Anda di halaman 1dari 60

Betang Karamuan

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Republik yang berkedaulatan rakyat dimana demokrasi


dijunjung tinggi di Indonesia. Adat, kebudayaan yang Negara kita punya sangat beragam
dan sangat khas berbeda-beda tiap provinsinya. Namun kesemuanya itu memiliki satu
kesamaan yang dasar, dimana bangunan bangunan tradisional tersebut merupakan
representasi dari bangunan tropis, yang dibuat dari hasil kearifan dari pemikiran nenek
moyang.
Kalimantan adalah pulau yang ditinggali oleh beberapa ras manusia, yaitu suku
Dayak, suku Punan, dan suku pendatang seperti Melayu. Suku Punan adalah orang-orang
gelombang pertama ke nusantara.Tingkat peradabannya masih sederhana (seperti suku
Kubu). Hidup suku ini mengembara, tanpa tempat tinggal tetap (nomaden), mereka
membuat hunian di atas pohon/tiang tinggi dengan atap miring penahan hujan, yang
sifatnya sementara. Sedangkan Suku Melayu adalah suku pendatang yang hidupnya di
pesisir Kalimantan, dan hidup dalam keluarga kecil. Suku Dayak adalah masyarakat
gelombang kedua yang tinggal di pedalaman, di dalam klan-klan keluarga, dan
merupakan suku yang peradabannya dalam taraf berkembang. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih dalam tentang rumah-rumah tradisional masyarakat dayak.
Tempat tinggal merupakan ciri khas dari Betang dan itu merupakan salah satu
kebanggaan masyarakat Dayak. Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku dayak,
sebenarnya Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya
Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang
Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan
masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam
hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan,
suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang
menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di
antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka
miliki. (Sumber http://betang.com/artikel/seni-budaya/rumah-adat-betang.html).

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
Salah satu bangunan yang patut dilestarikan diprovinsi Kalimantan Tengah adalah
bangunan Betang Karamuan yang terletak di Desa Karamuan, Kecamatan Lahei,
Kabupaten Barito Utara, Muara Teweh. Betang yang dimiliki daerah ini adalah Betang
Karamuan yang ada di Desa Karamuan. Betang Karamuan berdiri pada tahun 1927,
didirikan oleh sesepuh dari penghuni betang itu yang bernama Gegon. Betang ini pada
awalnya di bangun dengan 3 ruangan, yang ditempati oleh Gegon, Lehe, dan Wari dengan
berbeda keluarga. Setelah 2 tahun kemudian ruang itu d tambah dan di huni oleh Dombo.
Menurut Kepala Adat tersebut, ketinggian Rumah Betang itu tinggi di karenakan untuk
menghindar serangan musuh yang mau menyerang dari bawah rumah, misalkan musuh
yang menggunakan Tombak.
1.2 Rumusan Permasalahan

Penelitian mengenai Arsitektur Tradisional Kalimantan Tengah pada rumah Betang


Karamuan. Maka dapat diambil rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Anatomi Betang Karamuan?
2. Analisa Fisik dan Site Betang Karamuan?
1.3 Tujuan Penelitian

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas besar arsitektur tradisional dalam mengenal
Betang Karamuan, Desa Karamuan, Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara, Muara
Teweh. Dan menguraikan anatomi dan makna dalam filosofinya.
a. Anatomi Betang Karamuan, baik itu anatomi ruang maupun strukturnya.
b. Mengetahui hasil analisa terhadap Betang Karamuan, baik Site maupun Fisik
Betang Karamuan.
c. Menambah literatur dan pengetahuan tentang Betang Karamuan.
1.4 Metode Peneltitian
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan
metode deskriptif yaitu pengambilan data dari tulisan-tulisan tanpa menggunakan
pengkajian angka serta dengan menggunakan metode survei yaitu pengambilan data
lapangan. Berikut beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu:
a. Metode Pengumpulan Data

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
Dalam pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut yaitu
dengan melihat dari segi fungsi dan arsitekturalnya :
a. Tahapan pengumpulan data
b. Studi kepustakaan
Mencari data dari sumber-sumber literatur yang berkaitan dan relevan dengan judul.
Diantaranya :
1. Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Tengah.
2. Adat-istiadat Dayak Ngaju.
3. Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia.
4. Arsitektur Sebagai Warisan Budaya.
5. Arsitektur bentuk, ruang dan tatanan
6. Data internet yang berhubungan dengan judul.
7. Serta sumber literatur lain yang berhubungan dengan judul.
c. Analisa
Menganalisis data yang ada serta menggali potensi-potensi dan masalah yang
timbul, mencari keterkaitan antar masalah. Pada tahap ini berdasarkan pada landasan
teoritis berupa standar-standar yang berasal dari literatur studi kepustakaan.
Analisis dimaksudkan untuk mengadakan penilaian terhadap berbagai
keadaan, yang dilakukan berdasarkan prinsip -prinsip, pendekatan, metode serta
teknik analisa perancangan yang dapat dipertanggung jawabkan.
1. Metode analisa secara umum = Terkait fungsi kawasan Betang dan Lamin di
Kalimantan
2. Metode analisa secara arsitektural = Terkait tampilan bangunan dengan citra/gaya
arsitektur tradisional Kalimantan.
a. Sintesa
Merupakan tindak lanjut dari analisa di mana upaya pemecahan masalah di
lakukan secara menyeluruh dan terpadu. Potensi yang ada, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi diolah secara terpadu hingga di peroleh output berupa alternatif
pemecahan masalah, yang dalam hal ini berupa landasan program dan teori.Tujuan
dari metode ini adalah :
1.

Untuk informasi mendetail yang menggambarkan gejala atau


fenomena yang ada.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
2.

Mengidentifikasikan masalah-masalah untuk memperoleh kenyataan


tentang keadaan yang sedang terjadi.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam Makalah Arsitektur Nusantara ini
adalah sebagai berikut :
BAB I

Pendahuluan
Mengungkapkan latar belakang, permasalahan, tujuan, hipotesis, metode
penelitian, sistematika penulisan dan kerangka pikir.

BAB II

Tinjauan Pustaka
Mengungkapkan pengertian judul baik obyek maupun pendekatan konsep,
serta gambaran umum yang menyangkut jenis kegiatan yang ada, serta hal-hal
yang berkaitan dengan obyek dan pendekatan desain.

BAB III Pembahasan Topik


Dalam Bab ini menguraikan secara spefisik mengenai Betang Toyoi, Tumbang
Malahoi seperti Sejarah, serta anatomi fisiknya dan filosofinya.
BAB IV PENUTUP
Mengungkapkan tentang hasil akhir atau kesimpulan-kesimpulan dari
pembuatan makalah ini, serta memberikan pendapat-pendapat berupa saran
untuk merekomendasikan hal-hal terbaik bagi Betang Karamuan.

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Judul

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
Judul makalah untuk tugas besar Arsitektur Tradisional II berdasarkan tujuan
penelitian atau tujuan kkl yaitu membahas salah Betang yang dimiliki oleh Kalimantan
Tengah yaitu Betang Karamuan di desa Benua Hilir, Kabupaten Barito Utara.
Dan judul Betang Karamuan ini artinya sendiri adalah keseluruhan unsur dan
pelengkap yang ada terdapat dalam Betang Karamuan sebagai bagian dari peninggalan dari
sejarah dan arsitektur tradisional. Dengan pemahaman penyaji tugas adalah Betang
Karamuan dan merupakan bagian rumah tradisional Suku Dayak yang mempunyai beberapa
kesamaan hal seperti fungsi dan kepercayaan dan dalam hal desain bangunan. Dan terlepas
dari itu semua bangunan bangunan Betang yang ada pasti memiliki perbedaan yang perlu
untuk diketahui seperti dalam Betang Karamuan.
Jadi makalah ini membahas tentang hal yang terkait dengan fisik dan non fisik dalam
Betang Karamuan. Hal fisik adalah seperti fisik bangunannya sendiri, bahan, struktur dan
nonfisik dari Betang Karamuan adalah sejarahnya, filosofi kepercayaan dari adat dan agama
yang dimiliki oleh pemilik atau yang mendiaminya. Dalam hal ini makalah ini menguraikan
hampir kesemua yang dimiliki oleh Betang.

2.2 Sejarah Betang


2.2.1 Sejarah Betang secara Umum
Menurut Tjilik Riwut, rumah tempat tinggal masyarakat Dayak asli adalah rumah
besar berpanggung tinggi yang dinamakan Betang ataupun Lamin.Rumah besar ini biasanya
dihuni oleh keluarga besar sesuku sampai 100-200 jiwa yang dipimpin oleh seorang kepala
suku.Dalam rumah besar ini terdapat petak-petak kamar yang dihuni oleh masing-masing
keluarga.Bentuk panggung yang tinggi ini dimaksudkan untuk menyulitkan serangan musuh
dari bawah dan memudahkan serangan balik dari atas.Sikap untuk membakar rumah tidak
ada terkecuali ada yang berkhianat dari pihak luar saja (Riwut, 1979).
Tipe rumah tinggal suku Dayak secara umum dapat dikelompokkan dalam 10
(sepuluh) tipe, yaitu: Huma, Rumah Panjang (long house), Betang/Lamin (Balai),
Kota/Bakota, Huma Gantung (Huma Hai), Huma Danum, Karak Betang, Huma Lanting,
Pasah Dukuh dan Tingkap, (Wijanarka, 2001).
1.

Betang Sebagai Tempat Tinggal

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
Sekali pun rumah betang saat ini sudah hampir punah dan bahkan jenis bangunan
tempat tinggal semacam betang ini hampir musnah, namun suku Dayak di Kalimantan
Tengah cukup mengetahui bahwa yang dinamakan betang ini adalah bentuk bangunan asli
Suku Dayak.
a. Tipologi
Kalau dibandingkan dengan bentuk rumah sekarang memang banyak perbedaan yang
menyolok. Bangunan betang ukurannya luas dan besar serta bertiang tinggi. Ada betang yang
panjangnya sampai 63 depa lebar 10 depa dan tingginya sama dengan setinggi orang
menumbuk padi dengan mempergunakan alu atau antan, jadi sekitar 2,5 sampai 3 meter.
Maksud dibuatnya betang seluas itu adalah agar seluruh sanak keluarga dan famili dapat
berkumpul dalam satu tempat. Kalau ada serangan musuh mereka danat menghadapinya
secara bersama-sama. Tinggi betang sekitar 3 meter itu agar jika ada serangan musuh, mereka
dapat dengan gampang melawannya dari atas (dalam rumah) sebab musuh hanya
bersenjatakan tombak dan sumpitan. Di samping sebagai pertahanan menghalau musuh,
betang yang bertiang tinggi memudahkan mereka bekerja dengan leluasa di bawahnya,
misalnya menumbuk padi, mengelola hasil hutan dan menyimpan hasil pekerjaan mereka.
b. Bentuk bagian-bagian
Seperti telah diungkapkan di atas, batang merupakan tempat tinggal dalam ukuran
besar dan

luas tebing beberapa keluarga dan famili dapat tertampung di dalamn Oleh

karena itu sebuah betang biasanya terdiri atas beb bagian yakni batang huma artinya rumah
atau bangunan utama sebagai tempat tidur, dan ruang untuk tamu menginap. Kemudian
bagian dapur yaitu bagian yang seolah-olah terpisah dari batang huma. Dan bagian lainnya
karayan, letaknya di antara batang huma dengan dapur, yang menghubungkan antara batang
huma dengan bagian dapur. Batang huma berbentuk memanjang dengan perbandingan antara
panjang dan lebar sangat besar. Baik batang huma, dapur dan karayan. tinggi tianenva sama
yaitu sekitar 2,5 sampai 3 meter. Bagian

dapur tidak berbeda .bentuknya

dengan

bangunan dapur rumah biasa, berbentuk segi __empat_ atau memanjang. Luasnya lebih kecil
dari batang huma. Sedangkan letaknya di belakang batang huma yakni di sekitar atau sejajar
dengan panjang batang huma. Sedangkan karayan ialah semacam pelataran. Karayan
berfungsi di samping sebagai penghubung antara dapur dengan batang huma juga sebagai
tempat istirahat (santai) atau juga tempat menyimpan sementara hasil hutan.
c. Susunan ruangan

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
Dalam batang huma terdapat ruangan-ruangan antara lain kamar tidur dan ruang los
yang terbuka. Ruang tempat tidur dibuat berjejer, setiap kamar atau ruang tidur tersebut
semua pintunya menghadap ke ruang los. Ruang los dibuat sepanjang batang huma dengan
lebar kira-kira seperempat lebar batang huma. Sedangkan tiga perempat batang huma
seluruhnya dipergunakan sebagai kamar tidur, dibagi-bagi dan disekat, sehingga membentuk
kamar-kamar.
Luas kamar tidak tergantung kebutuhan, tetapi harus sama luasnya. Seluruh keluarga atau
penghuni betang, mempunyai sebuah dapur besar, dengan cara bergantian mereka
menggunakan dapur tersebut.
d. Fungsi tiap-tiap ruangan
Ruang tidur sudah jelas fungsinya sebagai kamar tidur satu keluarga. Semua harta
dimasukkan dalam kamar tidurnya masing-masing. Sedangkan ruang, los dipergunakan
sebagai tempat menerima tamuei (perantau) atau keluarga dari tempat jauh yang ingin
menginap. Di ruangan los (di dinding kamar sebelah luar) ditempatkan beberapa tanduk
menjangan yang berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan senjata tajam milik
penginap seperti mandau, parang dan lain-lain.
Filosofi dari Rumah Betang
a. Berdasarkan Unsur Kebersamaan yang Kental
Berdirinya rumah Betang didasarkan atas kerjasama keluarga besar yang solid yang
bernaung dalam satu ikatan darah, adat, kepercayaan, mata pencaharian, serta faktor
pendukung psikologis lainnya.

b. Berdasarkan Unsur Alam Atas dan Alam Bawah


Filosofi dari rumah Betang dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

Secara Horizontal
Makna yang dikandung memiliki maksud bahwa tiap-tiap keluarga pada suku Dayak,
sangat mengutamakan rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama mereka
khususnya. Makna yang lebih luas adalah bahwa rumah Betang masyarakat Dayak
sangat terbuka pada orang luar untuk datang. Ini ditandai dengan bentuk ruang yang

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
memanjang dan berkumpul pada garis horizontal tanpa memisahkan satu sama

lainnya.
Secara Vertikal
Sebagai wujud kecintaan terhadap dewa-dewa yang menjadi kepercayaan suku
Dayak, ini ditandai dengan bentukan atap yang dominan menuju ke atas.
Berkaitan dengan kepercayaan yang menganggap bahwa alam, baik yang nyata

maupun gaib merupakan sumber kehidupan, maka hal tersebut diterapkan dalam simbolsimbol.
Simbol-simbol tersebut ialah: Naga dan Burung Enggang, Naga menggambarkan
alam bawah, melambangkan kebesaran, sedangkan burung Enggang melambangkan
keperkasaan dan pemujaan, serta menggambarkan alam atas berkaitan dengan mitos
penjadian alam (kepercayaan Kaharingan).

hubungan horizontal dan vertikal

Hirarki
Ruang utama rumah Betang, merupakan ruang yang berletak di bagian tengah rumah,
ruang ini merupakan ruang yang dibatasi oleh dinding dan dikelilingi oleh ruang-ruang yaitu
karung, dampuhan dan karayan. Hal ini terjadi karena ruang utama adalah pusat orientasi
ruang-ruang di dalam rumah Betang. Selain sebagai pusat orientasi, ruang utama ini juga
merupakan tempat yang paling sakral yaitu ruang yang memiliki hirarki tertinggi dalam
rumah Betang. Hal ini dapat diperhatikan pada bagian-bagian serta susunan tiang utama
rumah yang berletak pada ruang ini, yaitu empat tiang utama rumah. Kemudian urutan ruang-

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
ruang yang bersusun di bagian ngawa (hilir) dan di bagian ngaju (hulu), dimulai dari ruang
utama ini, karena ruang ini adalah penyeimbang sejumlah urutan ruang tersebut.
.2.2.1 Sejarah Betang Karamua
Betang Karamuan berdiri pada tahun 1927 yang didirikan oleh sesepuh dari penghuni
betang itu yang bernama Gegon, betang ini pada awalnya di bangun dengan 3 ruangan, yang
ditempati oleh Gegon, Lehe, dan Wari dengan berbeda keluarga. Setelah 2 tahun kemudian
ruang itu d tambah dan di huni oleh Dombo. Menurut Kepala Adat tersebut, ketinggian
Rumah Betang itu tinggi di karenakan untuk menghindar serangan musuh yang mau
menyerang dari bawah rumah, misalkan musuh yang menggunakan Tombak.

Tahap pembuatan betang ini di mulai pada bagian tengah, berdasarkan kesepakatan
mereka barang siapa yang ingin tinggal di rumah betang itu, harus menambah ruang pada
rumah betang dengan sambungan dari hulu ke hilir bangunan. Ini di karenakan pada bagian
hulu Rumah Betang sudah banyak ruang yang telah di tambah, jadi untuk keseimbangan
penambahan ruang harus dari hilir/ngawa. Penambahan ruang seiring bertambahnya penghuni
di Betang. Perehaban ruang di lakukan pada tahun 1950. Sekarang rumah Betang Karamuan
berjumlah 8 kamar, di mana tiap-tiap kamar paling sedikit di huni oleh 4 orang dan paling
banyak bisa mencapai 20 orang perkamar.
Suku dayak yang ada di Desa Karamuan ini ada beberapa kelompok., tapi yang lebih
dominan/ banyak yaitu suku Dayak Bakumpai dan Siang.
Berdasarkan Unsur Kebersamaan yang Kental
Berdirinya rumah Betang didasarkan atas kerjasama keluarga besar yang solid yang
bernaung dalam satu ikatan darah, adat, kepercayaan dan serta faktor pendukung psikologis
lainnya.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

Betang Karamuan
2.3 Budaya Tradisi Betang Karamuan
2.3.1 Ritual Kelahiran
Acara Adat yang dilaksanakan pada saat kelahiran dilakukan 1 bulan sebelum
kelahiran. Pada acara adat ini ada Belian dan acara ini dilaksanakan dirumah bersangkutan,
setelah itu acara akan dilanjutkan dengan acara Palas bidan, dengan tujuannya agar anak
yang lahir akan lahir dengan selamat. Palas bidan ini dilakukan agar anak itu bisa dibawa
keluar rumah dan kalau belum melakukan palas bidan anak itu tidak bisa dibawa keluar
rumah dan memijakkan tanah.
2.3.2 Ritual pernikahan
Dalam adat pernikahan ada 3 jenis adat yg dilaksanakan :

Acara adat apabila sang mempelai wanita dalam keadaan hamil.

Acara adat apabila pengantin wanita dalam keadaan tidak hamil.

Acara perkawinan secara besar-besaran (melakukan acara tiwah).

Gambar: Tarian pernikahan adat dayak


2.3.2.1 Acara adat apabila sang mempelai wanita dalam keadaan hamil.
Ritualnya adanya Para Belian memakai pakanan babi atau ayam, ritual ini
hanya dilakukan dirumah seorang wanita yang hamil dan dilaksanakan acara diluar
rumah atau didalam rumah.
Tanda-tanda kalau melakukan ritual ini adalah adanya sebuah lubang ditanah
tempat orang Belian dan dibuat seperti rumah kecil tempat Belian-Belian duduk.
Acara ini biasanya dilakukan 1 hari 1 malam.
2.3.2.2 Acara adat apabila pengantin wanita dalam keadaan tidak hamil.
Acaranya dilaksanakan di dalam rumah dan tidak sampai ada acara diluar
rumah. Acara ini biasa disebut Titik Telui, acara nya ini juga dilaksanakan pada saat

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

10

Betang Karamuan
malam hari ,bisa disebut 1 malam saja. Acara ini dilakukan hanya pada keluarga yang
bersangkutan, biasanya tanda kalau sedang melakukan acara ini berupa piring yang
disiapkan di dalam rumah.
2.3.2.3 Acara perkawinan secara besar-besaran (melakukan acara tiwah).
Perkawinan besar-besaran digambarkan Misalnya Ada seseorang yg ingin
anaknya dibuat perkawinan besar-besaran dan dia akan dibuatkan perkawinan besar
pada pesta tiwah nantinya biasanya disebut dengan Pandung Lantang. Dengan adanya
kayu dibuat sebesar paha dan ditajak / ditancapkan kedalam tanah serta dibuat
kandang babi didekat kayu yg ditajak tadi.
Babi itu digunakan untuk menyelamati Palang , karena sesuai adat leluhur
acara ini harus ada babi dan ada juga biasanya dengan tambahan 1 ayam, ada juga
sebuah tanda untuk menandakan acara ini dengan menggunakan kain merah dan putih
kalau untuk tanda didalam rumah ada juga tanda diletakan dijendela yaitu sebuah
Bahalai.
2.3.3 Ritual kematian
Acara adat yang dilakukan di masyarakat ini ada 3 bagian, bagian ini dibagi
berdasaran waktu dan kemampuan keluarga dalam melaksanakan acara adat kematian.

acara adat kematian yang melakukan wara,


acara adat yang melakukan tiwah,
acara adat yang melakukan luing.

2.3.3.1 acara adat kematian yang melakukan wara


Wara ini adalah acara adat kematian yang memiliki waktu paling singkat.
Acara Wara biasanya dilaksanakan kegiatan Misalnya Bangkai 2-3 hari berada di
dalam rumah, setelah itu akan melaksanakan Wara, dan setelah itu jenazah
dikuburkan. Acara ini dilakukan selama 3 hari 3 malam, acara ini dilaksanakan oleh
pihak keluarga yg bersangkutan.Wara ini tidak harus dilaksanakan, wara dilaksanakan
atas keputusan bersama keluarga dan atas berdasarkan materi yang dimiliki keluarga (
tidak diwajibkan). Tujuan diadakannya wara ini adalah untuk mengantarkan arwah
ketempatnya oleh Belian, acara wara dilakukan 3 hari 3 malam agar Roh Liyau itu
sampai kerumahnya disana. Setelah Wara adalah Gantung Agung dalam artian tidak
ada yg boleh keluar.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

11

Betang Karamuan

Gambar: Acara Pemakaman Adat

2.3.3.2 acara adat yang melakukan tiwah


Tiwah ialah acara adat kematian yang hampir mirip dengan wara, namun
lamanya acara yang dilakukan lebih lama. Acara tiwah didesa ini tidak seperti acara
Tiwah didesa lain yg memindahkan Tulang jenajah, didesa ini tidak memakai acara
pemindahan Tulang. Pada adat tiwah ini tujuannya supaya segala PaliPantang
(kesalahan atau dosa) tidak ada lagi dalam artian bersih aman dari ancaman, kalau
sebelum tiwah itu PaliPantang masih ada maksud Palipantang itu adalah seperti kalau
ada tanaman dan tanaman itu ada yg menebasnya itu nanti akan kena Jipen
(denda)jadi acara tiwah ini adalah menghilangkan segala Palipantang itu. Acara tiwah
ini tujuannya sama seperti tiwah didesa lain hanya saja tidak memakai acara
memindahkan tulang-tulang karena adat disetiap daerah berbeda dari hulu kehilir.
Pada acara tiwah ini biasanya ada menggunakan Kerbau dan dibuat Batagur didepan
rumah bahwa menandakan tiwah, jenis Batugur adalah sebuah patung ukiran dikayu
dengan rupa biasanya seperti Belian. Wara ada yang dilaksanakan untuk orang mati
dan ada juga acara Wara pada saat melaksanakan Tiwah pada acara pernikahan. Acara
tiwah biasanya dilaksanakan dibetang kalau wara untuk orang mati khusus dirumah
keluarga yang bersangkutan.
2.3.3.3 acara adat yang melakukan luing
Luing ialah acara adat kematian yang tdak jauh beda dengan wara dan tiwah,
hanya saja luing dilakukang lebih dari 7 hari. Luing dapat dilakukan oleh semua

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

12

Betang Karamuan
masyarakat desa, tidak terkecuali untuk masyarakat biasa maupun kepala suku
maupun orang yang dituakan di desa tersebut.

Gambar: Raraga Termasuk Salah Satu Simbol Pada Acara Wara/Tiwah

Gambar:

Acara Tiwah Pada adat daya

2.3.4 Ritual bercocok tanam

Gambar: Kegiatan Bercocok Tanam


Tidak ada ritual atau adat khusus untuk kegiatan ini, pada bercocok tanam ini hanya
ada Manugal (bergotong-royong) bersama saling bantu membantu antar penduduk dan saling

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

13

Betang Karamuan
membalas, setelah panen kalau orang yg habis panen ingin mengajak makan bersama baru
ada acara kecil antar sesama yg bercocok tanam. Jadi pada ritual bercocok tanam tidak ada
ritual khususnya.
2.3.5 Ritual pembangunan betang
Ini merupakan sisa tiang betang Karamuan pertama
yang masih berdiri. Tinggi tiang ini sekitar 6 meter. Menurut
narasumber, menurut orang dulu tiang betang jadi di buat
tinggi agar terhindar dari ngayau, binatang buas dan
ancaman lain.
Acara adatnya namanya dengan sebutan Kabuat Ari
dengan membunuh ayam biasanyaadat ini dilaksanakan oleh
pembuat betang dan pembangunan betang pun dilakukan
secara bergotong royong saling membantu.
Gambar: Jihi (Tiang) Awal Betang
Acara terbesar didesa ini lebih besar daripada acara tiwah biasa disebut Luing acara
ini bisa dilaksanakan 4-5 hari tetapi tujuan acara ini sama saja seperti Wara dan Tiwah hanya
saja acara ini berada ditingkatan paling tinggi itu saja.
Kesimpulan ritual-ritual dalam lingkup makrokosmos

Ritual kelahiran, pada acara ritual ini bersifat PRIVAT dikarenakan hanya meliputi
keluarga yang datang mengisi acara.

Ritual pernikahan, pada acara ritual ini bersifat SEMI PRIVAT dikarenakan acara
pada ritual ini ada yang dilakukan hanya pada keluarga yang bersangkutan dan ada
yang mengundang masyarakat pada sekitar desa atau kampung tempat acara ini
dilangsungkan,

Ritual kematian, pada acara ritual ini bersifat PUBLIK, dikarenakan acara yang
dilakkukan mengundang masyarakat sekitar dan apabila keluarga melakukan TIWAH
maupun LIUNG masyarakat yang berkunjung ke desa tersebut dapat mengikuti acara
tersebut.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

14

Betang Karamuan

Ritual berococoktanam, pada acara ritual ini bersifat SEMI PRIVAT dikarenakan pada
ritual ini masyarakat yang bercocoktanam dibantu oleh masyarakat sekitar dan
kegiatan ini memiliki sifat timbal balik namun tidak terikat.

Ritual pembangunanbetang, pada acara ritual ini bersifat SEMI PRIVAT dikarenakan
pada ritual ini masyarakat yang membangun betang dibantu oleh masyarakat sekitar
dan kegiatan ini memiliki sifat timbal balik namun tidak terikat.

2.4 Tata Ruang Luar Betang Karamuan


2.4.1. Tata Letak Bangunan
Dalam tata letaknya betang Karamuan menghadap ke Sungai Barito yang juga
menghadap ke bagian Timur atau matahari terbit. Bangunan Betang ini dikelilingi oleh
rumah penduduk. Bagian tampak depan kiri nya, ada rumah penduduk dimana
didepannya terdapat tiang sapundu. Halaman depan rumah Betang Karamuan ini
terpotong oleh jalan lingkungan.
Sungai ini juga dijadikan sebagai tempat melakukan aktivitas seperti mencari
ikan, mandi, dan juga kegiatan lainnya yang bisa dilakukan oleh masyarakat sekitar
Betang dan juga penghuni Betang. Dermaga/lanting terlihat masih berfungsi dengan
baik.

1
6

7
8

9
1
0

Site Betang Karamuan

Keterangan :

1
1

Elemen ruang luar


Batas dari Betang Karamuan

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

15

Betang Karamuan

Keterangan :
1. Lapangan voli
Lapangan voli terletak di belakang Betang, lapangan voli tersebut milik penduduk
di sekitar betang.

2. Rumah penduduk

3. Rumah penduduk

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

16

Betang Karamuan

4. Aksesbilitas utama dari Sungai Barito menuju bangunan Betang

5. Makam
Di bagian belakang betang terdapat makam orangtua dari salah satu penghuni
Betang Karamuan.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

17

Betang Karamuan

6. Ternak
Dibagian belakang Betang terdapat ternak babi dan ayam, ternak tersebut bukan
milik dari penghuni Betang, tetapi merupakan milik penduduk sekitar Betang.

7. Pohon
Dibagian belakang terdapat pohon yang menurut salah satu penghuni Betang
pohon tersebut sengaja ditanam untuk dimakan buahnya.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

18

Betang Karamuan

8. Betang
Pada nomor 8 merupakan Betang Karamuan.

9. Rumah penduduk di sebelah kiri


Di sebelah kiri betang juga merupakan rumah penduduk.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

19

Betang Karamuan

10. Jalan
Betang ini berbeda dari Betang lain karena di dekat Betang terdapat jalan yang
merupakan sirkulasi utama dari Betang dengan rumah penduduk.

11. Sungai
Dibagian depan Betang terdapat sungai Barito.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

20

Betang Karamuan

2.4.2. Elemen Elemen di Sekitar Betang


a. Elemen-elemen ruang luar betang, yaitu :
- Pohon
Menurut hasil wawancara, pohon yang ada di belakang Betang tersebut diantaranya
pohon rambutan, nangka, langsat, pisang yang ditanam oleh penghuni betang hanya
untuk diambil buahnya saja. Dan tidak memiliki fungsi sebagai pembatas atau tanda.

-Sapundu
Sapundu ini berada di depan rumah warga yang berada di sebelah kiri betang.
Seperti yang di lihat di depan betang, tidak ada sapundu atau sandung yang ada di
sekitar betang.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

21

Betang Karamuan

b. Batas dari betang, yaitu :


- Makam
Makam terdapat dibagian belakang Betang yang berfungsi sebagai pembatas tanah
antara pemilik betang dan masyarakat. Hasil wawancara yang kami dapatkan bahwa
makam ini juga berfungsi supaya masyarakat tidak membangun rumah ditempat
tersebut.

- Sungai
Sungai ini bernama sungai Barito yang terdapat di bagian depan betang, dimana
sungai ini terjadi aktivitas masyarakat sekitar seperti mandi, mencari ikan, dan
kegiatan sehari-hari lainnya.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

22

Betang Karamuan

-Rumah penduduk

c. Material bangunan-bangunan Betang :


- Tiang

kayu Tabalien (kayu besi).

- Lantai
- Dinding
- Atap
- Tangga/Hejan

:
:
:
:

papan, dengan sistem pasak.


papan
papan Tabalien (kayu besi) disusun membujur.
Sebagai tangga menuju ke rumah Betang

2.5 Bangunan Betang


2.5.1 Denah

Gambar. Denah lantai Betang Karamuan (kel. 1)


Denah Betang Karamuan memiliki ukuran panjang 39,25 m. pada bangunan betang
lama memiliki panjang 17.27 m, sedangkan pada bangunan betang baru 21,98 m dengan lebar

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

23

Betang Karamuan
ruang depan 3,10. Ukuran lebar kayu pada lantai bangunan betang 20 cm. Dinding Betang
terbuat dari kayu.

Gambar. Denah Kolom /struktur bawah


Keterangan :
Jihi
Tungket

Gambar. Denah Struktur Kolom(kel.2)

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

24

Betang Karamuan

Gambar. Denah Struktur Kolom (kel.3)


Tinggi rata-rata dari jumlah tiang adalah 3,10 m dan 2,85 m. Hal ini ini disebabkan
permukaan tanah yang memiliki ketinggian berbeda. Permukaan tanah yang berbeda akibat
dari erosi baik itu disebabkan hujan, kemiringan tanah yang berada dipinggiran sungai Barito.
Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan desain rumah Betang Karamuan berbentuk
panggung, yaitu :

Pertama karena periode, pada saat masa pembangunan Betang sendiri alat yang
dimiliki tidak secanggih alat-alat pada masa sekarang

Kemudian untuk mengatasi kondisi iklim terutama iklim diKalimantan Tengah


yang merupakan Tropis lembab, ciri dari Tropis Lembab adalah berpenampilan
cerah tapi memiliki suhu yang panas dan memiliki kemlembaban yang tinggi
sehingga pada saat pagi hari kelembaban bisa mencapai lebih dari 70% sehingga
sangat berpengaruh buruk terhadap tubuh manusia apabila rumah atau lantai
berdekatan dengan tanah.

Selain itu banjir yang terkadang melanda daerah tersebut karena berada di pinggir
sungai. Hampir semua rumah panjang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai
besar yang ada di Kalimantan.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

25

Betang Karamuan
2.1.2 Tampak
1.1.1. Tampak

Tampak depan

Tampak Samping Kiri

Tampak Samping Kanan

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

26

Betang Karamuan

Gambar. Potongan

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

27

Betang Karamuan

Gambar. Perletakan kuda-Kuda, Jarak Kuda-Kuda, dan Ukuran nya, yang di ambil dari hasil
survey lapangan pada Betang Karamuan Desa Banao Kec. Lahei Barat Muara Teweh

Gambar. Jarak setiap kuda-kuda memiliki ukuran yang berbeda, antara kuda_kuda 1 dan
kuda-kuda seterusnya memiliki ukuran mulai dari 2.00m 3.10m.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

28

Betang Karamuan

Bagian-bagian dari kuda-kuda Betang Tumbang Karamuan yang di buat secara tradisioal
dengan mengguakan bahan dari kayu.

Gambar. detail kuda-kuda yang dilihat dari dalam bangunan

2.6 Struktur
a. Anatomi Struktur

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

29

Betang Karamuan
Untuk mempermudah dalam pembahasan, uraian mengenai anatomi struktur bangun
Betang Karamuan, di desa Benao akan di mulai dari bagian bawah (pondasi) sampai lantai
bangunan. Anatomi bangunan yang dimaksud meliputi, tiang struktur panggung, panggung
utama (jihi) dan tiang pembantu (tungket).
Tiang adalah konstruksi penyangga yang berada di atas permukaan tanah.Terdapat dua jenis
tiang pada konstruksi tiang Betang Toyoi, pertama disebut tiang utama (jihi) dan yang kedua
adalah tiang pembantu (tungket). Jihi memiliki diameter lebih besar dan merupakan tiang
menerus dari bawah sampai atas (konstrukai atap). Jihi sekaligus berfungsi sebagai tiang
penyangga lantai panggung, penguat dinding dan penyangga konstruksi atap. Berbeda dengan
jihi, tungket memiliki diameter tiang lebih kecil. Tungket berfungsi sebagai tiang pembantu
yang menopang sloof konstruksi lantai agar tidak terjadi lendutan akibat beban. Jumlah
keseluruhan tiang yang ada pada betang yaitu 146 buah tiang.
TIANG TUNGKET :
TIANG JIHI

:
Tungket (tiang pembantu) merupakan tiang bulat yang diletakkan
kurang lebih di tengah antara dua buah tiang utama (jihi). Tiang
pembantu ini menggunakan kayu bulat utuh dengan diameter 15-20
cm. Fungsinya adalah untuk menopang konstruksi balok sloof yang
menumpu gelagar dan lantai panggung.

b. Elemen Tiang

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

30

Betang Karamuan

Gambar 1 Denah Tiang Betang Karamuan


Sumber : Sketsa Pribadi

1. Jihi 1

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

31

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi
:
Dimensi
: 30 cm
2. Tiang Tungket 1

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Tungket ke 1 pada barisan pertama


Tinggi

: 3,12

3. Tiang Tungket 2

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

32

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,10

4. Tiang Tungket 3

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,15

5. Tiang Tungket 4

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

33

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,10

6. Tiang Tungket 5

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,20

7. Tiang Tungket 6

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

34

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,18

8. Tiang tungket 7

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,2

9. Tiang Tungket 8

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

35

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,10

10. Tiang Tungket 9

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,23

1. Jihi 1

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

36

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,20

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

37

Betang Karamuan

Secara umum, tiang ini terbagi menjadi dua, yaitu tiang jihi (persegi banyak)
yang menerus dari tanah sampai konstruksi kuda-kuda tanpa sambungan, kemudian
tiang tungket (tiang pembantu) yang diletakan diantara tiang utama, yang berfungsi
menopang konstruksi balok sloof yang menumpu gelagar dan lantai panggung.
Diameter rata-rata tiang utama berkisar 45 cm, dengan tiang agung yang
berada di bagian tengah depan kanan dengan diameter 57 cm merupakan tiang utama.
Tiang pembantu diameternya 25 cm. Jumlah keseluruhan tiang adalah 28 tiang

Terdapat tiga tiang tunket yang memiliki lubang besar.

Tangga

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

38

Betang Karamuan

Secara umum pada Betang Karamuan terdapat empat jenis tangga, yaitu dua buah
disisi kiri, dan dua buah disisi kanan.

Lantai

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

39

Betang Karamuan

Konstruksi lantai terbuat dari papan ulin dengan lebar rata-rata 20 cm. Ketinggian
lantai panggung sampai ke permukaan tanah sekitar 300 cm. Lantai ini dipasang
melintang arah depan belakang yang ditopang dengan balok gelagar (ulin) dari
berbagai ukuran.
Dinding

Dinding menggunakan kayu ulindengan ukuran 20 cm.


Pintu dan Jendela

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

40

Betang Karamuan

Bab III
Gambaran Umum Betang

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

41

Betang Karamuan
3.1 Lokasi
Dalam tata letaknya betang Karamuan menghadap ke Sungai Barito yang juga
menghadap ke bagian Timur atau matahari terbit. Bangunan Betang ini dikelilingi oleh
rumah penduduk. Bagian tampak depan kiri nya, ada rumah penduduk dimana
didepannya terdapat tiang sapundu. Halaman depan rumah Betang Karamuan ini
terpotong oleh jalan lingkungan.
Sungai ini juga dijadikan sebagai tempat melakukan aktivitas seperti mencari
ikan, mandi, dan juga kegiatan lainnya yang bisa dilakukan oleh masyarakat sekitar
Betang dan juga penghuni Betang. Dermaga/lanting terlihat masih berfungsi dengan
baik.

1
6

7
8

1
0

Site Betang Karamuan

Keterangan :
Elemen ruang luar
Batas dari Betang Karamuan

1
1

3.2 Sejarah Betang Karamuan


Betang ini berdiri pada tahun 1927 yang didirikan oleh sesepuh dari penghuni betang
itu yang bernama Gegon, betang ini pada awalnya di bangun dengan 3 ruangan, yang
ditempati oleh Gegon, Lehe, dan Wari dengan berbeda keluarga. Setelah 2 tahun kemudian
ruang itu d tambah dan di huni oleh Dombo. Menurut Kepala Adat tersebut, ketinggian
Rumah Betang itu tinggi di karenakan untuk menghindar serangan musuh yang mau
menyerang dari bawah rumah, misalkan musuh yang menggunakan Tombak.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

42

Betang Karamuan
Tahap pembuatan betang ini di mulai pada bagian tengah, berdasarkan kesepakatan
mereka barang siapa yang ingin tinggal di rumah betang itu, harus menambah ruang pada
rumah betang dengan sambungan dari hulu ke hilir bangunan. Ini di karenakan pada bagian
hulu Rumah Betang sudah banyak ruang yang telah di tambah, jadi untuk keseimbangan
penambahan ruang harus dari hilir/ngawa. Penambahan ruang seiring bertambahnya penghuni
di Betang. Perehaban ruang di lakukan pada tahun 1950. Sekarang rumah Betang Karamuan
berjumlah 8 kamar, di mana tiap-tiap kamar paling sedikit di huni oleh 4 orang dan paling
banyak bisa mencapai 20 orang perkamar.
Berdasarkan Unsur Kebersamaan yang Kental
Berdirinya rumah Betang didasarkan atas kerjasama keluarga besar yang solid yang
bernaung dalam satu ikatan darah, adat, kepercayaan dan serta faktor pendukung psikologis
lainnya.
3.3 Arsitektur Bangunan
3.3.1 Denah

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

43

Betang Karamuan

3.3.2 Tampak

Tampak Depan

Tampak Samping

Tampak Samping

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

44

Betang Karamuan
3.3.3 Potongan Atap

3.3.4 Detail
c. Anatomi Struktur
Untuk mempermudah dalam pembahasan, uraian mengenai anatomi struktur bangun
Betang Karamuan, di desa Benao akan di mulai dari bagian bawah (pondasi) sampai lantai
bangunan. Anatomi bangunan yang dimaksud meliputi, tiang struktur panggung, panggung
utama (jihi) dan tiang pembantu (tungket).
Tiang adalah konstruksi penyangga yang berada di atas permukaan tanah.Terdapat dua jenis
tiang pada konstruksi tiang Betang Toyoi, pertama disebut tiang utama (jihi) dan yang kedua
adalah tiang pembantu (tungket). Jihi memiliki diameter lebih besar dan merupakan tiang
menerus dari bawah sampai atas (konstrukai atap). Jihi sekaligus berfungsi sebagai tiang
penyangga lantai panggung, penguat dinding dan penyangga konstruksi atap. Berbeda dengan

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

45

Betang Karamuan
jihi, tungket memiliki diameter tiang lebih kecil. Tungket berfungsi sebagai tiang pembantu
yang menopang sloof konstruksi lantai agar tidak terjadi lendutan akibat beban. Jumlah
keseluruhan tiang yang ada pada betang yaitu 146 buah tiang.
TIANG TUNGKET :
TIANG JIHI

:
Tungket (tiang pembantu) merupakan tiang bulat yang diletakkan
kurang lebih di tengah antara dua buah tiang utama (jihi). Tiang
pembantu ini menggunakan kayu bulat utuh dengan diameter 15-20
cm. Fungsinya adalah untuk menopang konstruksi balok sloof yang
menumpu gelagar dan lantai panggung.

d. Elemen Tiang

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

46

Betang Karamuan

11. Jihi 1

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Dimensi

: 30 cm

12. Tiang Tungket 1

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

47

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Tungket ke 1 pada barisan pertama


Tinggi

: 3,12

13. Tiang Tungket 2

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

48

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,10

14. Tiang Tungket 3

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,15

15. Tiang Tungket 4

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

49

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,10

16. Tiang Tungket 5

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,20

17. Tiang Tungket 6

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

50

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi
18. Tiang tungket 7

: 3,18

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,2

19. Tiang Tungket 8

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

51

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,10

20. Tiang Tungket 9

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,23

2. Jihi 1

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

52

Betang Karamuan

Keterangan : Gambar di atas merupakan tiang Jihi pada barisan pertama


Tinggi

: 3,20

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

53

Betang Karamuan

Secara umum, tiang ini terbagi menjadi dua, yaitu tiang jihi (persegi banyak)
yang menerus dari tanah sampai konstruksi kuda-kuda tanpa sambungan, kemudian
tiang tungket (tiang pembantu) yang diletakan diantara tiang utama, yang berfungsi
menopang konstruksi balok sloof yang menumpu gelagar dan lantai panggung.
Diameter rata-rata tiang utama berkisar 45 cm, dengan tiang agung yang
berada di bagian tengah depan kanan dengan diameter 57 cm merupakan tiang utama.
Tiang pembantu diameternya 25 cm. Jumlah keseluruhan tiang adalah 28 tiang

Terdapat tiga tiang tunket yang memiliki lubang besar.

Tangga

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

54

Betang Karamuan

Secara umum pada Betang Karamuan terdapat empat jenis tangga, yaitu dua buah
disisi kiri, dan dua buah disisi kanan.

Lantai

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

55

Betang Karamuan

Konstruksi lantai terbuat dari papan ulin dengan lebar rata-rata 20 cm. Ketinggian
lantai panggung sampai ke permukaan tanah sekitar 300 cm. Lantai ini dipasang
melintang arah depan belakang yang ditopang dengan balok gelagar (ulin) dari
berbagai ukuran.
Dinding

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

56

Betang Karamuan

Dinding menggunakan kayu ulindengan ukuran 20 cm.


Pintu dan Jendela

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

57

Betang Karamuan

Bab IV
Penutup

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

58

Betang Karamuan
4.1 Kesimpulan
Betang Karamuan merupakan rumah panggung yang ditinggali oleh keluarga Suku
Dayak yang terbagi dari beberapa keluarga yaitu yang didirikan oleh sesepuh dari
penghuni betang itu yang bernama Gegon, betang ini pada awalnya di bangun dengan
3 ruangan, yang ditempati oleh Gegon, Lehe, dan Wari dengan berbeda keluarga
Betang Karamuan berorientasi terhadap sirkulasi utama yaitu Sungai dan mengadap
kearah timur.
Betang Karamuan berbentuk panggung dengan tujuan menyelesaikan permsalahan
iklim di Kalimantan Tengah yaitu tropis lembab.

4.2

REKOMENDASI

Rekomendasi ini ditujukan kepada pihak yang terlibat secara langsung dan tidak
langsung dalam usaha Pelestarian Rumah Tradisional di Kalimantan yaitu salah satunya
Betang Karamuan di Benao Hilir. Semoga saja Pelestarian ini didasari atas pengetahuan yang
benar dalam mengenal rumah-rumah adat.
Dunia Pendidikan
Untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang rumah-rumah adat yang ada
di Kalimantan. Sehingga pengetahuan tentang Betang tidak tertinggal dan orang
dapat mengetahui pengetahuan yang benar tentang Betang yang bukan hanya
spekulasi umum yang

tidak mempunyai dasar. Mengingat bahwa banguan-

bangunan tersebut hanya ada di tempat tertentu, dan tidak ada di tempat lain
Untuk lebih memperkenalkan tentang arsitektur tradisional daerah sendiri, perlu
diperdalam dalam mata kuliah arsitektur tradisional dan dalam pelajaran-pelajaran

muatan lokal.
Membuat para pelajar dan mahasiswa mencintai budaya sendiri, sehingga
keinginan untuk menjaga dan melestarikan sesuatu yang khas dari daerah sendiri,
terus ada tertanam dalam benak masing-masing penerus. Lewat penelitianpenelitian dan praktek langsung di lapangan.

Masyarakat Suku Dayak

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

59

Betang Karamuan

Masyarakat Suku Dayak adalah pemeran utama dalam menjaga dan melestarikan
rumah adat mereka sendiri yang merupakan budaya dalam kehidupan mereka.
Masyarakat dayak diharapkan mampu menyaring berbagai budaya yang masuk ke
dalam kehidupan mereka, sehingga tidak merubah segala sesuatu yang sudah

menjadi budaya mereka.


Masyarakat Suku Dayak dapat dilibatkan dalam seminr-seminar daerah
menyangkut tentang keberadaan rumah tradisional, sehingga menambah kecintaan
masyarakat luar terhadap rumah tradisional untuk melestarikannya.

ARSITEKTUR TRADISIONAL II

60

Anda mungkin juga menyukai