Gambar 3. Naungan yang diolah dengan mengeksplorasi tektonika Gambar 6. Analisa tapak dan area sekitar lahan
bahan bambu
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-306
Gambar 10. Sirkulasi akses masuk pejalan kaki dan akses keluar Gambar 14. Susunan aksonometri struktur pada lobby bambu
kendaraan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-307
berikut :
A. Tapak dan Sekitar
Pada tapak terdapat banyak pohon yang harus
dikonservasi sesuai dengan prinsip ekologis. Pohon-pohon
yang dikonservasi adalah pohon dengan kriteria usia diatas
5tahun yang kira-kira memilki diamter batang lebih dari 45-
50cm keatas ataupun pohon dengan varietas langka, antara
Gambar 15. Perspektif lobby dengan konstruksi bambu lain pohon cemara, pohon petai cina, pohon asam dan pohon
tanjung . Pohon-pohon tersebut dilakukan dengan tindakan
sebagian pohon tetap berada pada letaknya semula dan
A. Pendekatan dan Metoda Desain
sebagian pohon lain dipindahkan namun tetap berada pada
Perancang memilih pendekatan ekologis dimana bangunan site.
dapat bersinergi dengan alam, iklim dan lingkungan Tapak bersebelahan lahan dengan restoran Bandar
sekitarnya sebagaimana dalam prinsip ekologi menurut Ernst Djakarta dimana bangunan dan objek rancang memiliki
Haeckel (1834-1918) dengan poin-poin prinsip yang diambil keterkaitan fungsi dan saling mendukung satu sama lain.
yakni : Tatanan masa pada objek rancang memerhatikan pengunjung
1. arsitektur yang holistik yang datang dari Bandar Djakarta, untuk memfasilitasi
2. hemat energi pengunjung yang datang dari arah Bnadar Djakarta
3. material ramah lingkungan disediakan plaza dan jembatan yang menunjukkan sisi
4. peka terhadap iklim ketektonikaan bahan kayu dan bambu, jembatan tersebut
Tuntutan alami dengan menggunakan bahan-bahan materi menjadi jalur masuk bagi pengunjung yang berasal dari
dan juga material lokal yang dipilih sebagai konteks dalam Bandar Djakarta. Sirkulasi kendaraan bermotor terpusat di
merancang diusahakan dapat semaksimal mungkin area bagian depan site dengan pintu masuk dan keluar
diwujudkan melalui berbagai macam pengaplikasian ragam kendaraan berada pada ruas jalan yang dapat diakses
elemen bangunan dan struktur untuk menghidupkan alam langsung kedalam site. Didalam site jalur sirkulasi dibuat
sekitar site agar menyatu dengan bangunan dan melebar dengan banyak area perkerasan untuk memudahkan
mengupayakan seminimal mungkin kerusakan yang aktivitas tukang dapat leluasa bergerak dengan membawa
diakibatkan dalam proses pembangunan. Objek rancang juga bahan-bahan konstruksi dan bangunan dengan gerobak dan
menggunakan pendekatan perwujudan bentuk dengan konsep juga bertujuan agar memudahkan mobil yang loading
eksplorasi tektonika yang diaplikasikan terhadap bangunan kedalam bangunan dapat dengan mudah mengakses menuju
dimana tektonika bangunan ini dapat menunjukkan tempat loading dock.
kealamian material alami yang digunakan dan
mengungkapkan maknanya, tektonika adalah cara B. Bangunan dan Material
membangun dengan menerapkan aspek lokal sebagai Berintegrasi dengan bangunan dan lingkungan bangunan
referensi dalam merancang [2]. menjdai tujuan objek rancang ini untuk itu bangunan
Pengumpulan data dan permasalahan menggunakan berkonsep teruka dengan bentuk bangunan yang
metode William M. Pena & Steven A Pharsall (1969)[3] yang mengadaptasi naungan dengan banyak ukaan untuk
menitik beratkan pada pengumpulan fakta-fakta dan memaksimalkan pencahayaan serta penghawaan alami pada
permasalahan yang kemudian dipecahkan melalui proses bangunan. Hal ini dilkaukan dalam upaya penghematan
berarsitektur. Langkah yang dilakukan adalah mencari solusi energi yang dipakai agar teralokasikan dengan baik dan tidak
dari permasalahan yang ada dengan mengumpulkan data boros energi. Pada fasad objek rancang dibuat double skin
sebanyak-banyak nya yang kemudian diklasifikasikan facade untuk mengurangi suhu panas dalam ruangan akibat
menjadi 4 sub kategori yaitu form, function, economy, time. paparan sinar matahari langsung. Tampak dan tampang
Selanjutnya ditarik benang merah dicari kesimpulan atas bangunan sebisa mungkin dapat menginterpretasikan image
solusi yang ada ketukangan dengan memperhatikan detail-detail pada setiap
sudut elemen bangunan yang diharapkan secara tidak
III. TERAPAN KONSEP DAN HASIL DESAIN langsung dapat mengedukasi pengunjung dengan tahapan
proses melihat-memperhatikan-tertarik-memahami-belajar
Parameter yang sudah disusun dalam pendekatan dan dan diharapkan dpaat diterapkan.
metoda serta permasalahan yang ada merupakan hasil dari Eksplorasi bentuk dan fasad bangunan menggunakan
analisis yang kemudian disatukan dengan konteks yang sudah material batu, bata, bambu dan kayu yang dimana pada
dipilih. Konteks yang terdapat dalam site maupun konteks masing-masing gubahan bangunan dapat menunjukkan
desain rancangan yang dipilih perancang kemudian karakteristik (ekspos kealamian bentuk dan rupa), cara olah
dituangkan dalam konsep-konsep yang tertuang sebagai dan tektonika bahan-bahan tersebut.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-308
IV. KESIMPULAN