Anda di halaman 1dari 9

Tip & Trick

CARA MELAKUKAN PROSES


PEMBUATAN FOTO NOVELA

Foto Novela, adalah sebuah media sosialisasi dalam bentuk Komik Foto yang
temanya diangkat dari kondisi riel masyarakat dengan maksud untuk mencari
solusi pemecahan sekaligus perencanaan aksi maupun daya dukung bagi
lancarnya pelaksanaan penanggulangan kemiskinan.

Foto Novella dibuat berdasarkan tema yang digali dari permasalahan


maupun potensi yang dihadapi secara riel komunitas, serta dibuat penuh oleh
masyarakat itu sendiri. Baik pengkajian masalah, penentuan tema,
pembuatan cerita dan skenario, penentuan peran dan tugas pelaksana
produksi, pengambilan foto, pembuatan Foto Novela, penggandaan, proses
dialog, rumusan hasil dialog serta action plan
yang akan dirumuskan oleh warga komunitas.

1. Tustel (instamatic)
2. Kertas HVS
Peralatan utama
3. Lem
yang digunakan 4. Gunting
PEM BEN TU
Penentuan tim pembuatan
Foto Novela. Tim ini
didasarkan pada kualifikasi
kemampuan yang harus
dipunyai. Misalkan siapa
yang bisa menulis dengan
hasil yang relatif bagus, yang
bisa memotret, yang bisa
membuat ceritera, dll.

IDEN T
Langkah selanjutnya adalah
tim melakukan identifikasi
masalah. Hal ini dilakukan
untuk menandakan bahwa
Foto Novela yang akan
dibuat bukan bercerita
tentang dunia khayal, akan
tetapi merupakan suatu
ceritera riel yang diangkat
dari kondisi masyarakat saat
itu. Identifikasi masalah ini
bisa dilakukan dengan turun
ke lapangan (pengamatan
dan wawancara dengan
masya-rakat) atau mengkaji
dari laporan pengamatan
sebelum-nya.
PENENTUAN THEMA

Dari hasil identifikasi


masalah tadi, maka bisa
ditentukan kira-kira tema apa
yang diangkat melalui Foto
Novela. Misalkan, tema
KESEHATAN LING-
KUNGAN, USAHA MASYA-
RAKAT,dan sebagainya. Pe-
nentuan tema inipun harus
disepakati secara bersama,
dan yang paling penting
tema tersebut akan menjadi
suatu prioritas masalah
masyarakat yang diharapkan
juga menjadi prioritas
penanggulangannya.

PEMBUATAN CERITA

Setelah tema ditemukan,


maka langkah selanjutnya
adalah membuat ceritera dan
skenario Foto Novela yang
akan dibuat.Yang di
dalamnya juga tergambar
peran-peran para tokoh-
tokohnya.

Dialog-dialog masyarakat
atau opini personal
masyarakat terhadap
permasalahan yang dibahas,
harapan-harapan serta cita-
cita masyarakat.
PENGAMBILAN GAMBAR

Setelah skenario selesai


dibuat, maka langkah selan-
jutnya adalah pengambilan
gambar foto (pemotretan)
yang disesuaikan dengan
skenario yang telah dibuat.
Pada pe-ngambilan foto ini
diupayakan mengambil
gambar-gambar yang terang
tetapi tidak ber-lawanan
dengan sumber cahaya. (alat
yang dipakai adalah tustel – dan
lebih bagus tustel instamatic -
dan film negatif)

PEMBUATAN FOTO NOVELA

Apabila foto telah dicetak,


Kesulitan air bersih bagi desa Dukuh
sudah berlangsung lama, akan tetapi
maka pembuatan Foto
sampai saat ini belum terpecahkan….! Novella bisa berlangsung.
ini… air
p

Foto Novela ini dibuat diatas


terpa a
a

uc
k

dida
a

sulit

i
i

bers
y

A
ks a

dasar kertas HVS (putih)


pat..

ir
ih
c

agar mudah digandakan.


Terlihat bu Harti sedang mencuci Pada bentuk Foto Novela
di pinggir got depan rumahnya…
5 tadi, diupayakan ada alur
cerita yang jelas yang ditulis
Membuat lembar komik, jangan dengan rapi dan mudah
terlalu menumpuk dengan foto, agar
jelas dan bisa difahami oleh warga dipahami ,penulisan dialog
pada umumnya..Jumlah halaman dalam balon-balon dialog
tidak terlalu banyak, kurang lebih 10 antar pemeran-nya ,harus
– 20 halaman.
sederhana, mudah dipahami
tapi mengandung muatan
pesan yang kuat .
( alat yang dipakai adalah kertas
HVS, lem ,gunting, dan alat tulis)

PENGGANDAAN

Apabila Foto Novela telah


jadi, langkah selanjutnya
adalah menggandakan
dengan jalan
memfotocopynya. Untuk
dibagi-kan kepada warga
masyarakat atau untuk
peserta Rembug Warga,
sebagai bahan diskusi
kesadaran kritis terhadap
kon-disi riel mereka.

PENGGUNAAN

Foto Novela sebagai media


bahan dialog dalam Rembug
Warga, untuk mencari
solusi-solusi dan daya
dukung pelak-sanaan
program P2KP harus
diupayakan.
RENCANA AKSI

Apabila terumuskan solusi-


solusi yang disepakati ber-
sama, maka upayakan pula
untuk membuat perencanaan
aksi bersama ke depan!

EVALUASI
Akhir dari proses adalah ke-
giatan evaluasi, untuk melihat
tingkat efektifitas, foto novela
sebagai media pemberdayaan
mencapai harapan atau tidak
yang untuk selanjutnya di-
lakukan perbaikan-perbaikan
maupun perubahan baik
dalam bentuk maupun
prosesnya
PENGALAMAN LAPANGAN
Fotonovela Pengrajin Bambu,
Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi
Kegiatan ini dilakukan apa akhir tahun 80, untuk para pengrajin bambu
oleh para relawan yang peduli terhadap peningkatan kerajinan rakyat.

Beberapa hal dari pengalaman lapangan yang bisa diangkat,


adalah :
a. Para relawan sebelum melakukan kegiatan foto novela,
mereka membiarkan tustel yang mereka bawa (tustel
instamatik) untuk dipakai oleh masyarakat terutama para
perempuan yang memang paling dominan pengrajin untuk
jepret-jepret segala macam yang mereka inginkan dan
senangi.
b. Setelah hasilnya dicetak, tentu saja beraneka ragam hasil
jepretan mereka, ada yang gelap, buram, dan terpotong,
miring dan sebagainya.
c. Hasil foto dibiarkan untuk dilihat secara beramai-ramai, dan
membiarkan untuk saling berkomentar tentang hasil yang
mereka telah lakukan. Berkomentar tentang hasil jempretan,
objek yang ada maupun cara memotret yang telah mereka
lakukan
d. Mengadakan suatu rembug untuk membuat foto novela atau
komik foto yang lebih teratur yang berbicara tentang
pengrajin, hasil produk dan permasalahan lainnya.
e. Menyepakati tema yang akan diangkat, tokoh yang akan
dimunculkan dan masalah apa saja yang akan dibahas.
f. Menyepakati siapa yang akan mengambil gambar, (memotret)
, hal ini didiskusikan dari hasil-hasil foto yang telah mereka
buat sebelumnya. Untuk proses tersebut , mereka harus
membahas terlebih dahulu kualitas hasil yang telah mereka
buat, seperti faktor cahaya, fokus dan gambaran kondisi yang
muncul. (yang dipilih tidak harus memiliki keahlian fotografi)
g. Membuat skenario singkat dan sederhana, apa yang akan
mereka ungkapkan, dialogkan, dan dramatisasi para tokoh-
tokohnya.
h. Melakukan pengambilan foto sesuai dengan sekenario yang
telah mereka buat.
i. Mencetak foto
j. Memilih dan menyesuaikan dengan skenario yang telah
dibuat. ( biasanya dari hasil cetakan didapat beberapa foto
yang tidak masuk ke dalam sekenario, misalnya foto yang
menggambarkan sesuatu yang tidak ada hubungannya
dengan tema yang akan diangkat).
k. Mencoba membuat lay out dengan lem/perekat yang tidak
paten, dan redaksi yang ditulis dengan pensil membuat
desain cover.
l. Menyepakati hasil lay out dan menulis redaksi setelah
didiskusikan di dalam tim
m. Melekatkan foto dengan lem paten di kertas HVS dan menulis
redaksi dengan tinta dan menjilidnya.
n. Menggandakan ( memfoto kopi ) dengan biaya yang ada
o. Mengadakan pertemuan warga untuk membahas materi yang
ada di foto novela.
( dalam dialog terjadi beberapa ungkapan yang unik yang
tidak berhubungan dengan tema, yaitu tentang got yang
sering mampet, halaman yang tidak pernah dibersihkan dll.)
Sedangkan ungkapan yang muncul dan berhubungan dengan
tema, adalah, tentang cara kerja pengrajin, pemasaran,
bahan baku, hasil produk, dan kemungkinan-kemungkian
diversifikasi produk. )
p. Menyepakati masalah-masalah yang bisa ditangani secara
mandiri oleh masyarakat dengan pembinaan para relawan
yang saat itu menjadi fasilitator kegiatan.
q. Beberapa masalah yang bisa ditemukan adalah masih
rendahnya kualitas desain produk, setelah itu mereka bisa
merubah beberapa produk anyaman bambu yang biasa
mereka buat selama ini, misalnya kukusan menjadi tempat
buah-buahan setelah dimodifikasi, kipas nasi menjadi kipas
berbentuk hati, sangkar burung menjadi tempat kap lampu.
Dan yang menjadi rutin diproduk adalah kipas yang berbentuk
hati, yang kemudian menjadi produksi kerajinan kipas andalan
bekasi. Pameran-pameran mereka ikuti dan kerjasama
dengan PEKERTI juga mereka lakukan demi untuk
meningkatkan kualitas hasil produksinya.

HAMBATAN
MELAKUKAN KEGIATAN FOTO NOVELA SAAT ITU :

a. Awal biaya yang relatif mahal, walaupun kemudian mereka


bisa iuran untuk membeli film, karena hasil filmnya bisa
menjadi dokumentasi dan pajangan di rumahnya.
b. Penulisan yang sering diintervensi oleh para fasilitator,
dikarenakan masyarakat tidak pernah diajarkan terlebih
dahulu membuat kalimat sederhana dan jelas maknanya.
c. Ada penyimpangan pengambilan gambar, Gambar yang tidak
tertera dalam tema tapi tetap diambil , atau gambar diambil
secara serampangan.

Catatan lapangan Lainnya :


(1)
Foto Novela di Jepara,
Motivator Untuk memerangi kegiatan Rentenir

Kegiatan foto novela ini, lebih kepada pelatihan untuk tenaga


motivator pesantren yang akan melakukan aktifitas memerangi
para rentenir di pedesaan. Sesungguhnya sistimatika
kegiatannya hampir sama dengan kegiatan foto novela
dilapangan. Hambatan yang bisa dilihat dari kegiatan ini, adalah
anggapan bahwa fotonovela merupakan sesuatu yang harus
dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam foto memoto,
menulis cerita maupun daya artistik yang lumayan.

FOTO NOVELA TIDAK harus dilakukan oleh orang-orang


yang memiliki keahlian dalam mengambil gambar
(memotret) namun TUJUAN UTAMA Media Warga
Fotonovela Adalah MENGAJAK MASYARKATA TAHU, dan
merasa MEMILIKI MASALAH
serta berupaya MENCARI SOLUSINYA

(2)
Foto Novela Program Menanggulangan Pencemaran
Limbah Pabrik Tapioka, Dan Pembangunan Kesadaran
Hukum Masyarakat
Di Kajen. Pati Jawa tengah

Kegiatan ini dilakukan oleh Badan Pengembangan Masyarakat


Maslakul Huda – Kajen- Pati- Jawa Tengah.Yang paling unik adalah
bagaimana fotonovela dibahas di masyarakat dengan dialog yang
menyentuh tata hukum sehari-hari. misalnya tentang aturan pohon
yang dahannya ke sebelah rumah tetangga, ternak yang sering
memakan tanaman tetangganya, patok-patok tanah, irigasi sawah,
dan bahkan sampai pada persoalan sanitasi lingkungan dan jamban
keluarga..
Dari pengalam tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembuatan foto novella , akan dapat membuka ruang dialog antar
warga yang lebih intensif dengan dukungan gambar-gambra nyata
dari foto yang telah /akan dibuat.

Anda mungkin juga menyukai