Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi Transformasi Arsitektur Vernakular

2.1.1 Transformasi

Transformasi adalah suatu perubahan dari suatu kondisi (bentuk awal) ke kondisi
yang lain (bentuk akhir) dan dapat terjadi secara terus menerus atau berulang kali
yagn dipengaruhi oleh dimensi waktu yang dapat terjadi secara cepat atau lambat,
tidak saja berhubungan dengan perubahan fisik tetapi juga menyangkut perubahan
sosial budaya ekonomi politik masyarakat karena tidak dapat lepas dari proses
perubahan baik lingkungan (fisik) maupun manusia (nonfisik). Transformasi
manghsilkan menghasilkan bentuk yng berbeda namun mempunyai nilai – nilai
yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang
mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan
fungsi. (the new grolier webster international dictionary of english languange)

Transformsi berarti perubahan menjadi sesuatu . transformasi dapat dianggap


sebagai sebuah proses pemalihan total dai suatu bentuk menjadi sebuah sosok baru
yang dapat diartika sebagai tahap akhir dari sebuah proses perubahan sebagai
sebuah proses yang dijalani secaa bertahap faktor ruang dan waktu menjadi hal yang
sangat mempengaruhi perubahan tersebut. (webster Dictionary, 1970)

Menurut pendapat pra ahli transformasi adalah sebuah proses perubahan secara
berangsur –angsur hingga sampai pada tahap ultimate. Perubahan dilakukan dengan
cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal & internal yang akan
mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui secara
berulang – ulang atau melipat gandakan (antoniades,1990). Perubahan fisik
disebabkan oleh adanya kekuatan non fidik yaiut perubahan budaya,sosial, ekonomi
dan politik (rossi,1982 dalam sari,2007)

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 1


Klasifikasi transformasi :
1. Perubahan dimensi
2. Perubahan dengan dimensi
3. Perubahan dengan penambahan

2.1.2 Arsitektur Vernakular


Vernakular artinya bahasa setempat, dalam arsitektur istilah ini dapat digunakan
untuk menyebutkan bentuk-bentuk yang merupakan unsur-unsur budaya,
lingkungan termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik
arsitektural seperti : tata letak, struktur, detail-detail bagian ornament dan lain
sebagainya. Istilah vernacular juga berkaitan dengan potensi local (bahan bangunan
dan tenaga kerja local) serta kearifan local (pelestarian alam dan budaya gotong
royong).
Istilah vernacular juga digunakan dalam hubungan dengan arsitektur primitive
dengan menunjukkan perbedaan keduanya melalaui variable-varisbel pembeda,
seperti : bentuk hunian, pemanfaatan ruang, ornamentasi, konstruksi, pengaruh alam
dan pengaruh manusia. Lebihlanjut mengenai perilaku varisbel pembeda tersebut
dapat dlihat pada table berikut :

No Variabel Primitif Vernakular


1 Bentuk hunian Sangat sederhana diambil dari Sederhana
benda-benda sekitarnya
2 Pemanfaatan Menyatu dengan alam, tidak Alam sebagai pendukung
ruang (Space) ada pemisahan yang jelas, dan ada pemisahan dalam
dengan space yang lain. bangunan
Misanya untuk binatang.
3 ornamentasi Sederhana dan sebagian tidak Rumit, hasil olahan tangan
ada, hasil olahan tangan tampa ahli atau tukang dengan
keahlian khusus peralatan tertentu.
4 Penampangan Polos, tampa olahan yang Dekoratif penuh dengan

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 2


detail atau rinci ornamentasi simbolisme
5 Konstruksi Material lokal Material local olahan
6 Metode Ereksi Manual, gotong royong Manual tukang
7 Pengaruh alam Keseimbangan dengan lam dan Dimulainya eksplorasi alam;
pemanfaatan sumber daya unsur-unsur alam hanya
alam secara optimal tampil sebagai symbol pada
bangunan
8 Perilaku Kultur perambah Kultur agraris
manusia

2.2 Arsitektur Vernakular NTT Sebagai Desain Kiwari

2.3 Metoda Dan Teknik Transformasi Arsitektur

2.1 Unsur-Unsur Rinupa Arsitektur

Sebelum memasuki metoda teknik transformasi arsitektur vernakular ada baiknya


disiniuntuk dikedepankan hal kwal tentang unsur-unsur rinupa arsitektur apa saja
yang dapat dipertimbangkan dalam transformasi arsitektur tersebut. Karena hanya
dengan mengenal unsur rinupa tersebut akan memudahkan arsitek dalam memilih
alternatif desain terhadap arsitektur vernakular yang akan dikembangkan dalam
rancangan yang kiwari (masa kini)

Adapun unsur-unsur rinupa arsitektur vernakular yang dapat dijadikan sebagai


sumber bagi pengembangan arsitektur masa kini diantaranya :
1. Atap
2. Ornamen dan dekorasi (ragam hias)
3. Hunian dalam kebun (konsep ekologis)
4. Lepas daribumi (konstruksi sistem umpak)
5. Religiositas, Kepemimpinan (Tampilan Setangkup)
6. Pola ruang (ekterior dan interior)

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 3


7. Sistem konstruksi (pola sambungan)

Selain unsur-unsur rinupa yang bersumber pada arsitektur, dewasa ini sudah mulai
diminati dan menjadi perhatian arsitek adalah unsur-unsur rinupa dari seni kriya,
yakni tenunan tradisional. Unsur yang diambil dar tenun ini adalah komposisi warna
dan motifnya yang dikembangkan sebagai elemen estetika pada interior maupun
eksterior bangunan. Salah satu contoh yang merupakan konsep ini adalah
pembangunan rumah sehat sederhana yang dibngun oleh Plan International Kupang
di Desa Bola Kabupaten Kupang Timur beberapa tahun lalu. Faktor penting yang
juga perlu diperhatikan disamping unsur-unsur rinupa adalah bebrapa prinsip dasar
yang menjadi landasan pijak dalam mengembangkan arsitektur vernakular sebagai
berikut :
1. Iklim merupakan faktor sangat penting yang harus diprtimbangkan dalam
perencanaan perancangan arsitektur di Indonesia. Demikian juga dalam pemilihan
material (bahan) yang digunakan sedapat mungkin dapat mengantisifasidampak dari
iklim tersebut.
2. Disamping bahan bangunan produksi teknologi maju penggunaan bahan lokal
seperti batu bata, genteng, kayu, bambu, dan sebagainya hasil produksi rakyat harus
tetap dipertimbangkan. Selama bahan tersebut memenuhi kegunaandan persyaratan
teknis maka bahab tersebut tetap modern dan sekaligus menunjukkan kelokalannya.
3. Keaneka ragaman dalam arsitektur Indonesia modern yang sesuai dengan keaneka
raganman budaya daerah harus tetap dikembangkan, karena justru keaneka ragaman
inilah yang merupakan ciri khas Indonesia.
4. Dalam kenyataan, suatu karya arsitektur akan dapat dirasakan dan dilihat sebagai
karya yang bercorak Indonesia, bla karya ini mampu untuk : a) membangkitkan
perasaan dan suasana ke-Indonesiaan lewat rasa dan suasana dan atau b)
menampilkan unsur dan komponen arsitektural yang nyata-nyata nampak corak ke-
daerahannya tetapi tidak hadir sebagai tempelan atau tambahan (= topi)

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 4


5. Merupakan prinsip yang penting yakni, tumbuhnya keyakinan dalam diri perancang
(arsitek) bahwa arsitektur vernakular Indonesia harus menjadi titik berangkat dan
sekaligus sumber kearsitekturan. Baik unsur komponen bentuk arsitektur
vernakular, maupun kandungan lambang dan maknanya, kesemua ini ternyata jauh
lebih kaya dari sumber arsitektur barat itu sendiri. Betapa tidak arsitektur barat
hanya memiliki arsitektur Yunani dan Romawisebagai sumber , sedangkan untuk
Indonesia sendiri sangat beragam atau memiliki sejumlah sumber yang saling
memperkaya.
6. Kemodernan tidak haus tidak harus diartikan sebagai meniru proses kerja, tetapi
lebih kearah pola berpikir. Dan kemodernan pola berpikir tidak harus diikuti dengan
proses bekerjanya,bahan dasarnya, alatnya dan apalagi tenaganya.

Dengan mengacu pada prinsip-prinsip yang merupakan landasan pijak tadi, maka
upaya memodernkan arsitektur vernakular Indonesia (NTT) sebenarnya lebih
realistik. Sebab disini yang bisa dilakukan adalah me-masa-kini-kan atau
memodernkan ungkapan rupa, rasa, dan suasana arsitektur-arsitektur vernakular
tadi. Dalam hal ini berarsitektur dapat dilakukan dengan penghadiran kembali lewat
ubah suai (modifikasi) berbagai unsur dan komponen arsitektur vernakular yang ada
pada setiap daerah di Indonesia (di NTT). Guna menghadirkan tempelan dan ‘topi’
bukanlah mutahil bila titik berangkat dalam berarsitektur adalah segenap ungkapan
arsitektur vrtnakular tadi. Jaditidak lagi diharamkan untuk memulai kegiatan
berarsitektur dengan mengambil ungkapan yang tersedia. Modifikasi dan kombinasi
ungkapan bisa dijadikan salah satu sarana berarsitektur.

Namun untuk mencapaiitu semua dan dalam rangka mengembangkan masa depan
arsitektur indonesia (NTT) maka perlu digalakkan penelitia-penelitian guna
menggali kasana arsitektur vernakular dengan segala unsur dan komponennya yang
tersebar di persada bumi Indonesia. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai landasan atau pertimbangan penting dalam proses

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 5


perancangan arsitektur, agar tercipta karya-karya arsitektur yang beridentitas
Indonesia. (NTT)

2.2 Teori dan Asas

Dalam melakukan pengubahan (transformasi) arsitektur, maka yang perlu


diperhatikan adalah bahwa setiap arsitektur memiliki dua sub sistem yakni : sub
sistem nilai (makna) dan sub sistem rupa (ruang dan bentuk.

(SUB) SISTEM NILAI ARSITEKTUR (SUB) SISTEM RUPA

ARSITEKTUR dan SUB STRUKTURNYA

Teori memiliki satu ciri yakni sangat umum, dan karena itu tidak cukup
mantap untuk dimanfaatkan dalam proses memproduksi rancangan. Di dalam
arsitektur teori yang sangat terlalu umum sifatnya ini dicoba atau ditransformasi
darai yang sangat umum menjadi yang lebih khusus (ada proses mengubah). Proses
transformasi teori ini wujudnya berupa asas dan merupakan prinsip yang mendasar.
Dalam kegiatan transformasi tersebut terdapat sedikitnya dua asas yaitu :
1. Jika kita ingin mentansformasi arsitektur, tindakan itu sebaiknya dilakukan
terhadap salah satu sub sistem dan mengajengkan sub sistem yang lain. Dengan
kata lain yan satu diubah dan yang lain diseuaikan (diajengkan)
Nilai Rupa
Ajeng / sesuai Ubah

ubah Ajeng / suai

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 6


2. Bhineka Tunggal Ika; dengan memberi tekanan pada Bhineka berarti dalam
mentransformasiarsitektur diharapkan dapat menghasilkan sebuah kebhinekaan/
keanekaragaman (pengkayaan terhadap yang ditransformasikan).

Selain itu dalam pengubahan (transformasi) arsitektur khususnya dalam olah


langgam juga perlu memperhatikan bebrapa persyaratan atau ketentuan berikut :
Olah langgam merupakan olah wujud (‘bentuk’) dan oleh karena itu
mensyaratkanmutlaknya penggarapan rancangan secara grafis.
Olah langgam dilakukan dengan pengarahan agar :

a. arsitektur memiliki wujud riupa pada permukaannya

b. arsitektur mampu menampakkan jati diri (etnik, budaya, historik)


Olah langgam mensyaratkan ditetapkannya langgam asal/langgam sumber.
Langgam ini tidak terbatas pada arsitektur klasik Yunani dan Romawi tetapi semua
langgal yang perna hadir di arsitektur, termasuk arsittektur vernakular/ tradisional.
Dalam olah langgam hendaknya juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar
dari langgam dasr/sumber misalya kesinambungan proporsi bangunan untuk
menghindari hilangnya identitas langgam sumber tersebut.
Meskipun olah langgam cenderung merupakan olah permukaan hendaknya
dihindari pengolahan dimana langgam hadir sebagai tempelan.
Tidakan mengolah langgam tidak menolak pandangan bahwa olahan initidak
bedanya dengan kegiatan tatarias (make ap) namun bukan sekedar tatarias demi
kejelitaan melainkan tatarias demi fungsi jti diri dari arsitektur.
Meskipun teknik-teknik olah geometri dapat dipakai sebagai teknik olah langgam,
namun olah langgam itu sendiri bukanlah olah geometrika.
Tidak memutlakkan keharusan untuk terkait dengan olah aktivitas dalam bangunan,
ataupun dengan jenis atau tipeperuntukkan bangunan.

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 7


ARSITEKTUR ARSITEKTUR
STRATEGI /
SUMBER/ BARU/ LANGGAM
METODA &TEKNIK
LANGGAM ‘BARU’
SUMBER
Bagan umum Langkah Olah Langgam

Arsitektur sumber atau langgam yang dijadikan sebagai dasar atau acuan
dalam suatu perancangan arsitektur yang harus mengalami pengubahan sehingga
meghasilkan arsitektur atau langgam baru. Dalam hal ini bila arsitektur adalah
arsitektur Yunani dan Romawi maka hasil pengolahan langgamnya disebut
arsitektur post modern, khususnya purna modern. Sedangkan bila arsitektur
sumbernya arsitektur vernakular, maka hasil pengolahan (transformasinya) disebut
arsitektur Neo Vernakular. Namun yang perlu diperhatikan bahwa dalam
pengubahan arsitektur (transformasi) yang paling penting adalah metoda dan teknik
yang digunakandalam proses transformasi arsitektur tersebut.

Dengan demikian pengubahan suatu arsitektur bisa saja dilakukan terhadap satu
aliran arsitektur saja dengan mengambil satu elemen dari suatu arsitektur atau
elemen dari suatu arsitektur dengan elemen arsitektur lainnya. Disini dapat saja
dilukukan hibrida antara arsitektur vernakulae dengan arsitektur dekonstruksi,
atau arsitektur bergaya mediterania dengan arsitektur vernakular dan lain
sebagainya.

Aspek penting lainnya yangperlu diprhatikan dalam pengubahan


(transformasi)arsitektur adalah kemampuan arsitek dalam menangkap karakteristik
atau ciri-ciri dari ragam atau aliran arsitektur. Dengan kata lain untuk melakukan
pengubahan (transformasi) arsitektur seorang arsitek harus memilikipengetahuan
yang cukup memadai mengenai ciri-ciri dari suatu aliran atau ragam arsitektur
sebagai ‘vocabulary’yang dapat dijadikan sumber untuk berarsitektur. Tampa

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 8


penguasaan yang baik terhadap karakteristik arsitektur tersebut seorang arsitek tidak
mungkin dapat melakukan pengubahan (transformasi) arsitektur dengan baik.
Dengan demilian penguasaan terhadap karakteristik dari suatu arsitektur merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap arsitek disamping penguasaan teknik
dan metoda transformasinya.

2.3 Metoda dan Teknik

Untuk dapat melakukan transformasi, selai mengacu pada dua asas dan persyaratan
atau ketentuan oleh langgam diatas masih diperlukan akan adanya pengetahuan
praktis yaitu : metoda dan teknik. Disini metoda dan teknik merupakan alat kaji
yang digunakan dalam upaya melakukan pengubahan (transformasia0 arsitektur.
Lebih lanjut mengenai metoda dan teknik tersebut dapat dilihat pada tabel :
SUB SISTEM METODA TEKNIK
Nilai Rupa Transformasi • Dimensi/matra (dari 2 matra ke 3
(Ubah) matra dan sebaliknya
• Sosok-latar (figure – groun)
• Subtitusi (diganti/ditukar)
Kombinasi • Antar waktu (lama + baru)
• Perioda (antar) langgam (style)
• Antar lokal (geografi)
• Applique (aplikasi/kerajinan)
Nilai Rupa (Suai) Modifikasi • Eksagerasi
• Eliminasi
• Repetisi

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 9


Untuk lebih memperjelas tenteng pengetahuan praktis khususnya yang
berkaitan dengan teknik pengubahan suatu arsitektur maka perlu dideskripsi lebih
lanjut menyangkut teknik-teknik pengubahan arsitektur tersebut.
➢ Ubah Dimensi/Matra

Yakni tidakan pengubahan suatu arsitektur dari 3 dimensi/trimatara


menjadi 2 dimensi/dwimatra atau sebaliknya dari 2 dimensi/dwimatra
menjadi 3 dimensi/trimatra.
➢ Sosk – Latar (Figure –Ground)

Suatu langgam (style) yang satu ditumpangjkan didepan langgam yang


lain, sehingga salah satu langgam menjadi latar depan dan yang lainnya
menjadi latar belakang.
➢ Subtitusi

Sesuatu unsur atau elemen arsitektur segaja dihilangkan karena akan


diganti dengan unsur/elemen arsitektur yang lain dalam hal ini dapat
dilakukan antar langgam arsitektur yang berbeda.
➢ Antar – Waktu (Lama-Baru)

Langgam arsitektur yang lampau dikombinasikan dengan arsitektur


modern, atau arsitektur tradisional dikombinasikan dengan arsitektur
masa kini.
➢ Periode (antar) Langgam

Perubahan arsitektur antar(perioda) dengan langgam tertentu dalam


perioda dan langga yang berbeda. Misalnya antara arsitektur Sabu
dengan Neo Klasik.
➢ Antar Lokal (Geografi)

Pengubahan arsitektur antar daerah (suku) misalnya antara arsitektur


Rote dengan Arsitektur Atoni
➢ Applique (Aplikasi /Kerajinan)
TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 10
Bukan penerapan yang menunjuk kepada kerajinan wanita (bordir atau
sulam) tetapi tindakan menempel – nempelkan beberapa elemen yang
berbeda asal usulnya sehingga kumpulan dari tempelan tadi
menghasilkan sebuah gambar baru. Sebagai contoh penerapan konsep
motif ddan warna tenunan tradisional sebagai elemen estetika arsitektur
pada karya arsitektur rumah sehat yang dibanguan Plan International
Kupang di Desa Bola Kecamatan Kpang Timur.
➢ Eksagerasi

Sebuah tindakan menubah ukuran (memperbesar, memperkecil,


memperpendek dan memeperpanjang) dan atau proporsi dari suatu
elemen bangunan yang suda dikenal identitasnya.
➢ Eliminasi (Reduksi)

Tindakan menghilanglkan elemen tertentu suatu bangunan tetapi


bangunan yangdihilangkan tersebut mas dapat dikenal.
➢ Repetisi (Pengulangan)

Tindakan memeperbanyakatau pengulangan suatu elemen bangunan


pada sebuah arsitektur.

Disamping tekni-teknik diatas juga terdapat strategi pengubahan arsitektur


yang lainnya yakni pendekatan regionalisme oleh Wondomiseno. Dalam
perancangan pendekatan regionalisme harus dilakukan berdasarkan
pengertian tantang hubungan antara manusia dengan lingkungannya atau
MER (Men Environment Relations)

Pendekatan regionalisme pada prinsipnya adalah suatu strategi yang


mencoba mengkaitkan arsitektur mas lampau (AML) dengan arsitektur masa
kini (AMK). Dengna bebrapa kemungkinan hasil akhir sebagai berikut :
1) Tempelan elemen AML pada AMK
TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 11
2) Elemen fisik AML menyatu pada AMK
3) Elemen fisik AML tidak terlihat jelas pada AMK
4) Wujud AML mendominasi AMK
5) Ekspresi wujud AML menyatu didalam AMK

Untuk dapat mengatakan bahwa AML menyatu didalam AMK atau AML bukan
tempelan belaka, maka antara AML dan AMK secara visual harus merupakan
kesatuan (unity). Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam komopsisi
arsitektur. Apabila yang dimaksud menyatu bukan menyatu secara visual, misalnya
kualitas abstrak banguan yang berhubunganm denga perilaku manusia maka cara
penilaian dapa dilakukan dengan mengunakan observasi langsung maupun tidak
langsung.

Untuk mendapatkan kesatuan dalam komposisi arsitektur ada 3 syarat utama.


Persyaratan tersebut adalah adanya dominasi, pengulangan dan kesinambungan
ddalam komposisi. Dominasi yaitu ada yang menguasai keseluruhan komposisi.
Dominasi dapat dicapai dengan menggunakan warna material maupun obyek-obyek
pembentuk komposisi itu sendiri. Dalam pengulangan dapat dilakukan dengan
berbagai keanakaan irama atau repetisi agar tidak terjadi kesenadaan (motonitas).
Kesinambungan atau kemenerusan adalah adanya garis hubung maya yang
menghubungkan perletakan obyak-pbyek pembentuk komposisi.

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 12


BAB III

TINJAUAN OBYEK STUDY

3.1 TINJAUAN UMUM LETAK OBYEK STUDY

kantor walikota terletak di jalan perintis kemerdekaan kota kupang.

Sumber : google earth

Orientasi masa bangunan pada arah (timur – barat) adalah untuk memanfaatkan
pencahayaan dan potensi cahaya matahari sebagai sumber cahaya alami kedalam bangunan
dari sisi samping bangunan. Orientasi depan bangunan yang menghadap ke lapangan
upacara didepannya memberi kesan monumental. Selain itu juga view yang didapat dengan
orientasi ke utara adalah menghadap pada teluk kupang, yang menjadi pintu masuk
pendatang ke kota kupang dari arah perairan (laut), yang memiliki view yang sangat indah.

3.2 TATANAN BENTUK,TAMPILAN & ELEMEN PENUNJANG


1. MASSA BANGUNAN
Masa / bentuk merupkan sesuatu yang kompleks dala perwuudan desain
secara fisik sekaligus mengekspresikan fungsi, ruang, dan citr tertentu
seperti massa bangunan gedung kantro walikota kupang in merupakan

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 13


massa/bentuk yang terpusat karena hanya memilki 1 massa bangunan saja.
Bentuk dasar geometrinya empat persegi dengan setengah elips pada
samping bangunan sebagai fungsi tangga. Bangunan ini menampilkan
bentuk dasar yang sederhana yang menganut salah satu prinsip arsitektur
modern yaitu permainan bentuk geometri sederhana, dengan olahan bentuk
cubisme eometris asimetris.

2. TAMPILAN
Pada tampilan gedung pemerintahan walikota kupang dapat dilihat
penerapan beberapa arsitektur yaitu arsitektur atoni , arsitektur ende dan
arsitektur sumba yang dapat dilihat pada olahan atap di gedung tersebut.

ATAP SUMBA

ATAP ENDE

ATAP ATONI

3. ELEMEN PENUNJANG
Pada area kantor walikota juga terdapat menara air yang menyerupai alat
musik moko (alat musik tradisional alor)

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 14


3.2 Ragam Arsitektur Vernakular NTT Pada Gedung Kantor Walikota Kupang

• ARSITEKTUR SUMBA

Arsitektur Sumba yang ditransformasi pada Gedung Pemerintah Walikota


Kupang sangat menonjol pada bangunan utama, hal ini terlihat jelas pada
penyelesaian massa bangunan yang mengambil bentuk dasar persegi empat
(kekhasan denah dan pola ruang Arsitektur Sumba) dan pada olahan atap Joglo
Sumba.

• ARSITEKTUR ENDE

Arsitektur Ende yang terdapat pada gedung Pemerintah Walikota Kupang,


nampak pada penyelesaian atap tempat ruang kerja walikota dan aula. Atap
bangunan utama pada Arsitektur Ende dan atap teras diubah fungsinya menjadi
atap entrance pada gedung Walikota Kupang.

• ARSITEKTUR ATONI
TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 15
Arsitektur Atoni yang ditransformasikan pada gedung pemerintah Walikota
Kupang terdapat pada bagian canopy. Dimana dari pola struktur serta tampilannya
langsung mengambil bentuk asli Arsitektur Atoni (Ume Lopo). Disini unsur yang
ditransformasikan hanya semata pada penggunaan material atau bahan sedangkan
bentuknya tetap serupa dengan arsitektur sumbernya.

3.3 METODA DAN TEKNIK TRANSFORMASI

Sebagai metoda dan teknik desain yang digunakan pada proses transformasi
arsitektur vernakular di gedung pemerintah Kota Kupang.
Subsitusi (diganti atau ditukar) suatu unsur elemen arsitektur sengaja
dihilangkan karena akan diganti dengan elemen struktur lain dalam hal ini
dapat dilakukan antar langgam yang berbeda. Ini terlihat adanya pembaruan
tiga arsitektur sumber yang dipadu dengan arsitektur modern sehingga
menghasilkan sosok gedung pemerintah Kota Kupang yang cukup kokoh
dalam menerima gaya-gaya yang bekerja serta nilai arsitektural lainnya
seperti proporsi dan keseimbangn.

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 16


Antar waktu (lama – baru) langgam arsitektur yang lampau dikombinasikan
dengan arsitektur modern atau vernakular. Hal ini dapat terlihat pada fasad
gedung kantor walikota kupang yang mana arsitektur vernakularnya
dekolaborasikan dengan arsitektur masa kini. Misalnya penggunaan bentuk
yang berkesan seperti bentuk masa lampau (vernakular) dengan bahan level-
level beton.

ARSITEKTUR
VERNAKULAR
(NGADA)

ARSITEKTUR
MODERN

Antar lokal (geografi) penggabungan antar daerah atau suku. Misalnya


antara arsitektur Atoni, Ende dan Sumba yang dipadukan dan menghasilkan
Gedung Pemerintahan Kantor Walikota Kupang.

ARSITEKTUR SUMBA

ARSITEKTUR ENDE

ARSITEKTUR ATONI

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 17


Aplique, bukan penerapan yang menunjuk kepada kerajinan seperti bordir atau sulaman tetapi
tindakan menempelkan beberapa elemen yang berbeda asal-usulnya, sehingga kumpulan tadi
menghasilkan sebuah gambaran baru. Misalnya padabagian interior Gedung Pemerintah Kota
Kupang terdapat teknik aplikasi motif tenunan tradisional Sumba.
Egsagarasi. Sebuah tindakan mengubah ukuran atauproporsi dari suatu elemen bangunan yang
sudah dikenal identitasnya. Misalnya pembesaran bentuk arsitektur Sumba pada atap utama
gedung Pemerintah Kota Kupang, pengecilan atap arsitektur Ende, dan arsitektur Atoni menkjadi
elemen atap entrance.
Eliminasi/reduksi. Tindakan yang menghilangkan elemen tertentu suatu bangunan tetapi bagian
yang dihilangkan tersebut masi tetap dikenal. Misalnya ragam hias pada puncak atap arsitektur
Ende yang dihadirkan pada entrance, dihilangkan dan diganti dengan elemen estetika yang lain
dan menyerupai tanduk kerbau.

BAB IV

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 18


KAJIAN & ANALISA

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 19


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

TRANSFORMASI ARSITEKTUR VERNAKULAR | KELOMPOK GANJIL B Page 20

Anda mungkin juga menyukai