Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
Salah satu bangunan yang patut dilestarikan diprovinsi Kalimantan Tengah adalah
bangunan Betang Karamuan yang terletak di Desa Karamuan, Kecamatan Lahei,
Kabupaten Barito Utara, Muara Teweh. Betang yang dimiliki daerah ini adalah Betang
Karamuan yang ada di Desa Karamuan. Betang Karamuan berdiri pada tahun 1927,
didirikan oleh sesepuh dari penghuni betang itu yang bernama Gegon. Betang ini pada
awalnya di bangun dengan 3 ruangan, yang ditempati oleh Gegon, Lehe, dan Wari dengan
berbeda keluarga. Setelah 2 tahun kemudian ruang itu d tambah dan di huni oleh Dombo.
Menurut Kepala Adat tersebut, ketinggian Rumah Betang itu tinggi di karenakan untuk
menghindar serangan musuh yang mau menyerang dari bawah rumah, misalkan musuh
yang menggunakan Tombak.
1.2 Rumusan Permasalahan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas besar arsitektur tradisional dalam mengenal
Betang Karamuan, Desa Karamuan, Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara, Muara
Teweh. Dan menguraikan anatomi dan makna dalam filosofinya.
a. Anatomi Betang Karamuan, baik itu anatomi ruang maupun strukturnya.
b. Mengetahui hasil analisa terhadap Betang Karamuan, baik Site maupun Fisik
Betang Karamuan.
c. Menambah literatur dan pengetahuan tentang Betang Karamuan.
1.4 Metode Peneltitian
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan
metode deskriptif yaitu pengambilan data dari tulisan-tulisan tanpa menggunakan
pengkajian angka serta dengan menggunakan metode survei yaitu pengambilan data
lapangan. Berikut beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu:
a. Metode Pengumpulan Data
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
Dalam pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut yaitu
dengan melihat dari segi fungsi dan arsitekturalnya :
a. Tahapan pengumpulan data
b. Studi kepustakaan
Mencari data dari sumber-sumber literatur yang berkaitan dan relevan dengan judul.
Diantaranya :
1. Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Tengah.
2. Adat-istiadat Dayak Ngaju.
3. Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia.
4. Arsitektur Sebagai Warisan Budaya.
5. Arsitektur bentuk, ruang dan tatanan
6. Data internet yang berhubungan dengan judul.
7. Serta sumber literatur lain yang berhubungan dengan judul.
c. Analisa
Menganalisis data yang ada serta menggali potensi-potensi dan masalah yang
timbul, mencari keterkaitan antar masalah. Pada tahap ini berdasarkan pada landasan
teoritis berupa standar-standar yang berasal dari literatur studi kepustakaan.
Analisis dimaksudkan untuk mengadakan penilaian terhadap berbagai
keadaan, yang dilakukan berdasarkan prinsip -prinsip, pendekatan, metode serta
teknik analisa perancangan yang dapat dipertanggung jawabkan.
1. Metode analisa secara umum = Terkait fungsi kawasan Betang dan Lamin di
Kalimantan
2. Metode analisa secara arsitektural = Terkait tampilan bangunan dengan citra/gaya
arsitektur tradisional Kalimantan.
a. Sintesa
Merupakan tindak lanjut dari analisa di mana upaya pemecahan masalah di
lakukan secara menyeluruh dan terpadu. Potensi yang ada, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi diolah secara terpadu hingga di peroleh output berupa alternatif
pemecahan masalah, yang dalam hal ini berupa landasan program dan teori.Tujuan
dari metode ini adalah :
1.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
2.
Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam Makalah Arsitektur Nusantara ini
adalah sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan
Mengungkapkan latar belakang, permasalahan, tujuan, hipotesis, metode
penelitian, sistematika penulisan dan kerangka pikir.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Mengungkapkan pengertian judul baik obyek maupun pendekatan konsep,
serta gambaran umum yang menyangkut jenis kegiatan yang ada, serta hal-hal
yang berkaitan dengan obyek dan pendekatan desain.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Judul
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
Judul makalah untuk tugas besar Arsitektur Tradisional II berdasarkan tujuan
penelitian atau tujuan kkl yaitu membahas salah Betang yang dimiliki oleh Kalimantan
Tengah yaitu Betang Karamuan di desa Benua Hilir, Kabupaten Barito Utara.
Dan judul Betang Karamuan ini artinya sendiri adalah keseluruhan unsur dan
pelengkap yang ada terdapat dalam Betang Karamuan sebagai bagian dari peninggalan dari
sejarah dan arsitektur tradisional. Dengan pemahaman penyaji tugas adalah Betang
Karamuan dan merupakan bagian rumah tradisional Suku Dayak yang mempunyai beberapa
kesamaan hal seperti fungsi dan kepercayaan dan dalam hal desain bangunan. Dan terlepas
dari itu semua bangunan bangunan Betang yang ada pasti memiliki perbedaan yang perlu
untuk diketahui seperti dalam Betang Karamuan.
Jadi makalah ini membahas tentang hal yang terkait dengan fisik dan non fisik dalam
Betang Karamuan. Hal fisik adalah seperti fisik bangunannya sendiri, bahan, struktur dan
nonfisik dari Betang Karamuan adalah sejarahnya, filosofi kepercayaan dari adat dan agama
yang dimiliki oleh pemilik atau yang mendiaminya. Dalam hal ini makalah ini menguraikan
hampir kesemua yang dimiliki oleh Betang.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
Sekali pun rumah betang saat ini sudah hampir punah dan bahkan jenis bangunan
tempat tinggal semacam betang ini hampir musnah, namun suku Dayak di Kalimantan
Tengah cukup mengetahui bahwa yang dinamakan betang ini adalah bentuk bangunan asli
Suku Dayak.
a. Tipologi
Kalau dibandingkan dengan bentuk rumah sekarang memang banyak perbedaan yang
menyolok. Bangunan betang ukurannya luas dan besar serta bertiang tinggi. Ada betang yang
panjangnya sampai 63 depa lebar 10 depa dan tingginya sama dengan setinggi orang
menumbuk padi dengan mempergunakan alu atau antan, jadi sekitar 2,5 sampai 3 meter.
Maksud dibuatnya betang seluas itu adalah agar seluruh sanak keluarga dan famili dapat
berkumpul dalam satu tempat. Kalau ada serangan musuh mereka danat menghadapinya
secara bersama-sama. Tinggi betang sekitar 3 meter itu agar jika ada serangan musuh, mereka
dapat dengan gampang melawannya dari atas (dalam rumah) sebab musuh hanya
bersenjatakan tombak dan sumpitan. Di samping sebagai pertahanan menghalau musuh,
betang yang bertiang tinggi memudahkan mereka bekerja dengan leluasa di bawahnya,
misalnya menumbuk padi, mengelola hasil hutan dan menyimpan hasil pekerjaan mereka.
b. Bentuk bagian-bagian
Seperti telah diungkapkan di atas, batang merupakan tempat tinggal dalam ukuran
besar dan
luas tebing beberapa keluarga dan famili dapat tertampung di dalamn Oleh
karena itu sebuah betang biasanya terdiri atas beb bagian yakni batang huma artinya rumah
atau bangunan utama sebagai tempat tidur, dan ruang untuk tamu menginap. Kemudian
bagian dapur yaitu bagian yang seolah-olah terpisah dari batang huma. Dan bagian lainnya
karayan, letaknya di antara batang huma dengan dapur, yang menghubungkan antara batang
huma dengan bagian dapur. Batang huma berbentuk memanjang dengan perbandingan antara
panjang dan lebar sangat besar. Baik batang huma, dapur dan karayan. tinggi tianenva sama
yaitu sekitar 2,5 sampai 3 meter. Bagian
dengan
bangunan dapur rumah biasa, berbentuk segi __empat_ atau memanjang. Luasnya lebih kecil
dari batang huma. Sedangkan letaknya di belakang batang huma yakni di sekitar atau sejajar
dengan panjang batang huma. Sedangkan karayan ialah semacam pelataran. Karayan
berfungsi di samping sebagai penghubung antara dapur dengan batang huma juga sebagai
tempat istirahat (santai) atau juga tempat menyimpan sementara hasil hutan.
c. Susunan ruangan
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
Dalam batang huma terdapat ruangan-ruangan antara lain kamar tidur dan ruang los
yang terbuka. Ruang tempat tidur dibuat berjejer, setiap kamar atau ruang tidur tersebut
semua pintunya menghadap ke ruang los. Ruang los dibuat sepanjang batang huma dengan
lebar kira-kira seperempat lebar batang huma. Sedangkan tiga perempat batang huma
seluruhnya dipergunakan sebagai kamar tidur, dibagi-bagi dan disekat, sehingga membentuk
kamar-kamar.
Luas kamar tidak tergantung kebutuhan, tetapi harus sama luasnya. Seluruh keluarga atau
penghuni betang, mempunyai sebuah dapur besar, dengan cara bergantian mereka
menggunakan dapur tersebut.
d. Fungsi tiap-tiap ruangan
Ruang tidur sudah jelas fungsinya sebagai kamar tidur satu keluarga. Semua harta
dimasukkan dalam kamar tidurnya masing-masing. Sedangkan ruang, los dipergunakan
sebagai tempat menerima tamuei (perantau) atau keluarga dari tempat jauh yang ingin
menginap. Di ruangan los (di dinding kamar sebelah luar) ditempatkan beberapa tanduk
menjangan yang berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan senjata tajam milik
penginap seperti mandau, parang dan lain-lain.
Filosofi dari Rumah Betang
a. Berdasarkan Unsur Kebersamaan yang Kental
Berdirinya rumah Betang didasarkan atas kerjasama keluarga besar yang solid yang
bernaung dalam satu ikatan darah, adat, kepercayaan, mata pencaharian, serta faktor
pendukung psikologis lainnya.
Secara Horizontal
Makna yang dikandung memiliki maksud bahwa tiap-tiap keluarga pada suku Dayak,
sangat mengutamakan rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama mereka
khususnya. Makna yang lebih luas adalah bahwa rumah Betang masyarakat Dayak
sangat terbuka pada orang luar untuk datang. Ini ditandai dengan bentuk ruang yang
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
memanjang dan berkumpul pada garis horizontal tanpa memisahkan satu sama
lainnya.
Secara Vertikal
Sebagai wujud kecintaan terhadap dewa-dewa yang menjadi kepercayaan suku
Dayak, ini ditandai dengan bentukan atap yang dominan menuju ke atas.
Berkaitan dengan kepercayaan yang menganggap bahwa alam, baik yang nyata
maupun gaib merupakan sumber kehidupan, maka hal tersebut diterapkan dalam simbolsimbol.
Simbol-simbol tersebut ialah: Naga dan Burung Enggang, Naga menggambarkan
alam bawah, melambangkan kebesaran, sedangkan burung Enggang melambangkan
keperkasaan dan pemujaan, serta menggambarkan alam atas berkaitan dengan mitos
penjadian alam (kepercayaan Kaharingan).
Hirarki
Ruang utama rumah Betang, merupakan ruang yang berletak di bagian tengah rumah,
ruang ini merupakan ruang yang dibatasi oleh dinding dan dikelilingi oleh ruang-ruang yaitu
karung, dampuhan dan karayan. Hal ini terjadi karena ruang utama adalah pusat orientasi
ruang-ruang di dalam rumah Betang. Selain sebagai pusat orientasi, ruang utama ini juga
merupakan tempat yang paling sakral yaitu ruang yang memiliki hirarki tertinggi dalam
rumah Betang. Hal ini dapat diperhatikan pada bagian-bagian serta susunan tiang utama
rumah yang berletak pada ruang ini, yaitu empat tiang utama rumah. Kemudian urutan ruang-
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
ruang yang bersusun di bagian ngawa (hilir) dan di bagian ngaju (hulu), dimulai dari ruang
utama ini, karena ruang ini adalah penyeimbang sejumlah urutan ruang tersebut.
.2.2.1 Sejarah Betang Karamua
Betang Karamuan berdiri pada tahun 1927 yang didirikan oleh sesepuh dari penghuni
betang itu yang bernama Gegon, betang ini pada awalnya di bangun dengan 3 ruangan, yang
ditempati oleh Gegon, Lehe, dan Wari dengan berbeda keluarga. Setelah 2 tahun kemudian
ruang itu d tambah dan di huni oleh Dombo. Menurut Kepala Adat tersebut, ketinggian
Rumah Betang itu tinggi di karenakan untuk menghindar serangan musuh yang mau
menyerang dari bawah rumah, misalkan musuh yang menggunakan Tombak.
Tahap pembuatan betang ini di mulai pada bagian tengah, berdasarkan kesepakatan
mereka barang siapa yang ingin tinggal di rumah betang itu, harus menambah ruang pada
rumah betang dengan sambungan dari hulu ke hilir bangunan. Ini di karenakan pada bagian
hulu Rumah Betang sudah banyak ruang yang telah di tambah, jadi untuk keseimbangan
penambahan ruang harus dari hilir/ngawa. Penambahan ruang seiring bertambahnya penghuni
di Betang. Perehaban ruang di lakukan pada tahun 1950. Sekarang rumah Betang Karamuan
berjumlah 8 kamar, di mana tiap-tiap kamar paling sedikit di huni oleh 4 orang dan paling
banyak bisa mencapai 20 orang perkamar.
Suku dayak yang ada di Desa Karamuan ini ada beberapa kelompok., tapi yang lebih
dominan/ banyak yaitu suku Dayak Bakumpai dan Siang.
Berdasarkan Unsur Kebersamaan yang Kental
Berdirinya rumah Betang didasarkan atas kerjasama keluarga besar yang solid yang
bernaung dalam satu ikatan darah, adat, kepercayaan dan serta faktor pendukung psikologis
lainnya.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
Betang Karamuan
2.3 Budaya Tradisi Betang Karamuan
2.3.1 Ritual Kelahiran
Acara Adat yang dilaksanakan pada saat kelahiran dilakukan 1 bulan sebelum
kelahiran. Pada acara adat ini ada Belian dan acara ini dilaksanakan dirumah bersangkutan,
setelah itu acara akan dilanjutkan dengan acara Palas bidan, dengan tujuannya agar anak
yang lahir akan lahir dengan selamat. Palas bidan ini dilakukan agar anak itu bisa dibawa
keluar rumah dan kalau belum melakukan palas bidan anak itu tidak bisa dibawa keluar
rumah dan memijakkan tanah.
2.3.2 Ritual pernikahan
Dalam adat pernikahan ada 3 jenis adat yg dilaksanakan :
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
10
Betang Karamuan
malam hari ,bisa disebut 1 malam saja. Acara ini dilakukan hanya pada keluarga yang
bersangkutan, biasanya tanda kalau sedang melakukan acara ini berupa piring yang
disiapkan di dalam rumah.
2.3.2.3 Acara perkawinan secara besar-besaran (melakukan acara tiwah).
Perkawinan besar-besaran digambarkan Misalnya Ada seseorang yg ingin
anaknya dibuat perkawinan besar-besaran dan dia akan dibuatkan perkawinan besar
pada pesta tiwah nantinya biasanya disebut dengan Pandung Lantang. Dengan adanya
kayu dibuat sebesar paha dan ditajak / ditancapkan kedalam tanah serta dibuat
kandang babi didekat kayu yg ditajak tadi.
Babi itu digunakan untuk menyelamati Palang , karena sesuai adat leluhur
acara ini harus ada babi dan ada juga biasanya dengan tambahan 1 ayam, ada juga
sebuah tanda untuk menandakan acara ini dengan menggunakan kain merah dan putih
kalau untuk tanda didalam rumah ada juga tanda diletakan dijendela yaitu sebuah
Bahalai.
2.3.3 Ritual kematian
Acara adat yang dilakukan di masyarakat ini ada 3 bagian, bagian ini dibagi
berdasaran waktu dan kemampuan keluarga dalam melaksanakan acara adat kematian.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
11
Betang Karamuan
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
12
Betang Karamuan
masyarakat desa, tidak terkecuali untuk masyarakat biasa maupun kepala suku
maupun orang yang dituakan di desa tersebut.
Gambar:
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
13
Betang Karamuan
membalas, setelah panen kalau orang yg habis panen ingin mengajak makan bersama baru
ada acara kecil antar sesama yg bercocok tanam. Jadi pada ritual bercocok tanam tidak ada
ritual khususnya.
2.3.5 Ritual pembangunan betang
Ini merupakan sisa tiang betang Karamuan pertama
yang masih berdiri. Tinggi tiang ini sekitar 6 meter. Menurut
narasumber, menurut orang dulu tiang betang jadi di buat
tinggi agar terhindar dari ngayau, binatang buas dan
ancaman lain.
Acara adatnya namanya dengan sebutan Kabuat Ari
dengan membunuh ayam biasanyaadat ini dilaksanakan oleh
pembuat betang dan pembangunan betang pun dilakukan
secara bergotong royong saling membantu.
Gambar: Jihi (Tiang) Awal Betang
Acara terbesar didesa ini lebih besar daripada acara tiwah biasa disebut Luing acara
ini bisa dilaksanakan 4-5 hari tetapi tujuan acara ini sama saja seperti Wara dan Tiwah hanya
saja acara ini berada ditingkatan paling tinggi itu saja.
Kesimpulan ritual-ritual dalam lingkup makrokosmos
Ritual kelahiran, pada acara ritual ini bersifat PRIVAT dikarenakan hanya meliputi
keluarga yang datang mengisi acara.
Ritual pernikahan, pada acara ritual ini bersifat SEMI PRIVAT dikarenakan acara
pada ritual ini ada yang dilakukan hanya pada keluarga yang bersangkutan dan ada
yang mengundang masyarakat pada sekitar desa atau kampung tempat acara ini
dilangsungkan,
Ritual kematian, pada acara ritual ini bersifat PUBLIK, dikarenakan acara yang
dilakkukan mengundang masyarakat sekitar dan apabila keluarga melakukan TIWAH
maupun LIUNG masyarakat yang berkunjung ke desa tersebut dapat mengikuti acara
tersebut.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
14
Betang Karamuan
Ritual berococoktanam, pada acara ritual ini bersifat SEMI PRIVAT dikarenakan pada
ritual ini masyarakat yang bercocoktanam dibantu oleh masyarakat sekitar dan
kegiatan ini memiliki sifat timbal balik namun tidak terikat.
Ritual pembangunanbetang, pada acara ritual ini bersifat SEMI PRIVAT dikarenakan
pada ritual ini masyarakat yang membangun betang dibantu oleh masyarakat sekitar
dan kegiatan ini memiliki sifat timbal balik namun tidak terikat.
1
6
7
8
9
1
0
Keterangan :
1
1
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
15
Betang Karamuan
Keterangan :
1. Lapangan voli
Lapangan voli terletak di belakang Betang, lapangan voli tersebut milik penduduk
di sekitar betang.
2. Rumah penduduk
3. Rumah penduduk
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
16
Betang Karamuan
5. Makam
Di bagian belakang betang terdapat makam orangtua dari salah satu penghuni
Betang Karamuan.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
17
Betang Karamuan
6. Ternak
Dibagian belakang Betang terdapat ternak babi dan ayam, ternak tersebut bukan
milik dari penghuni Betang, tetapi merupakan milik penduduk sekitar Betang.
7. Pohon
Dibagian belakang terdapat pohon yang menurut salah satu penghuni Betang
pohon tersebut sengaja ditanam untuk dimakan buahnya.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
18
Betang Karamuan
8. Betang
Pada nomor 8 merupakan Betang Karamuan.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
19
Betang Karamuan
10. Jalan
Betang ini berbeda dari Betang lain karena di dekat Betang terdapat jalan yang
merupakan sirkulasi utama dari Betang dengan rumah penduduk.
11. Sungai
Dibagian depan Betang terdapat sungai Barito.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
20
Betang Karamuan
-Sapundu
Sapundu ini berada di depan rumah warga yang berada di sebelah kiri betang.
Seperti yang di lihat di depan betang, tidak ada sapundu atau sandung yang ada di
sekitar betang.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
21
Betang Karamuan
- Sungai
Sungai ini bernama sungai Barito yang terdapat di bagian depan betang, dimana
sungai ini terjadi aktivitas masyarakat sekitar seperti mandi, mencari ikan, dan
kegiatan sehari-hari lainnya.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
22
Betang Karamuan
-Rumah penduduk
- Lantai
- Dinding
- Atap
- Tangga/Hejan
:
:
:
:
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
23
Betang Karamuan
ruang depan 3,10. Ukuran lebar kayu pada lantai bangunan betang 20 cm. Dinding Betang
terbuat dari kayu.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
24
Betang Karamuan
Pertama karena periode, pada saat masa pembangunan Betang sendiri alat yang
dimiliki tidak secanggih alat-alat pada masa sekarang
Selain itu banjir yang terkadang melanda daerah tersebut karena berada di pinggir
sungai. Hampir semua rumah panjang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai
besar yang ada di Kalimantan.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
25
Betang Karamuan
2.1.2 Tampak
1.1.1. Tampak
Tampak depan
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
26
Betang Karamuan
Gambar. Potongan
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
27
Betang Karamuan
Gambar. Perletakan kuda-Kuda, Jarak Kuda-Kuda, dan Ukuran nya, yang di ambil dari hasil
survey lapangan pada Betang Karamuan Desa Banao Kec. Lahei Barat Muara Teweh
Gambar. Jarak setiap kuda-kuda memiliki ukuran yang berbeda, antara kuda_kuda 1 dan
kuda-kuda seterusnya memiliki ukuran mulai dari 2.00m 3.10m.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
28
Betang Karamuan
Bagian-bagian dari kuda-kuda Betang Tumbang Karamuan yang di buat secara tradisioal
dengan mengguakan bahan dari kayu.
2.6 Struktur
a. Anatomi Struktur
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
29
Betang Karamuan
Untuk mempermudah dalam pembahasan, uraian mengenai anatomi struktur bangun
Betang Karamuan, di desa Benao akan di mulai dari bagian bawah (pondasi) sampai lantai
bangunan. Anatomi bangunan yang dimaksud meliputi, tiang struktur panggung, panggung
utama (jihi) dan tiang pembantu (tungket).
Tiang adalah konstruksi penyangga yang berada di atas permukaan tanah.Terdapat dua jenis
tiang pada konstruksi tiang Betang Toyoi, pertama disebut tiang utama (jihi) dan yang kedua
adalah tiang pembantu (tungket). Jihi memiliki diameter lebih besar dan merupakan tiang
menerus dari bawah sampai atas (konstrukai atap). Jihi sekaligus berfungsi sebagai tiang
penyangga lantai panggung, penguat dinding dan penyangga konstruksi atap. Berbeda dengan
jihi, tungket memiliki diameter tiang lebih kecil. Tungket berfungsi sebagai tiang pembantu
yang menopang sloof konstruksi lantai agar tidak terjadi lendutan akibat beban. Jumlah
keseluruhan tiang yang ada pada betang yaitu 146 buah tiang.
TIANG TUNGKET :
TIANG JIHI
:
Tungket (tiang pembantu) merupakan tiang bulat yang diletakkan
kurang lebih di tengah antara dua buah tiang utama (jihi). Tiang
pembantu ini menggunakan kayu bulat utuh dengan diameter 15-20
cm. Fungsinya adalah untuk menopang konstruksi balok sloof yang
menumpu gelagar dan lantai panggung.
b. Elemen Tiang
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
30
Betang Karamuan
1. Jihi 1
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
31
Betang Karamuan
: 3,12
3. Tiang Tungket 2
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
32
Betang Karamuan
: 3,10
4. Tiang Tungket 3
: 3,15
5. Tiang Tungket 4
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
33
Betang Karamuan
: 3,10
6. Tiang Tungket 5
: 3,20
7. Tiang Tungket 6
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
34
Betang Karamuan
: 3,18
8. Tiang tungket 7
: 3,2
9. Tiang Tungket 8
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
35
Betang Karamuan
: 3,10
: 3,23
1. Jihi 1
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
36
Betang Karamuan
: 3,20
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
37
Betang Karamuan
Secara umum, tiang ini terbagi menjadi dua, yaitu tiang jihi (persegi banyak)
yang menerus dari tanah sampai konstruksi kuda-kuda tanpa sambungan, kemudian
tiang tungket (tiang pembantu) yang diletakan diantara tiang utama, yang berfungsi
menopang konstruksi balok sloof yang menumpu gelagar dan lantai panggung.
Diameter rata-rata tiang utama berkisar 45 cm, dengan tiang agung yang
berada di bagian tengah depan kanan dengan diameter 57 cm merupakan tiang utama.
Tiang pembantu diameternya 25 cm. Jumlah keseluruhan tiang adalah 28 tiang
Tangga
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
38
Betang Karamuan
Secara umum pada Betang Karamuan terdapat empat jenis tangga, yaitu dua buah
disisi kiri, dan dua buah disisi kanan.
Lantai
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
39
Betang Karamuan
Konstruksi lantai terbuat dari papan ulin dengan lebar rata-rata 20 cm. Ketinggian
lantai panggung sampai ke permukaan tanah sekitar 300 cm. Lantai ini dipasang
melintang arah depan belakang yang ditopang dengan balok gelagar (ulin) dari
berbagai ukuran.
Dinding
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
40
Betang Karamuan
Bab III
Gambaran Umum Betang
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
41
Betang Karamuan
3.1 Lokasi
Dalam tata letaknya betang Karamuan menghadap ke Sungai Barito yang juga
menghadap ke bagian Timur atau matahari terbit. Bangunan Betang ini dikelilingi oleh
rumah penduduk. Bagian tampak depan kiri nya, ada rumah penduduk dimana
didepannya terdapat tiang sapundu. Halaman depan rumah Betang Karamuan ini
terpotong oleh jalan lingkungan.
Sungai ini juga dijadikan sebagai tempat melakukan aktivitas seperti mencari
ikan, mandi, dan juga kegiatan lainnya yang bisa dilakukan oleh masyarakat sekitar
Betang dan juga penghuni Betang. Dermaga/lanting terlihat masih berfungsi dengan
baik.
1
6
7
8
1
0
Keterangan :
Elemen ruang luar
Batas dari Betang Karamuan
1
1
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
42
Betang Karamuan
Tahap pembuatan betang ini di mulai pada bagian tengah, berdasarkan kesepakatan
mereka barang siapa yang ingin tinggal di rumah betang itu, harus menambah ruang pada
rumah betang dengan sambungan dari hulu ke hilir bangunan. Ini di karenakan pada bagian
hulu Rumah Betang sudah banyak ruang yang telah di tambah, jadi untuk keseimbangan
penambahan ruang harus dari hilir/ngawa. Penambahan ruang seiring bertambahnya penghuni
di Betang. Perehaban ruang di lakukan pada tahun 1950. Sekarang rumah Betang Karamuan
berjumlah 8 kamar, di mana tiap-tiap kamar paling sedikit di huni oleh 4 orang dan paling
banyak bisa mencapai 20 orang perkamar.
Berdasarkan Unsur Kebersamaan yang Kental
Berdirinya rumah Betang didasarkan atas kerjasama keluarga besar yang solid yang
bernaung dalam satu ikatan darah, adat, kepercayaan dan serta faktor pendukung psikologis
lainnya.
3.3 Arsitektur Bangunan
3.3.1 Denah
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
43
Betang Karamuan
3.3.2 Tampak
Tampak Depan
Tampak Samping
Tampak Samping
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
44
Betang Karamuan
3.3.3 Potongan Atap
3.3.4 Detail
c. Anatomi Struktur
Untuk mempermudah dalam pembahasan, uraian mengenai anatomi struktur bangun
Betang Karamuan, di desa Benao akan di mulai dari bagian bawah (pondasi) sampai lantai
bangunan. Anatomi bangunan yang dimaksud meliputi, tiang struktur panggung, panggung
utama (jihi) dan tiang pembantu (tungket).
Tiang adalah konstruksi penyangga yang berada di atas permukaan tanah.Terdapat dua jenis
tiang pada konstruksi tiang Betang Toyoi, pertama disebut tiang utama (jihi) dan yang kedua
adalah tiang pembantu (tungket). Jihi memiliki diameter lebih besar dan merupakan tiang
menerus dari bawah sampai atas (konstrukai atap). Jihi sekaligus berfungsi sebagai tiang
penyangga lantai panggung, penguat dinding dan penyangga konstruksi atap. Berbeda dengan
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
45
Betang Karamuan
jihi, tungket memiliki diameter tiang lebih kecil. Tungket berfungsi sebagai tiang pembantu
yang menopang sloof konstruksi lantai agar tidak terjadi lendutan akibat beban. Jumlah
keseluruhan tiang yang ada pada betang yaitu 146 buah tiang.
TIANG TUNGKET :
TIANG JIHI
:
Tungket (tiang pembantu) merupakan tiang bulat yang diletakkan
kurang lebih di tengah antara dua buah tiang utama (jihi). Tiang
pembantu ini menggunakan kayu bulat utuh dengan diameter 15-20
cm. Fungsinya adalah untuk menopang konstruksi balok sloof yang
menumpu gelagar dan lantai panggung.
d. Elemen Tiang
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
46
Betang Karamuan
11. Jihi 1
: 30 cm
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
47
Betang Karamuan
: 3,12
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
48
Betang Karamuan
: 3,10
: 3,15
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
49
Betang Karamuan
: 3,10
: 3,20
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
50
Betang Karamuan
: 3,18
: 3,2
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
51
Betang Karamuan
: 3,10
: 3,23
2. Jihi 1
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
52
Betang Karamuan
: 3,20
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
53
Betang Karamuan
Secara umum, tiang ini terbagi menjadi dua, yaitu tiang jihi (persegi banyak)
yang menerus dari tanah sampai konstruksi kuda-kuda tanpa sambungan, kemudian
tiang tungket (tiang pembantu) yang diletakan diantara tiang utama, yang berfungsi
menopang konstruksi balok sloof yang menumpu gelagar dan lantai panggung.
Diameter rata-rata tiang utama berkisar 45 cm, dengan tiang agung yang
berada di bagian tengah depan kanan dengan diameter 57 cm merupakan tiang utama.
Tiang pembantu diameternya 25 cm. Jumlah keseluruhan tiang adalah 28 tiang
Tangga
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
54
Betang Karamuan
Secara umum pada Betang Karamuan terdapat empat jenis tangga, yaitu dua buah
disisi kiri, dan dua buah disisi kanan.
Lantai
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
55
Betang Karamuan
Konstruksi lantai terbuat dari papan ulin dengan lebar rata-rata 20 cm. Ketinggian
lantai panggung sampai ke permukaan tanah sekitar 300 cm. Lantai ini dipasang
melintang arah depan belakang yang ditopang dengan balok gelagar (ulin) dari
berbagai ukuran.
Dinding
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
56
Betang Karamuan
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
57
Betang Karamuan
Bab IV
Penutup
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
58
Betang Karamuan
4.1 Kesimpulan
Betang Karamuan merupakan rumah panggung yang ditinggali oleh keluarga Suku
Dayak yang terbagi dari beberapa keluarga yaitu yang didirikan oleh sesepuh dari
penghuni betang itu yang bernama Gegon, betang ini pada awalnya di bangun dengan
3 ruangan, yang ditempati oleh Gegon, Lehe, dan Wari dengan berbeda keluarga
Betang Karamuan berorientasi terhadap sirkulasi utama yaitu Sungai dan mengadap
kearah timur.
Betang Karamuan berbentuk panggung dengan tujuan menyelesaikan permsalahan
iklim di Kalimantan Tengah yaitu tropis lembab.
4.2
REKOMENDASI
Rekomendasi ini ditujukan kepada pihak yang terlibat secara langsung dan tidak
langsung dalam usaha Pelestarian Rumah Tradisional di Kalimantan yaitu salah satunya
Betang Karamuan di Benao Hilir. Semoga saja Pelestarian ini didasari atas pengetahuan yang
benar dalam mengenal rumah-rumah adat.
Dunia Pendidikan
Untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang rumah-rumah adat yang ada
di Kalimantan. Sehingga pengetahuan tentang Betang tidak tertinggal dan orang
dapat mengetahui pengetahuan yang benar tentang Betang yang bukan hanya
spekulasi umum yang
bangunan tersebut hanya ada di tempat tertentu, dan tidak ada di tempat lain
Untuk lebih memperkenalkan tentang arsitektur tradisional daerah sendiri, perlu
diperdalam dalam mata kuliah arsitektur tradisional dan dalam pelajaran-pelajaran
muatan lokal.
Membuat para pelajar dan mahasiswa mencintai budaya sendiri, sehingga
keinginan untuk menjaga dan melestarikan sesuatu yang khas dari daerah sendiri,
terus ada tertanam dalam benak masing-masing penerus. Lewat penelitianpenelitian dan praktek langsung di lapangan.
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
59
Betang Karamuan
Masyarakat Suku Dayak adalah pemeran utama dalam menjaga dan melestarikan
rumah adat mereka sendiri yang merupakan budaya dalam kehidupan mereka.
Masyarakat dayak diharapkan mampu menyaring berbagai budaya yang masuk ke
dalam kehidupan mereka, sehingga tidak merubah segala sesuatu yang sudah
ARSITEKTUR TRADISIONAL II
60