Anda di halaman 1dari 8

RUMAH ADAT

RATENGGARO
MATA KULIAH SEJARAH
ARSITEKTUR NUSANTARA
Kampung Adat Ratenggaro adalah
sebuah kampung adat yang terletak di
Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi
Bangedo, Kabupaten Sumba Barat
Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berada di ujung selatan dan di pesisir
pantai yang indah. Desa ini berjarak
dari Tambolaka, ibukota Kabupaten
Sumba Barat Daya sejauh 56 kilometer.
SEJARAH
• Ratenggaro sendiri berasal dari kata rate (kuburan) dan nggaro atau gaura yaitu nama suku yang pertama
tinggal di kampung tersebut. Saat perang antar suku, kampung ini berhasil direbut dari suku Garo dan korban
yang kalah perang dikuburkan dalam kubur batu di desa tersebut. Kubur batu sendiri bentuknya persegi
seperti meja. Total ada 304 kubur batu yang berada di sini.
POLA PEMUKIMAN
Ada empat buah rumah khusus yang sangat disakralkan penduduk setempat, posisi rumah-rumah ini
mewakili empat penjuru mata angin dan letaknya saling berhadapan, yaitu:
• Uma Katode Kataku, berada di bagian paling selatan dan menghadap ke Utara.
• Uma Kalama (sebagai simbol dari ibu),  berhadapan dengan Uma Katode Kataku, yaitu menghadap ke
Selatan.
• Uma Katode Kuri, berada di timur menghadap ke Barat.
• Uma Katode Amahu (sebagai simbol dari saudara ayah dan ibu), berhadapan dengan Uma Katode Kuri yaitu
menghadap ke Timur.
Pendiri kampung tinggal di Uma Katode Kataku yang berada paling selatan menghadap ke utar, untuk
mengingatkan bahwa leluhur mereka berasal dari Utara. Pada tiang-tiang utama empat buah rumah khusus
tersebut di tiang utamanya terdapat cincin atau gelang. Posisi dan jumlah rumah-rumah yang terdapat di Desa
adat Rateranggo tidak pernah berubah dari dahulu dan semuanya terbuat dari bahan-bahan alami yang
terdapat di sekitar mereka.
Desa Adat Ratenggaro juga banyak terdapat kubur batu tua yang jumlahnya mencapai 304 buah yang usianya
bahkan berasal dari zaman megalitikum 4.500 tahun silam. Di antara kubur-kubur tua tersebut terdapat enam
titik yang dikeramatkan, yaitu
• Makam pendiri Ratenggaro yakni gaura dan Isterinya Mamba dan
• Empat buah tugu yakni :
1. Tugu pertama sebagi segel kampung sebagai penanda teritori kampung,
2. Tugu kedua Katode yaitu batu bertuah yang dipercaya mendatangkan kemenagan dalam berperang,
3. Tugu ketiga adalah kubur Ambu Lere Loha, yang dipercaya mempunyai kekuatan guntur kilat
4. Dan terakhir adalah tugu untuk meminta hujan.
Bagian – bagian Rumah Adat Ratenggaro
1. Bagian Atas : Atap
Struktur atap sumba di kampung Ratenggaro memiliki 7 lapis gording sebagai simbol 7 lapis langit yang melambangkan
keterbukaan terhadap Tuhan.

• Balok utama (ring balok/ gording pertama) menggunakan balok kayu kelapa, sedangkan jurai dan balok-balok pembagi
(gording dan kaso) menggunakan bambu utuh. Struktur ruang didalamnya terdiri dari 6 tingkatan yang berfungsi sebagai
loteng utama.

- Ring balok dan gording pertama/murpalat menggunakan balok kayu kelapa.

- Jurai dan balok pembagi berfungsi sebagai gording dan kaso yang menggunakan bambu utuh.

- Rangka atap menara berdiri diatas empat buah kolom utama.

- Sedangkan rangka atap jurai berhubungan dengan konstruksi menara yang pada pengakhirannya ditopang oleh kolom-
kolom dari kayu dolken.
• 2. Bagian Tengah : Kolom dan Dinding
Struktur rumah adat sumba pada umumnya, terdiri dari 4 (empat) buah kolom utama (dapa koko
pongga). Kolom tersebut menopang konstruksi atap menara. Kolom-kolom lainnya menopang atap
jurai. Kolom terbuat dari pokok kayu utuh/dolken yang sekaligus berfungsi sebagai pondasi. Kolom
utama terbuat dari pokok kayu kadiambil. Kolom-kolom penopang atap jurai terbuat dari kayu biasa
(tidak harus kayu kadiambil). Kolom-kolom tersebut berdiri langsung diatas tanah atau hanya
ditanam 50 cm kedalam tanah, kemudian diurung batu cadas. Konstruksi dinding umumnya terbuat
dari bambu dan kayu, namun di Sumba barat konstruksi dinding umumnya menggunakan bambu.
Dinding di ratenggaro terbuat dari bambu utuh yang disusun mendatar /horisontal. Hubungan
antar dinding dan pasak/ dilubangi melalui sebuah bambu dengan jarak interval ± 150 cm.
Pemasangan dinding bambu dengan tiang bambu, yang berfungsi sebagai kolom praktis, dilakukan
dengan cara diikat dengan tali yang terbuat dari akar gantung pohon (kahikara) yang didapat dari
hutan. Dinding
rumah di Ratenggaro tidak dilengkapi jendela. Udara masuk melalui kisi-kisi bambu yang digunakan
pada dinding dan lantai rumah. Setiap 2 meter dinding diberi kolom praktis (vertikal) bambu yang
diikat di bambu
horisontalnya.
• 3. Bagian Bawah : Lantai
Pembalokan Lantai rumah adat di pulau Sumba terdiri dari balok anak dan balok induk yang
menggunakan material kayu. Pada bagian atasnya ditutup dengan susunan bambu yang berfungsi
sebagai penutup lantai. Ketinggian teras Rumah ± 100 cm dari permukaan tanah datar, sehingga
dibutuhkan beberapa anak tangga yang juga terbuat dari bambu untuk mencapai lantai. Ketinggian
teras kedalam rumah ± 30 cm. Pembalokan ditumpangkan pada kolom. Hubungan kolom dengan
balok diikat dengan akar gantung. Kolom dan balok lantai terbuat dari kayu dolken

Anda mungkin juga menyukai