayu lokal bernama kayu Katuka. Untuk
dindingnya, digunakan kayu Gaharu atau bahasa lokalnya adalah kayu Simoite.

Struktur kuda-kuda yang digunakan untuk atap tidak sama dengan struktur kudakuda modern. Kuda-kuda modern berasal dari prinsip segitiga cremona yang
mendistribusikan beban lewat sekur dan batang-batang diagonal yang membentuk
segitiga. Struktur kuda-kuda rumah Mentawai tidak mengenal konstruksi segitiga
cremona. Pada rumah Mentawai, kuda- kuda yang ada hanya batang tengah
vertikal dan batang horisontal. Selain itu, pada struktur atap Uma, tidak ditemukan
ikatan angin pada batang tengah yang mengikat satu kuda-kuda dengan kuda-kuda
lainnya. Pada struktur kuda-kuda Uma, ikatan angin berupa bilah bambu yang
bersilang yang terletak pada bidang miring di bawah penutup atap rumbia.
Lantai
Sisi depan Uma ditutup dengan dinding rumbia yang terbentang ke bawah sampai
batas 1 meter dari lantai. Lantai beranda terbuat dari papan, sedangkan lantai
ruangan tidur dan dapur dari belahan kayu pohon kelapa yang dipasang jarangjarang sehingga sepanjang malam penghuni rumah akan mendengar suara babi
yang berisik di kolong rumah. Uma dibangun di tempat yang tidak rata. Perbedaan
ketinggian ini ditanggulangi dengan tiang-tiang penopang lantai yang panjangnya
berbeda-beda. Tanah di bawah kolong dijadikan kubangan babi. Lantai kayu yang
disusun jarang itu juga menjadi solusi bagi masalah sampah rumah tangga. Saat
memasak, potongan sayur, kulit kentang, dan sisa makanan dibuang ke sela lantai
dan dimakan oleh babi-babi di kolong. Lantai digunakan pula untuk menari
(puturukat). Bagian lantai yang letaknya di lorong tengah, antara perapian dan
dinding belakang bangsal, terbuat dari papan yang lebar serta diserut sampai halus
sehingga permukaannya tidak kesat lagi, bahkan dapat menghasilkan instrumen
musik pula.
Sistem sambungan
Uma dibangun tanpa menggunakan paku. Kekuatan konstruksinya didapat dari
sistem sambungan silang bertakik dan sambungan berpasak yang piawai.
Bangunan Uma menyerupai rumah dengan atap tenda memanjang yang dibangun
di atas tiang-tiang. Hal ini karena atap yang terbuat dari rumbia yang menaungi
menjulur ke bawah sampai hampir mencapai lantai rumah. Kerangka bangunan
terdiri atas lima perangkat konstruksi dari tonggak-tonggak, balok-balok, dan
tiang-tiang penopang atap. Kerangka bangunan ini dibangun berjejer melintang ke
belakang dan saling berhubungan dengan balok memanjang. Kekuatan struktur
Uma dihasilkan oleh teknik ikat, tusuk, dan sambung tradisional.

DETAIL KONSTRUKSI
Bangunan ini relatif besar dan panjang, mengingat suku Mentawai termasuk suku
yang besar. Penghuni yang pernah tinggal di bangunan ini ialah empat kepala
keluarga. Bangunan ini sangat menarik dan kaya dengan detail konstruksi yang
mengagumkan. Hampir tidak ditemukan paku pada bangunan utamanya. Paku
hanya ditemukan di beberapa elemen tambahan. Semua sistem konstruksi
bangunan ini menggunakan sistem pasak dan ikat.
Indah Tiara Ningrum 3215100023
Himmatul Azizah Almina 3215100003

https://asiacandira.wordpress.com/2015/05/10/rumah-adat-suku-mentawai/
http://helensitumeang.blogspot.co.id/2010/06/rumah-adat-mentawai.html
http://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/article/view/2385/1529
http://kebudayaan1.blogspot.co.id/2013/10/mengenal-rumah-adat-mentawai.html

Anda mungkin juga menyukai