TINJAUAN TEORI
2.1.1 Transformasi
Transformasi adalah suatu perubahan dari suatu kondisi (bentuk awal) ke kondisi
yang lain (bentuk akhir) dan dapat terjadi secara terus menerus atau berulang kali
yagn dipengaruhi oleh dimensi waktu yang dapat terjadi secara cepat atau lambat,
tidak saja berhubungan dengan perubahan fisik tetapi juga menyangkut perubahan
sosial budaya ekonomi politik masyarakat karena tidak dapat lepas dari proses
perubahan baik lingkungan (fisik) maupun manusia (nonfisik). Transformasi
manghsilkan menghasilkan bentuk yng berbeda namun mempunyai nilai – nilai
yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang
mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan
fungsi. (the new grolier webster international dictionary of english languange)
Menurut pendapat pra ahli transformasi adalah sebuah proses perubahan secara
berangsur –angsur hingga sampai pada tahap ultimate. Perubahan dilakukan dengan
cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal & internal yang akan
mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui secara
berulang – ulang atau melipat gandakan (antoniades,1990). Perubahan fisik
disebabkan oleh adanya kekuatan non fidik yaiut perubahan budaya,sosial, ekonomi
dan politik (rossi,1982 dalam sari,2007)
Selain unsur-unsur rinupa yang bersumber pada arsitektur, dewasa ini sudah mulai
diminati dan menjadi perhatian arsitek adalah unsur-unsur rinupa dari seni kriya,
yakni tenunan tradisional. Unsur yang diambil dar tenun ini adalah komposisi warna
dan motifnya yang dikembangkan sebagai elemen estetika pada interior maupun
eksterior bangunan. Salah satu contoh yang merupakan konsep ini adalah
pembangunan rumah sehat sederhana yang dibngun oleh Plan International Kupang
di Desa Bola Kabupaten Kupang Timur beberapa tahun lalu. Faktor penting yang
juga perlu diperhatikan disamping unsur-unsur rinupa adalah bebrapa prinsip dasar
yang menjadi landasan pijak dalam mengembangkan arsitektur vernakular sebagai
berikut :
1. Iklim merupakan faktor sangat penting yang harus diprtimbangkan dalam
perencanaan perancangan arsitektur di Indonesia. Demikian juga dalam pemilihan
material (bahan) yang digunakan sedapat mungkin dapat mengantisifasidampak dari
iklim tersebut.
2. Disamping bahan bangunan produksi teknologi maju penggunaan bahan lokal
seperti batu bata, genteng, kayu, bambu, dan sebagainya hasil produksi rakyat harus
tetap dipertimbangkan. Selama bahan tersebut memenuhi kegunaandan persyaratan
teknis maka bahab tersebut tetap modern dan sekaligus menunjukkan kelokalannya.
3. Keaneka ragaman dalam arsitektur Indonesia modern yang sesuai dengan keaneka
raganman budaya daerah harus tetap dikembangkan, karena justru keaneka ragaman
inilah yang merupakan ciri khas Indonesia.
4. Dalam kenyataan, suatu karya arsitektur akan dapat dirasakan dan dilihat sebagai
karya yang bercorak Indonesia, bla karya ini mampu untuk : a) membangkitkan
perasaan dan suasana ke-Indonesiaan lewat rasa dan suasana dan atau b)
menampilkan unsur dan komponen arsitektural yang nyata-nyata nampak corak ke-
daerahannya tetapi tidak hadir sebagai tempelan atau tambahan (= topi)
Dengan mengacu pada prinsip-prinsip yang merupakan landasan pijak tadi, maka
upaya memodernkan arsitektur vernakular Indonesia (NTT) sebenarnya lebih
realistik. Sebab disini yang bisa dilakukan adalah me-masa-kini-kan atau
memodernkan ungkapan rupa, rasa, dan suasana arsitektur-arsitektur vernakular
tadi. Dalam hal ini berarsitektur dapat dilakukan dengan penghadiran kembali lewat
ubah suai (modifikasi) berbagai unsur dan komponen arsitektur vernakular yang ada
pada setiap daerah di Indonesia (di NTT). Guna menghadirkan tempelan dan ‘topi’
bukanlah mutahil bila titik berangkat dalam berarsitektur adalah segenap ungkapan
arsitektur vrtnakular tadi. Jaditidak lagi diharamkan untuk memulai kegiatan
berarsitektur dengan mengambil ungkapan yang tersedia. Modifikasi dan kombinasi
ungkapan bisa dijadikan salah satu sarana berarsitektur.
Namun untuk mencapaiitu semua dan dalam rangka mengembangkan masa depan
arsitektur indonesia (NTT) maka perlu digalakkan penelitia-penelitian guna
menggali kasana arsitektur vernakular dengan segala unsur dan komponennya yang
tersebar di persada bumi Indonesia. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai landasan atau pertimbangan penting dalam proses
Teori memiliki satu ciri yakni sangat umum, dan karena itu tidak cukup
mantap untuk dimanfaatkan dalam proses memproduksi rancangan. Di dalam
arsitektur teori yang sangat terlalu umum sifatnya ini dicoba atau ditransformasi
darai yang sangat umum menjadi yang lebih khusus (ada proses mengubah). Proses
transformasi teori ini wujudnya berupa asas dan merupakan prinsip yang mendasar.
Dalam kegiatan transformasi tersebut terdapat sedikitnya dua asas yaitu :
1. Jika kita ingin mentansformasi arsitektur, tindakan itu sebaiknya dilakukan
terhadap salah satu sub sistem dan mengajengkan sub sistem yang lain. Dengan
kata lain yan satu diubah dan yang lain diseuaikan (diajengkan)
Nilai Rupa
Ajeng / sesuai Ubah
Arsitektur sumber atau langgam yang dijadikan sebagai dasar atau acuan
dalam suatu perancangan arsitektur yang harus mengalami pengubahan sehingga
meghasilkan arsitektur atau langgam baru. Dalam hal ini bila arsitektur adalah
arsitektur Yunani dan Romawi maka hasil pengolahan langgamnya disebut
arsitektur post modern, khususnya purna modern. Sedangkan bila arsitektur
sumbernya arsitektur vernakular, maka hasil pengolahan (transformasinya) disebut
arsitektur Neo Vernakular. Namun yang perlu diperhatikan bahwa dalam
pengubahan arsitektur (transformasi) yang paling penting adalah metoda dan teknik
yang digunakandalam proses transformasi arsitektur tersebut.
Dengan demikian pengubahan suatu arsitektur bisa saja dilakukan terhadap satu
aliran arsitektur saja dengan mengambil satu elemen dari suatu arsitektur atau
elemen dari suatu arsitektur dengan elemen arsitektur lainnya. Disini dapat saja
dilukukan hibrida antara arsitektur vernakulae dengan arsitektur dekonstruksi,
atau arsitektur bergaya mediterania dengan arsitektur vernakular dan lain
sebagainya.
Untuk dapat melakukan transformasi, selai mengacu pada dua asas dan persyaratan
atau ketentuan oleh langgam diatas masih diperlukan akan adanya pengetahuan
praktis yaitu : metoda dan teknik. Disini metoda dan teknik merupakan alat kaji
yang digunakan dalam upaya melakukan pengubahan (transformasia0 arsitektur.
Lebih lanjut mengenai metoda dan teknik tersebut dapat dilihat pada tabel :
SUB SISTEM METODA TEKNIK
Nilai Rupa Transformasi • Dimensi/matra (dari 2 matra ke 3
(Ubah) matra dan sebaliknya
• Sosok-latar (figure – groun)
• Subtitusi (diganti/ditukar)
Kombinasi • Antar waktu (lama + baru)
• Perioda (antar) langgam (style)
• Antar lokal (geografi)
• Applique (aplikasi/kerajinan)
Nilai Rupa (Suai) Modifikasi • Eksagerasi
• Eliminasi
• Repetisi
Untuk dapat mengatakan bahwa AML menyatu didalam AMK atau AML bukan
tempelan belaka, maka antara AML dan AMK secara visual harus merupakan
kesatuan (unity). Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam komopsisi
arsitektur. Apabila yang dimaksud menyatu bukan menyatu secara visual, misalnya
kualitas abstrak banguan yang berhubunganm denga perilaku manusia maka cara
penilaian dapa dilakukan dengan mengunakan observasi langsung maupun tidak
langsung.
Orientasi masa bangunan pada arah (timur – barat) adalah untuk memanfaatkan
pencahayaan dan potensi cahaya matahari sebagai sumber cahaya alami kedalam bangunan
dari sisi samping bangunan. Orientasi depan bangunan yang menghadap ke lapangan
upacara didepannya memberi kesan monumental. Selain itu juga view yang didapat dengan
orientasi ke utara adalah menghadap pada teluk kupang, yang menjadi pintu masuk
pendatang ke kota kupang dari arah perairan (laut), yang memiliki view yang sangat indah.
2. TAMPILAN
Pada tampilan gedung pemerintahan walikota kupang dapat dilihat
penerapan beberapa arsitektur yaitu arsitektur atoni , arsitektur ende dan
arsitektur sumba yang dapat dilihat pada olahan atap di gedung tersebut.
ATAP SUMBA
ATAP ENDE
ATAP ATONI
3. ELEMEN PENUNJANG
Pada area kantor walikota juga terdapat menara air yang menyerupai alat
musik moko (alat musik tradisional alor)
• ARSITEKTUR SUMBA
• ARSITEKTUR ENDE
• ARSITEKTUR ATONI
TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 15
Arsitektur Atoni yang ditransformasikan pada gedung pemerintah Walikota
Kupang terdapat pada bagian canopy. Dimana dari pola struktur serta tampilannya
langsung mengambil bentuk asli Arsitektur Atoni (Ume Lopo). Disini unsur yang
ditransformasikan hanya semata pada penggunaan material atau bahan sedangkan
bentuknya tetap serupa dengan arsitektur sumbernya.
Sebagai metoda dan teknik desain yang digunakan pada proses transformasi
arsitektur vernakular di gedung pemerintah Kota Kupang.
Subsitusi (diganti atau ditukar) suatu unsur elemen arsitektur sengaja
dihilangkan karena akan diganti dengan elemen struktur lain dalam hal ini
dapat dilakukan antar langgam yang berbeda. Ini terlihat adanya pembaruan
tiga arsitektur sumber yang dipadu dengan arsitektur modern sehingga
menghasilkan sosok gedung pemerintah Kota Kupang yang cukup kokoh
dalam menerima gaya-gaya yang bekerja serta nilai arsitektural lainnya
seperti proporsi dan keseimbangn.
ARSITEKTUR
VERNAKULAR
(NGADA)
ARSITEKTUR
MODERN
ARSITEKTUR SUMBA
ARSITEKTUR ENDE
ARSITEKTUR ATONI
BAB IV