Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH : TRAN SFORMASI ARSITEKTUR

DOSEN PENGASUH MATA KULIAH : Ir. PILIPUS JERAMAN,MT

ANALISIS METODA DAN TEKNIK TRANSFORMASI PADA


BANGUNAN
(STUDI KASUS KANTOR PAJAK KABUPATEN ENDE DAN KANTOR DPRD
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR)

OLEH :
1. YOHANES MBOE (22115002)
2. PASKALIS MARIO NONG ECI (22115023)
3. GORISTA N. SELAN (22115019)
4. EMANUEL RONALDI (22115096)
5. ROGASIANUS P TALIB (22115101)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2018
1. PENGANTAR
Indnesia merupakan salah satu negara di duni yang terdiri dari
banyak kepaulauan, hal ini tentunya mengakibatkan adanya
keanekaragaman suku, adat istiadat, dan juga arsitekturnya.
Keragaman ini tentunya merupakan kekayaan yang ada dan harus
selalu di jaga kelestarian dan keaslianya. Berkaitan dengan hal
tersebut diatas, secara tidak langsung menyuruh atau
menghimbau para arsitek agar dapat menjaga kekayaan tersebut
dalam bentuk desain – desainya agar dapat mencirikan atau
menyampaikan identitas daerah melalui perancangannya. NTT
adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan arsitektur
vernakularnya, oleh karena itu Universitas Katolik Widya Mandira
(salah satu universitas di NTT) pada Program Studi Teknik
Arsitektur terdapat salah satu mata kuliah Transformasi Arsitektur
yang dalam proses pembelajaranya mengajarkan bagamana
mengaplikasikan arsitektur rumah adat yang ada di NTT pada
desain – desain jaman sekarang terutama menyangkut metoda
dan teknik – teknik mentransformasikan bentuk dan juga elemen –
elemen serta kekayaan yang ada di daerah NTT.
Di NTT sudah banyak terdapat bangunan yang merupakan hasil
transformasi bentuk arsitekturnya, salah satu contohnya adalah
beberapa bangunan yang terdapat di pulau flores seperti Kantor
Pajak yang terdapat di Kabupaten Ende dan Kantor DPRD di
Kabupaten Manggarai Timur. Kedua kantor ini dalam desainya
menggunakan ciri khas rumah adatnya masing – masing yang
diwujudkan dengan mentransformasikan bentuk dan
menggunakan beberapa metoda serta teknik pengolahan bentuk.
2. TINJAUAN TEORI
1.1. Transformasi

Kata transformasi terdiri dari dua kata, yakni kata trans dan formasi.
Secara harafiah, kata trans berarti pemindahan dari suatu tempat ke tempat
yang lain, sedangkan kata formasi berarti susunan atau bentuk. Dengan
demikian pengertian kata transformasi adalah kegiatanmengubah
bentuk/susunan atau proses pengubahan bentuk.

Secara umum transformasi dapat ditinjau dari dua aspek, yakni pengubahan
dan pengalihan.Pengubahan adalah ikhwal membuat sebuah benda asal
berubah menjadi benda jadian yang memperlihatkan adanya serangkaian
keadaan, sebagai berikut :

 Pengubahan yang menjadikan benda jadian tersebut sudah tidak


memperlihatkan kesamaan rupa dengan benda asalnya. Contoh,
perubahan dari warna merah menjadi warna hijau.

 Pengubahan yang menjadikan benda jadian berubah dari benda


asalnya, tetapi perbedaan itu masih menunjukan adanya petunjuk
atau cirri khasdaribenda asalnya. Contoh, perubahan warna merah
menjadiorange.

Pengalihan adalah keadaan ddimanasuatu rupa geometrika misalnya


diubah dengan menganti arah atau sumbunya. Beberapa kemungkinan yang
dapat dilakukan dengan pengalihan atau peralihan tersebut, ntara lain :

 Mengeser sumbu tetap arahnya tetap .

 Menggeser sumbuh dan mengalihkan arah.

 Mengalihkan arah dengan sumbu tetap.

 Memuntirkan arah terhadap sumbu tertentu.

1.2. Arsitektur Vernakular

Adanya istilah arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular


merupakan sebuah wacana yang berhubungan dengan kajian dalam
arsitektur kedaerahan.Sampai saat ini, kedua istilah tersebut masi belum ada
pendapat yang secara tegas memberikan batasan antara keduanya.Secara
gambalang kedua istilah ini sudah lama di gunakan di dalam keseharian kita,
tetapi yang mana merupakan contoh arsitektur tradisional serta yang mana
tergolong ke dalam arsitektur vernakular masih belum terdefinisi dengan jelas.

Berikut ini pendapat parah ahli mengena arsitektur vernakular:

 Menurut Turan dalam buku Vernaculararchitecture

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan


berkembangan dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik
dan berjangkar pada tradisi etnik,serta dibangun oleh tukang
berdasarkan pada pengalaman (trial anderror), mengunakan teknik
dan material local, serta merupakan jawaban atas setting lingkungan
tempat bangunan tersebut berada dan selalu terbuka untuk terjadinya
transformasi.

 Menurut Romo Mangunwijaya

Arsitektur vernakular itu adalah pengejawetahan yang jujur dari tata


cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari
suatu tempat

 Menurut Paul Oliver dalam bukunya yang ber judul enclycopedia of


vernacular architectureof the world.

Mendevinisikan arsitektur vernakular sebagai suatu kumpulan rumah dan


bangunan penunjang lain yang sangat terkait dengan tersedianya
sumber-sumber dari lingkungan.

 Yulianto Sumalyo dalam bukunya berjudul Arsitektu Modern

Vernakular artinya bahasa setempat; dalam arsitektur istilah ini


dapat di gunakan untuk menyebutkan bentuk-bentuk yang menerapkan
unsur-unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat yang di
ungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural, seperti :tata letak, struktur,
detail-detail bagian orname, dan lain sebagainya. Istilah vernakular juga
berkaitan dengan potansi lokal (pelestarian aalam dan budaya gotong
royong)

Istilah vernakular juga digunakan dalam hubungan dengan


arsitektur primitive dengan menunjukkan prbedaan keduanya melalui
variable-variabel pembeda, seperti : bentuk hunian, oemanfaatan ruang,
ornamentasi, konstruksi, pengaruh alam dan prilaku manusia. Lebih
lanjut mengenai variabel pembeda tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut

NO Variabel Primitif Vernakular


1 Bentuk hunian Sangat sederhana sederhana
diambil dari benda-benda
sekitarnya
2 Pemanfaatan Menyatu dengan alam Alam sebagai
ruang (space) tidak ada pemisahan pendukung dan ada
yang jelas dengan space pemisahan dalam
yang lain misalnya untuk bangunan
binatang.
3 Ornamentasi Sederhana dan sebagian Rumit hasil olahan
tidak ada hasil olahan tangan ahli atau tukang
tangan tanpa keahlian dengan peralatan
kuhsus. tertentu .
4 Penampangan Polos tanpa olahan yang Dekoratif penuh dengan
detail atau rinci. ornamentasi
simbolisme.
5 Konstruksi Matrial lokal Material local olahan
6 Metoda ereksi Manual, gotong-royong Manual tukang
7 Pengaruh alam Keseimbangan ddengan Di mulai eksplorasi
alam dan pemanfaatan alam; uunsur-unsur
sumber daya alam alam hanya tampil
secara optimal sebagai symbol pada
bangunan
Interpretasi arti kata :

 Kata vernacular beraassal dari kata vernaculus (Latin) yang berarti


asli (Native), bahasa daerah/setempat,, logat asli, dan bahasa
rakyat.maka arsitektur vernakular dapat di artikan sebagi arsitektur asli
yang dibangun oleh masyarakat setempat. Atau arsitektur vernakular
adalah arsitektur yang perwujudannya sangat erat dengan seluruhh
kondisi setempat dimana ia tumbuh.

 Folk Architecture.

Folk artinya rakyat, bangsa , orang-orang sejenis. Folk Architecture


artinya arsitektur yang sdah merakyat, berdasar tradisi
membangunnya. Arsistekktur dengan bentuk umum yang dapat di
temui di mana-mana tempat

 Lokal Architecture

Locallis – locus artinya tempat (segala sesuatu tentang tempat ).

Arsitekturr local artinya arsitektur yang perwujudannya mengandung


nilai-nali atau karakter setempat.elemen setempat tersebut dapat saja
pada keseluruhan bentuknya atau hanya melekat ada detail ornament.

3. STUDI KASUS
3.1 Kantor DPRD Kabupaten Manggarai Timur
3.1.1 Lokasi Studi

Lokasi yang merupakan obyek studi dari transformasi arsitektur


terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya di kabupaten
Manggarai Timur dengan ibu kota Borong. Secara astronomis
Manggarai Timur terletak antara 08°.14’ - 09°.00 Lintang Selatan
dan 120°.20’ - 120°.55’° Bujur Timur. Manggarai Timur terdiri dari 9
Kecamatan yang semuanya terletak di pulau Flores, yaitu: Borong,
Rana Mese, Kota Komba, Elar, Elar Selatan, Sambi Rampas, Poco
Ranaka, Poco Ranaka Timur, dan Lamba Leda.
3.1.2 Karakteristik Fisik Dasar
 Letak Geografis

Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Manggarai Timur


memiliki batas-batas:
 Utara – Laut Flores.
 Selatan – Laut Sawu.
 Timur – Kabupaten Ngada.
 Barat – Kabupaten Manggarai.
 Topografi
Kantor DPRD Kabupaten Manggarai Timur memiliki keadaan
topografi lahan yang relatif bergelombang dan juga miring
dikarenakan posisinya yang terletak di dataran yang cukup tinggi
dari pusat kota Borong. Akan tetapi hal tersebut bukanlah halangan
untuk pembangunan kantor tersebut, oleh karena itu pada lokasi
kantor di atasi dengan menglah lahan yang miring tersebut dengan
proses cut and fill sehingga terlihat rata.
 Geologi
Dengan kondisi iklim yang terdiri dari dua musim yaitu musim
hujan dan kemarau dan terletak pada datarn tinggi tentunya
mempengaruhi struktur tanah yang ada yakni terdiri dari tanah
yang gembur, lembek dan juga lengket apabila terkena air.
 Metoda dan Teknik Transformasi

Pada dasarnya gedung kantor DPRD Kabupaten Manggarai


Timur menggunakan dua dari ke delapan unsur rinupa arsitektur
yaitu menggunakan metoda kombinasi dengan teknik antar waktu
(antar langgam) dan metoda modifikasi dengan teknik eksagerasi.
Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan secara detail
mengenai teknik transformasi dari gedung kantor DPRD Kabupaten
Manggarai Timur :
 Bentuk Dan Tampilan

Gambar 1.0,Tampak depan kantor DPRD


kabupaten Manggarai Timur

Pada tampak depan kantor DPRD manggarai terlihat bahwa pada atap
bangunan menggunakan atap rumah adat manggarai yaitu mbaru niang
yang dimana memiliki atap yang berbentuk bulat dan tinggi. Akan tetapi
pada penerapanya atap kantor ini memiliki dimensi yang lebih besar dan
juga tinggi yang berbeda dengan rumah adat aslinya (lebih pendek) hal ini
membuktikan bahwa pada kantor DPRD kabupaten Manggarai Timur ini
mengunakan teknik eksagerasi dan juga dikombinasikan dengan teknik
antar waktu (antar langgam) yang diwujudkan dalam perpaduan atntara
atap rumah adat manggarai dan juga atap modern (atap plat).

Gambar 1.1,Rumah adat manggarai (mbaru niang)


Sumber : http// google.com
Rumah adat Manggarai merupakan rumah adat dengan denah
yang berbentuk lingkaran sehingga menyebapkan atap pada
bangunan berbentuk kerucut. Dan juga memiliki konstruksi rumah
panggung, akan tetapi karena bentuk atapnya yang memiliki
bentangan yang hampir menyentuh tanah membuat bangunan ini
terlihat tidak memiliki konstruksi rumah panggung apabila dilihat
dari kejauhan. Untuk material pada bangunan menggunakan
material lokal mulai dari dasar bangunan sampai pada atap
bangunan. Adapun material tersebut seperti balok (konstruksi
umpak), papan kayu pada lantai, dan atap bangunan terdiri dari
konstruksi bambu dengan penutup atap menggunakan alang –
alang yang juga merupakan dinding pada rumah adat.

Gambar 1.3. konstruksi umpak rumah adat manggarai


Sumber : http// google.com
Gambar 1.3. konstruksi atap dan alang- alang sebagai material atap
pada rumah adat
Sumber : http// google.com

Gambar 1.3. tampak atas rumah adat manggarai (kanan) dan kantor
DPRD Kabupaten Manggarai Timur (kiri)
Sumber : http// google.com

Dari tampak atas kantor DPRD Kabupaten Manggarai timur jelas


terlihat bahwa adanya kombinasi antara arsitektur tradisional dengan
arsitektur modern pada atap bangunan. Selain itu pula peletaksn atap
atau bentuk denah kantor juga mengikuti bentuk penataan rumah
adat yang ada pada kampung adat Wae Rebo yang merupakan lokasi
rumah adat manggarai (mbaru niang), dimana rumah adat yang
terletak pada bagian tengah merupakan rumah adat utama (mbaru
gendang) pada kampung adat manggarai.
Gambar 1.4. pola penataan rumah adat manggarai dan kantor DPRD
Manggarai Timur
Sumber : http// google.com
Atap plat beton pada kantor Rumah adat manggarai yang

DPRD merupakan wujud dari merupakan wujud arsitektur tradisional

arsitektur modern pada kantor DPRD


15 m

3m

 Tampak Samping

Gambar 1.5 Tampak samping kanan (1) dan tampak samping kiri (2)
kantor DPRD kabupaten Manggarai Timur
Sumber : http// google.com

Selain teknik antar waktu, pada bangunan kantor juga


menggunakan teknik eksagerasi yaitu dengan cara mengubah
dimensi elemen bangunan tanpa mengubah identitas asli bangunan
tersebut, sperti pada rumah adat manggarai yang memiliki tinggi
sekitar 15 meter diubah ukurannya menjadi 3 meter, akan tetapi
bentuk atapnya tetap menunjukan bentuk geometri atau denah
rumah adat yang bulat walaupun dalam pengolahanya tidak terlihat
bulatan sempurna dan juga atapnya tetap berbentuk kerucut.

3.2 Kantor Pajak Kabupaten Ende


.2.1 Lokasi Studi

Lokasi studi yang terpilih berada di kota Ende. Kota ende


merupakan salah satu kota kabupaten yang kaya akan budaya.
Secara administratif Kabupaten Ende meliputi 21 Kecamatan, 191
Desa dan 23 Kelurahan.

Wilayah Kabupaten Ende terletak di bagian tengah Pulau


Flores dengan batas :

 Sebelah utara : Laut Flores pada 1220 50’ 41” BT dan 80 54’ 17”
LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu
Ijukate (Natural Border);

 Sebelah selatan : Laut Sawu pada 1210 24’ 27” BT dan 80 54’
17” LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu
Ijukate (Natural Border);

 Sebelah timur : Kabupaten Sikka dari pantai utara 1210 02’ BT


dan 80 26’ 04” LS di Nangambawe ke arah tengah pada 1210
55’ 44” BT dan 80 43’ 44” LS di Nangamanuria ke arah pantai
selatan pada 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate
(Artificial Border);

 Sebelah barat : Kabupaten Ngada dari pantai utara 1210 50’ 41”
dan 80 26’ 04” LS di Nanganiohiba ke arah utara pada 1210 26’
04” BT dan 80 4’ 17” LS di Sanggawangarowa ke arah pantai
selatan pada 1220 24’ 27” BT dan 80 54’ 27” LS di Nangamboa
(Artificial Border).
.2.2 Karakteristik Fisik Dasar
 Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Ende memiliki letak yang cukup


strategis yaitu dibagian tengah Pulau Flores yang diapit oleh
empat Kabupaten di bagian barat : Nagekeo, Ngada,
Manggarai, dan Manggarai Barat, sedangkan dibagian timur
dengan dua Kabupaten yakni : Kabupaten Sikka dan
Kabupaten Flores Timur.

 Topografi

Kondisi topografi pada lokasi bangunan Kantor Pajak ende


berada pada kondisi yang relatif datar. Lokasi bangunan gedung
ini berada pada tempat yang sangat strategis.

 Geologi
Pembagian wilayah Kabupaten Ende menurut kedalaman
tanah efektif terbagi atas: 52,96 %
wilayah memiliki kedalaman tanah efektif 0 – 30 cm; 11,32 %
memiliki kedalaman tanah efektif 30 –60 cm; 30,22% memiliki
kedalaman tanah efektif 60 – 90 cm; dan 5,50 % wilayah
kedalaman tanah efektif diatas 90 cm. Jenis tanah di Kabupaten
Ende didominasi tanah mediteran dengan bentuk wilayah
volcano, dengan tekstur tanah yang terdiri atas 22,99 % tekstur
tanah sedang, 57,11 % tekstur tanah kasar, 3,70 % tekstur
tanah halus dan sisanya sebesar 16,90 % tidak dikategorikan.
Formasi pembentukan tanah di Kabupaten Ende terdiri atas
endapan pantai/alluvial, formasi Kiro, formasi Laka, formasi
Nangapanda, formasi Tanahou, formasi Waihekang, granodiorit,
hasil gunung api muda Iya, hasil gunung api muda Kelibara dan
hasil gunung api tua.
 Metode Dan Teknik Transformasi

Secara umum bangunan gedung kantor pajak ende


menggunakan proses transformasi rumah adat ende, terlihat
pada bentuk atap dan dan bangunan yang berbentuk segi
empat, dan persegi panjang. Bangunan gedung kantor pajak
ende ini juga di buat kombinasi yang terlihat jelas yaitu pada
bentuk atap transformasi dari rumah adat ende dan atap pelana,
dan gabungan dari arsitektur modern masa kini. Yaitu bentuk
dan seni pada bagian entrance dan jendela.

 Bentuk dan Tampilan

Gambar 1.6 Tampak depan Kantor Pajak Kabupaten Ende


Sumber : http// google.com

Obyek studi kami yakni kantor pajak kota ende yakni pada
tampak depan menggunakan arsitektur modern atau arsitektur
masa kini,sedangkan atap pada bangunan kantor pajak ini terlihat
jelas menggunakan atap dari rumah adat ende yang menunjukan
identitas kebudayaannya.
Gambar 1.7 Transformasi atap rumah adat suku Ende Lio pada
gedung Kantor Pajak Kabupaten Ende
Sumber : http// google.com

Bentuk dan tampilan pada bagian depan kantor pajak ende juga
terdapat material moderen seperti kaca, dan entrance yang minimalis
sehingga bangunan terlihat seimbang. Tampilan polos bangunan
gedung kantor pajak ende menunjukan arsitektur modern masa kini.

Metode dan teknik desain yang bdi gunakan pada proses


transformasi arsitektur vernakuler kantor pajak ende. Kantor pajak
ende ini juga terbentuk dari penerapan metode transformasi
“kombinasi” dengan teknik “antar waktu (lama + baru), dikarenakan
bentuk tampilan yang polos merupakan ciri langgam arsitektur
modern yang mulai berkembang setelah tahun 1940, namun adanya
jendela yang berbentuk segi empat merupakan salah satu ciri dari
bentuk langgam arsitektur yang sudah ada sebelumnya yaitu
arsitektur rennaisance yang telah ada dan berkembang ± abad ke 15
masehi.

Teknik applique merupakan teknik yang menggunakan produk


budaya yang dihasilkan oleh suatu masyarakat maupun daerah, yaitu
pada bentuk atap yang mendominasi adat budaya rumah adat Ende
Lio.
KARTU ASISTENSI

MATA KULIAH : TRANSFORMASI ARSITEKTUR

DOSEN PENGAMPUH : Ir. PILIPUS JERAMAN, MT

STUDI KASUS

KANTOR DPRD KABUPATEN LEMBATA DAN KANTOR


DPRD KABUPATEN BELU

TANGGAL TANDA
ASISTENSI CATATAN ASISTENSI TANGAN
DOSEN

Anda mungkin juga menyukai