Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TENTANG MATERIAL ARSITEKTUR

SEBELUM MASEHI -1928

DI SUSUN OLEH:

NAMA :NOBEL KRISTIAWAN PUJANGGA L.L SEINGO


NIM :2306090076
PRODI :ARSITEKTUR
MATA KULIAH :MATERIAL ARSITEKTUR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
karunia-Nya, Saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah perkembangan
Material Arsitektur dan Konstruksi”. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada: Bapak
Rifat Y. Y Maromon ST.,M.Si Dan Bapak Lodwyk Dahokohi ,ST.,MSc Sebagai Dosen
Mata Kuliah Material Arsitektur.
Tujuan penyusunan makalah ini untuk menambah pengetahuan serta wawasan
bagi pembaca tentang perkembangan material arsitektur dari masa ke masa. saya
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena
itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini di
masa mendatang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
Latar Belakang .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................
A. Material Arsitektur Masa Prasejarah ........................................
B. Sejarah Perkembanganmaterial arsitektur masa peradaban ...
1. Mesir..............................................................................
2. Hindu/Budha ..................................................................
3. Romawi .........................................................................
C. Masa Revolusi Industri .............................................................
1. Semen ..........................................................................
2. Beton .............................................................................
D. Sejarah Material Arsitektur dan Konstruksi Masa Modern........
E. Sejarah Material Arsitektur Masa pasca modern ......................
F. Masa Milenium .........................................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................
Kesimpulan ..............................................................................................
Saran........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Material bangunan adalah komponen penting yang ada dalam sebuah
bangunan baik itu sebagai bahan utama konstruksi ataupun sebagai bahan
penunjang konstruksik bata lain keberadaan suatu bangunan sangat berkaitan
erat dengan satu atau banyak jenis material bangunan. Penggunaan material
bangunan dalam desain arsitektur memberikan kontribusi pada pencitraan
bangunan itu sendiri. Para perancang, pengguna hingga pengamat bangunan
senantiasa akan memberikan apresiasi yang beragam terkait dengan material
yang tersusun menjadi bentuk arsitektur. Sulistijowati (1991), memaparkan bahwa
salah satu aspek yang menjadi kriteria pengelompokan (tipologi) suatu bangunan
dapat di klasifikasikan berdasarkan langgam, tekstur ataupun jenis material
bangunan. Teknologi membuat peradaban manusia berangsur-angsur berubah,
pengetahuan tentang bahan bangunan semakin betambah, semakin ditemukan
formula2 baru, semakin beragam jenis material yang bisa diproduksi manusia.
Material bangunan terus berkembang seiring dengan peradaban manusia.
Perkembangan tersebut tentunya membawa dampak kepada adanya
fenomena perubahan dalam desain maupun bentuk sebuah bangunan arsitektur.
Dengan demikian keinginan untuk mewujudkan berbagai macam rancangan
arsitekturpun semakin leluasa. Maka material bangunan sangat mungkin untuk
dijadikan sebagai salah satu komponen pengelompokan yang bisa di telusuri
berkaitan dengan peradaban manusia dari zaman ke zaman. Pembahasan ini
dimaksudkan untuk mencari alur penggunaan material pada bangunan dari zaman
ke zaman untuk tujuan memperoleh keterkaitan akan penggunaan material di
setiap era denganmasing-masing peradaban dan teknologi yang dicapai oleh
manusia. Kemudian dikaitkan dengan paradigma apa yang dapat disimpulkan atas
penggunaan material yang ada yang terus berkembang

1.2. Rumusan masalah


1. Apa saja material arsitektur yang ada pada masa pra sejarah?
2. Jelaskan sejarah perkembangan masa peradaban!
3. Material apa saja yang ada di masa refolusi industri?
4. Apa saja material arsitektur dan konstruksi yang ada dimasa modern?
5. Jelaskan sejarah perkembangan material arsitektur dan konstruksi masa pasca
modern!
6. Jelaskan material arsitektur dan konstruksi masa millennium!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Material Arsitektur masa Pra Sejarah (3000 SM - 373 M)


Bermula ketika manusia di dunia sudah mengenal Tuhan, iblis ,dan malaikat.
Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang solid. Semua aspek keseharian manusia
selalu dihubung-hubungkan dengan unsur yang supranatural dan bertujuan sebagai
perwujudan regenerasi, musim, siang, dan malam. Pada era Prasejarah, Seni
Arsitektur pada bangunan rumah tinggal masih sangat sederhana dan belum memiliki
nilai estetika. Rumah saat itu masih bersifat hanya tempat berteduh dan beristirahat.
Manusia saat itu memiliki kehidupan yang berpindah-pindah tempat dan mencari
makan dengan cara berburu hewan liar. Terkadang manusia saat itu hanya tidur
didalam gua batu kemudian berpindah ke gua yang lain. Pra sejarah juga merupakan
zaman manusia belum menemukan tulisan atau aksara sebagai prasasti yang
tercatat. Ketika pada zaman Palaeolithikum telah ditemukan susunan batu.

1. Material Batu
Batu adalah bahan bangunan tertua yang dikenal manusia. Peradaban batu
diperkirakan sudah ada sejak 4.000 juta tahun lalu. Menutut catatan Sejarah, batu
tertua berumur sekitar 6000 tahun, penggunaan batu oleh manusia dalam struktur
bangunan Mesir kuno dan Yunani merupakan salah satu rekaman yang bisa
dicatat sebagai salah satu bagian dari kehidupan berbahan anorganik.
Karena batu memiliki unsur2 yang berkristal, maka batu memiliki batasan
kemampuan dalam menopang beban tertentu. Dengan alasan inilah maka
pembangunan bangunan batu dimasa awalnya mencari cara untuk berupaya agar
batu dapat memiliki ketahanan yang maksimal. Formasi bentuk yang umum dan
paling ringan dan sederhana yang digunakan dalam bangunan batu adalah
dengan menumpukkan batu diatas tanah datar kemudian disusun secara
bersilangan hingga membentuk beberapa elemen berupa kolom dan dinding.

Gambar 2 Menhir (tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang)
Pada umumnya bangunan batu dibangun dari potongan-potongan batu
yang disusun dan dirancang untuk dapat bertautan satu sama lain hingga
membentuk sebuah bangunan batu yang menerus dan barangkali inilah awal dari
era konsep prefabrication. Pengembangan arsitektur batu sejak awalnya sudah
memiliki susunan yang teratur berdasarkan azas perakitan yang baik. Beberapa
contoh bangunan batu telah memiliki penataan struktur batuannya berdasarkan
proporsi dan ukuran tertentu.
Sangat mungkin untuk ditelusuri bahwa kecanggihan dan kekuatan
konstruksi batu terus dilakukan. Kesan bahwa batu menjadi tidak berat dan tidak
kaku pun terus dilakukan, terlihat dari sejarah dimana bagunan-bangunan batu
pun dibuat menjulang tinggi dan memiliki berbagai macam ornamen seperti yang
ditemukan dalam era Gothic di bagian utara Eropa. Hingga saat ini, bagunan itu
sering digunakan sebagai tempat Lembaga Terhormat, Lembaga pemerintahan
ataupun Organisasi Publik dan lain-lain. saat ini, bagunan itu sering digunakan
sebagai tempat Lembaga Terhormat, Lembaga pemerintahan ataupun Organisasi
Publik dan lain-lain.

Gambar 3 Dolmen (meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang, Adapula yang
digunakan untuk kuburan)
2. Kayu
Kayu yang merupakan bahan alami dari batang pohon memiliki manfaat
yang luar biasa bagi berbagai macam kebutuhan manusia. Salah satu manfaat
yang digunaan manusia adalah penggunaan kayu sebagai bahan bangunan baik
untuk bahan konstruksi, ornamen hingga asesories, perkakas, dan lain
sebagainya. Sebagai bahan bangunan, bukan bahan konstruksi, penggunaan
kayu telah ditemukan antara tahun 665 s/d 57 SM SM. Penggunaan konstruksi
sederhana mulai diterapkan disebuah dinasti di Jepang dimana secara umum
arsitektur jepang yang masih berhubungan dengan arsitektur korea memiliki
kesamaan hubungan kepercayaan. Beberapa bentuk yang digunakan dimasa itu
adalah digunakan pada bangunan Kuil, Kedai Minum Teh, Budhist Temple dan
tempat peribadatan agama Shinto.
Gambar 5 Arsitektur kuno Korea

Pada masa awal penggunaan kostruksi kayu, pemanfaatan kayu sebagai


bahan konstruksi bangunan sederhana dibuat dengan kayu2 pohon secara utuh,
kayu2 gelondongan maupun ranting-ranting yang disusun dan diikat dengan
perhitungan2 tertentu. Sementara kegunaan kayu sebagai bahan konstruksi
bangunan berlantai banyak ataupun berbentang lebar ditemukan pada tahun 120
Masehi di wilayah2 yang memiliki hutan tropis dan sub tropis. Seiring dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan, dimana manusia mulai memikirkan dan
mempertimbangkan metode dan prosedur pemanfaatan kayu yang antara lain
harus memenuhi syarat : mampu menahan bermacam-macam beban yang
bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan; mempunyai
ketahanan dan keawetan yang memadai melebihi umur pakainya; serta
mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan pemakainnya
dalam konstruksi.
Dalam penggunaannya, kayu dipengaruhi oleh sifat-sifatnya, yaitu sifat
fisis, mekanis, anatomis, kimia maupun sifat lainnya. Sifat tersebut dipengaruhi
oleh jenis kayu, umur pohon, letak kayu dalam pohon, perbedaan tempat tumbuh
serta faktor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhannya. Sebagai bahan
bangunan, maka kayu harus memenuhi syarat tertentu seperti kerapatan,
kembang susut, kekuatan dan keawetannya. Selain digunakan sebagai bahan
konstruksi dari bangunan itu sendiri, kayu merupakan komponen penting dari yang
digunakan sebagai bahan penumpu bangunan (scafolding), sebagai bahan untuk
alas pelapis beton, alas kerja (formwork) untuk pemasangan baja dan lain lain.
(scafolding), sebagai bahan untuk alas pelapis beton, alas kerja (formwork) untuk
pemasangan baja dan lain lain.

B. Sejarah Perkembangan Material Arsitektur Masa Peradaan

1. Zaman Mesir
Peradaban Mesir sangat berpengaruh terhadap sejarah perkembangan
material arsitektur. Kondisi geografis Mesir membuat pepohonan sangat sulit
untuk tumbuh dan berkembang. Masyarakat setempat harus memutar otak untuk
memanfaatkan material lain, seperti lumpur yang dikeringkan dan batu buatan
tanah liat. Selain tanah liat, kamu juga bisa melihat penggunaan batu alam seperti
batu pasir halus, batu kapur, hingga granit.
Mereka membuat bata dengan mengeringkan endapan sungai Nil di bawah
matahari hingga tungku pembakaran. Setelah melalui proses pembakaran maka
tanah liat tersebut menjadi sekeras batu alam. Profesor Davidovits mengatakan,
bahwa tanah liat dan bahan lainnya diambil dari sepanjang Suangai Nil, lalu
bahan-bahan tersebut disatukan dengan bahan campuran lainnya dalam sebuah
wadah. Campuran semua unsur tanah liat ini selanjutnya dipanaskan pada suhu
tinggi, sehingga menyebabkan komponen-komponen kimiawi dari bahan-bahan
tersebut saling berinteraksi dan membentuk sejenis batu. Guna memudahkan
membawa material tersebut ke lokasi piramida, campuran tanah liat tersebut
ditaburi dengan zat garam, setelah agak mencair barulah tanah liat tersebut
diangkut dan ditempatkan dalam cetakan kayu yang telah dipersiapkan.
Selanjutnya dengan bantuan panas matahari, campuran tanah liat tersebut akan
membentuk batu persis seperti batu gunung berapi, yang terbentuk jutaan tahun
lalu. Dengan teknis semacam ini, menjadikan semua blok batu memiliki ukuran
dan potongan yang sama. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai jenis batu
alam sebagai material pembangunan dalam sejarah Mesir.

a. Batu Pasir

Batupasir adalah suatu batuan sedimen clastic yang dimana partikel


penyusunnyakebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan batupasir
dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air, seperti ombak
pada suatu pantaiatau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di semen
bersama-sama olehtanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batu batupasir
tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah
suatu mineral yangumum yang bersifat menentang laju arus. Seperti halnya pasir,
batu pasir dapatmemiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat
muda, coklat,kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering
kalimembentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu
batu pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Sebagai contoh,
sebagian besar wilayah di bagian baratAmerika Serikatdikenal dengan batu pasir
warnamerahnya. Batu pasir memiliki banyak kegunaan sebagai material
bangunan, contohnya untuk melekatkan batu bata yang satu dengan batu yang
lain.

b. Batu Kapur

Batu kapur/batu gamping (Bahasa Inggris: limestone) adalah sebuah batuan


sedimen yang kaya akan mineral calcite (CaCO 3/ kalsium carbonate). Batuan ini
terbentuk pada lingkungan pengendapan laut berupa terumbu atau secara klastik.
Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut.
Batu kapur yang cukup besar ini rata-rata berbobot 6,5 - 10 ton dengan batu yang
lebih kecil sekitar 1,3 ton. Namun menurut beberapa perhitungan rata-rata berat
batu yang digunakan adalah seberat 2,5 ton. Piramida ini biasanya menggunakan
jenis batu kapur Nummulite dari tambang yang ada disekitarnya atau 200 - 400 m
dari jarak bangunan berdiri.

c. Granit

Granit adalah jenis batuan intrusif, felsik, igneus yang umum dan banyak ditemukan.
Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, dan oleh karena itu banyak digunakan sebagai
batuan untuk konstruksi. Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cmdengan jangkauan
antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latin granum yang berarti butir padi
Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi.
Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan
tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan
mineralogy yang sama dengan granit tetapi tekstur dan strukturnya berlainan. Pada piramida,
batu garanit juga digunakan sebagai material dasar yang diletakan secara tersusu
2. Zaman Hindu Budha
Arsitektur bangunan candi dirancang dengan sentuhan seni yang tinggi.
Kualitas estetis ornamen ukiran maupun seni pahat yang terdapat pada candi
mengisyaratkan bahwa pada eranya, kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha
memiliki arsitek-arsitek dengan keahlian yang mumpuni. Keberadaan relief yang
biasa menghiasi bangunan candi juga menunjukkan bahwa pada masa itu
keindahan seni telah mendapat perhatian dan menjadi bagian penting dari
kehidupan masyarakat, khususnya di lingkungan kerajaan.

a. Batu Andesit Candi terbuat dari batu hitam yang disebut batu candi, yang
sebenarnya adalah batu andesit. Andesit adalah suatu jenis batuan beku
vulkanik ekstrusif. Batuan jenis ini sering dipergunakan pada bangunan-
bangunan megalitik seperti candi dan piramida. Sejak awal dibangun cara
merekatkan antara satu batu dengan batu yang lain ialah dengan batu kunci.
Salah satu contohnya dibawah ini
b. Putih telur yang dimaksud dengan putih telur oleh Masyarakat setempat
tidak lain adalah Vajralepa atau pelapis dinding candi yang berwujud plaster
putih kekuningan untuk memperhalus dan memperindah sekaligus
melindungi dinding dari kerusakan. Vajrelepa yang berwarna putih
kekuningan dibuat dari campuran gamping, batu putih atau tuf dengan
bahan tumbuhan seperti getah pohon.

3. Romawi

Arsitektur Romawi berkembang pada zaman Republik Romawi, bahkan


semakin marak pada zaman Kekaisaran Romawi, zaman didirikannya sebagian
besar bangunan yang masih dapat dijumpai saat ini. Arsitektur Romawi
memanfaatkan material-material baru, khususnya beton Romawi, dan menerapkan
teknologi-teknologi baru seperti pelengkung dan kubah dalam pendirian bangunan-
bangunan yang biasanya kukuh dan direkayasa dengan baik. Banyak di antaranya
masih membekas di berbagai tempat yang pernah dikuasai Kekaisaran Romawi,
bahkan ada yang masih utuh dan dimanfaatkan sampai sekarang.

Arsitektur Romawi berkembang sejak Republik Romawi terbentuk pada


tahun 509 SM sampai sekitar abad ke-4 M. Sesudah jangka waktu tersebut,
arsitektur Romawi direklasifikasi menjadi arsitektur Akhir Abad Kuno atau arsitektur
Bizantin. Sejumlah kecil bangunan penting peninggalan Romawi Kuno yang masih
ada saat ini berasal dari kurun waktu pra-sekitar tahun 100 M, sementara
kebanyakan bangunan penting sintas dari penghujung zaman kekaisaran, yakni
pasca-sekitar tahun 100 M. Langgam arsitektur bangunan-bangunan bercorak
Romawi yang didirikan di Eropa Barat sejak sekitar tahun 1000 M disebut langgam
Romawian (bahasa Latin: Romanica, bahasa Prancis: Romanesque) karena
didasari bentuk-bentuk pokok arsitektur Romawi.
Bangsa Romawi baru mulai menghasilkan ciri-ciri khas mereka sendiri di
bidang arsitektur pada permulaan zaman kekaisaran, sesudah berhasil
memadukan unsur-unsur pribumi arsitektur Etruski dengan unsur-unsur serapan
dari Yunani, Bangsa Romawi beralih dari konstruksi tiang-ambang yang berunsur
pokok tiang-tiang dan ambang-ambang ke binaan yang berunsur pokok tembok-
tembok masif, disemaraki pelengkung-pelengkung dan kemudian hari juga kubah-
kubah, dua unsur yang sangat berkembang di tangan bangsa Romawi. Langgam-
langgam klasik dewasa ini lebih bersifat dekoratif ketimbang struktural, kecuali
pada bangunan-bangunan kolonade. Perkembangan langgam-langgam tatanan
tiang klasik mencakup penciptaan langgam Toskana dan langgam Campuran.
Langgam Toskana merupakan hasil pemendekan dan penyederhanaan tatanan
tiang langgam Doria, sementara langgam Campuran adalah tatanan tiang tinggi
yang dihiasi ukiran tumbuh-tumbuhan khas langgam Korintus dan ukiran gelung-
gelungan khas langgam Yonia. Capaian-capaian hebat diraih pada rentang waktu
sekitar tahun 40 SM sampai sekitar tahun 230 M. Bangsa Romawi membangun
banyak sekali gedung pemerintahan maupun prasarana umum, Sebagai contoh,
rumah-rumah pemandian dan kakus bangsa Romawi, baik pribadi maupun untuk
umum, dibuat nyaman

 Ciri Khas Arsitektur Pada Masa Romawi


Arsitektur Romawi Timur adalah gaya arsitektur yang umum digunakan
pada zaman Kekaisaran Romawi Timur atau biasa juga dikenal sebagai
Kekaisaran Bizantium. Terminologi ini digunakan oleh para sejarawan modern
untuk mengklasifikasikan Kekaisaran Romawi abad pertengahan sedemikian
karena perkembangannya sebagai suatu entitas budaya dan seni yang
berpusat di ibu kota baru Konstantinopel, berbeda dengan kota Roma dan
sekitarnya. Kekaisaran Romawi Timur bertahan lebih dari satu milenium,
secara dramatis mempengaruhi arsitektur abad pertengahan di seluruh Eropa
dan Timur Dekat.

 Beberapa contoh bangunan yang dibangun pada masa Romawi Kuno antara lain:
 Colosseum
 Menara Hercules
 Panteon
 Circus Maximus

Kekaisaran Romawi yang berlangsung dari 27 SM ini pun memiliki


karakteristik bangunan yang megah dengan lorong panjang, kubah luas dan
dinding yang kokoh. Karena telah dibangun dalam waktu yang cukup lama,
maka beberapa bangunan arsitektur ini pun sudah dimakan usia dan
bangunannya pun sudah mulai rapuh.

Pada periode Republik, bangsa Romawi banyak melaukan pengembangan


pada kota mereka. Mereka membangun saluran air, jalan, dan saluran
pembuangan. Forum dan kuil Romawi juga berkembang. Orang-orang juga
membuat teater dan colosseum untuk permainan para gladiator. Kaisar
pertama Romawi, Augustus, melakukan lebih banyak perubahan. Dia
membangun Altar Perdamaian, pemakaman untuk keluarganya, dan teater
batu yang besar untuk pertunjukan drama. Cucu tiri Augustus, Tiberius,
membangun ulang kuil Castor dan Pollux di Forum Romawi. Cicit buyut
Augustus, Nero, juga membangun banyak bangunan, termasuk Istana
Emasnya. Pada 69 M, Vespasianus mengambil beberapa material dari Istana
Emas untuk membangun Kolosseum. Putra Vespasianus, Titus, membangun
pelengkung kejayaan, dan putranya Domitianus membangun istana besar
untuk dirinya sendiri di bukit Palatina.

Ada beberapa ciri khas pada bangunan bangunan yang dibangun pada
masa romawi, daintaranya adalah:

1) Kombinasi kolom dan busur lengkung.


2) Romawi mempunyai lima buah gaya arsitektur. Tiga di antaranya merupakan
‘pinjaman’ langsung dari gaya Yunani: Doric, Ionic dan Corinthian. Corinthian
merupakan gaya yang paling populer di Romawi. Dua gaya lain yang
ditambahkan oleh bangsa Romawi adalah Tuscan (bentuk yang lebih
sederhana dari gaya Doric), dan Composite (gaya Corinthian yang lebih kaya
ornamen).
3) Pintu dan jendela biasanya berbentuk segi empat. Pada sisi-sisi pintu dibuat
bentuk kolom.
4) Bahan bangunan yang digunakan batu bata, keramik, semen, beton dan besi.
5) Pada bangunan lebih dari satu lantai, gaya arsitektural diletakkan berurutan
dari atas ke bawah. Paling bawah gaya Doric, di atasnya Ionic, dan paling atas
Corinthian.

a. Doric
Kolom Doric adalah elemen arsitektur dari Yunani kuno dan mewakili salah satu
dari lima pesanan arsitektur klasik. Kolom Doric memiliki desain yang sangat
sederhana dan lugas, jauh lebih sederhana daripada gaya kolom Ionic dan Corinthian
yang belakangan. Kolom Doric juga lebih tebal dan lebih berat daripada kolom Ionic
atau Corinthian. Untuk alasan ini, kolom Doric terkadang dikaitkan dengan kekuatan
dan maskulinitas. Karena percaya bahwa kolom Doric dapat menahan beban paling
berat, para pembangun kuno sering menggunakannya untuk tingkat bangunan
bertingkat paling rendah, dengan memesan kolom Ionic dan Corinthian yang lebih
ramping untuk tingkat atas. Kolom Doric Yunani berbagi fitur ini:
a) Poros yang bergalur atau beralur
b) sebuah poros yang lebih lebar di bagian bawah daripada bagian atas
c) tidak ada alas atau alas di bagian bawah, sehingga diletakkan langsung di lantai
atau di tanah
d) Sebuah echinus atau flare halus seperti putaran modal di bagian atas poros
e) sempoa persegi di atas echinus bulat, yang membubarkan dan membuka beban
f) kurangnya ornamen atau ukiran jenis apa pun, meskipun kadang-kadang cincin
batu yang disebut astragal menandai transisi poros ke echinus

b. Ionic
Ionik adalah salah satu dari tiga gaya kolom pembangun yang digunakan di
Yunani kuno. Lebih ramping dan lebih berornamen dari gaya Doric sebelumnya,
kolom ionik memiliki ornamen berbentuk gulir di ibu kota, di bagian atas batang kolom.
Arsitek militer Romawi kuno Vitruvius (sekitar 70-15 SM) menulis bahwa desain Ionic
adalah "kombinasi yang tepat dari kerasnya Doric dan kelezatan Corinthian.".
Karateristik kolom Ionic adalah sebagai berikut:
a) Berdiri di dasar disk yang ditumpuk
b) Poros biasanya bergalur, tetapi bisa polos
c) Shaft bisa dibakar di atas dan bawah
d) Desain Egg-and-Dart sering di antara volutes
e) Vitruvius mengatakan kepada kita bahwa "ketinggian modal Ionic hanya sepertiga
dari ketebalan kolom

c. Corinthian
Gaya Corinthian lebih kompleks dan rumit daripada Doric dan Ionic Orders
sebelumnya. Modal atau bagian atas kolom gaya Korintus memiliki ornamen mewah
yang diukir menyerupai dedaunan dan bunga. Arsitek Romawi Vitruvius (c.70-15 SM)
mengamati bahwa desain Corinthian yang halus "dihasilkan dari dua perintah lainnya.
Karena kemewahan mereka, kolom-kolom Korintus jarang digunakan sebagai kolom
teras umum untuk rumah biasa. Gaya ini lebih cocok untuk rumah-rumah Yunani
Revival dan arsitektur publik seperti gedung-gedung pemerintah, terutama yang
berkaitan dengan pengadilan dan undang-undang. Karateristik kolom Corinthian
adalah sebagai berikut:
a) Batang bergalur (beralur)
b) Capitals (bagian atas poros) dihiasi dengan daun acanthus dan bunga, kadang-
kadang dihiasi dengan gulungan kecil (volutes, seperti dalam Oronic Order)
c) Proporsi yang ditentukan. Vitruvius mengatakan kepada kita bahwa "ketinggian
ibukota mereka memberi mereka secara proporsional efek yang lebih tinggi dan
lebih ramping" daripada kolom ionik.
d) Kolom Korintus sering digunakan dalam interior dan mendukung lengkungan

d. Tuscan
Arsitektur Tuscan biasanya dibangun dengan batu kapur, travertine, marmer,
dan genteng tanah laut. Selain itu gaya ini bisa dikenali dari sentuhan elemen klasik
dan paduan dengan modernitas masa kini ditambah nuansa Eropa gaya lama.
Perpaduan tersebut memperindah arsitektur Tuscan hingga banyak diminati.
Karateristik Tuscan adalah sebagai berikut:
a) Dinding batu yang tebal yang biasanya terbuat dari batu kapur, batu pasir, dan
marmer
b) Bagian atap dan lantai menggunakan material tanah liat
c) memiliki ruang tamu luar ruangan, seperti teras, dan serambi yang menjadi media
sirkulasi udara ke dalam rumah.
d) pada bagian dalam dinding tersebut diplester. Tujuan dinding tersebut diplester
karena ideal untuk iklim hangat yang dapat menahan udara sejuk di siang hari,
dan melepaskan kehangatan di rumah pada malam hari.

e. Composite
Composite berasal dari Bahasa Inggris “composite” yang berarti gabungan
Menurut Gibson. Gibson menjelaskan bahwa sifat dari material-material pembentuk
sebelum digabung berbeda satu dengan lainnya, dan setelah digabung menjadi
material baru, akan memiliki sifat yang berbeda dari material-material sebelumnya.
Komponen utama material komposit ada beberapa yaitu:
a) Matriks
b) Penguat
Dalam komposit, material penguatnya yaitu serat (fiber). Ada yang seratnya
panjang (continuous fiber) dan ada yang serat pendek (discontinuous fiber).
Berdasarkan tipe penguat serat ini, komposit dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu,
komposit serat memanjang (continuous fiber composite), komposit serat anyam
(woven fiber composite), komposit serat pendek(discontinuous fiber composite /
chopped fiber composite) dan komposit hibrid (hybrid composite) yang merupakan
gabungan dari serat pendek dan serat panjang. Selain itu juga dikenal komposit
partikel (particulate composite) dan komposit serat chip (chip fiber composite).

C. Sejarah Perkembangan Material Arsitektur pada masa Revolusi Industri

Arsitektur adalah seni dan sekaligus ilmu dalam merancang bangunan. Arti yang
lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro, yaitu perencanaan dan perancangan
perkotaan, arsitektur lanskap, bahkan hingga ke level mikro, yaitu desain bangunan,
desain perabot, dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil berbagai
proses perancangan tersebut. Dengan kata lain, arsitektur bisa juga difahami sebagai
seni yang dilakukan oleh individu untuk mengimajinasikan diri mereka.
Arsitektur harus dilakukan dengan perencanaan, perancangan, dan
pembangunan bentuk, ruang, dan suasana untuk mencerminkan pertimbangan
fungsional, teknis, sosial, lingkungan, dan estetika. Hal ini membutuhkan manipulasi
kreatif dan koordinasi material dan konstruksi. Dalam sejarah pemkembangan
material arsitektur dan konstruksi terjadi masa revolusi industri yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
Revolusi
Revolusi Industri adalah suatu perubahan besar-besaran yang terjadi dalam
dunia industri karena munculnya perkembangan teknologi dalam mengelolah sumber
daya, sehingga menjadikan setiap prosesnya jauh lebih efektif dan efisien dari
sebelumnya. Seperti yang kita ketahui, arti dari kata Revolusi adalah suatu perubahan
yang terjadi dengan cepat dan mengubah dasar-dasar dari kehidupan. Sedangkan
arti dari kata Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan dari yang
tadinya berbentuk mentah, menjadi barang jadi yang memiliki nilai dan bermutu tinggi.
Salah satu material dan konstruksi yang ada dalam masa revolusi industri adalah
semen dan beton.
Semen
Semen adalah salah satu material arsitektur yang digunakan dalam
pembangunan yang berfungsi untuk merekatkan batu atau bata. Semen sebagai
bahan perekat batu atau bata yang kita ketahui selama ini berbeda dengan bahan
perekat pada zaman dahulu kala. Dalam sejarah pembangunan candi Borobudur dan
candi prambanan bahan perekat yang digunakan oleh nenek moyang kita, jembatan
di Cina, atau bangunan kuno di India dan di Pulau Buton, bahan perekat yang
digunakan oleh nenek moyang kita adalah zat putih telur, ketan atau aspal alami. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi semen sudah dikenal sejak zaman dahulu kala.
Pada abad ke-18 seorang insinyur asal Inggris, John Smeaton menemukan dan
mengembangkan ramuan kuno tersebut dengan mencampur batu kapur dengan
tanah liat. Campuran yang dibuatnya ini digunakan untuk pembangunan menara suar
Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris (saat ini dikenal sebagai Menara
Smeaton). Namun sangat disayangkan bahwa John Smeaton tidak membuat hak
paten atas proses pembuatan semen tersebut. Pada 1824, Joseph Aspdin, seorang
insinyur kebangsaan Inggris yang membuat hak paten atas ramuan semen tersebut
dengan nama Semen Portland. Nama Portland digunakan karena hasil akhir warna
ramuan yang diolahnya mirip tanah liat di Pulau Portland, Inggris. Bahan campuran
yang digunakan Joseph Aspdin ini tidak berbeda jauh dengan bahan yang dibuat oleh
John Smeaton. Bahan utama yang digunakan adalah batu kapur dan tanah liat. Batu
kapur yang kaya akan kalsium dicampur tanah liat atau lempung yang mengandung
banyak silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) dan
oksida besi, kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi hingga
membentuk campuran baru. Semen Portland inilah yang dikenal dan paling umum
digunakan di seluruh dunia sebagai bahan dasar beton, mortar, plester dan adukan
non-spesialisasi.

Beton

Beton adalah material yang digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan,


terdiri atas material padat yang terbuat dari campuran kimiawi yang disebut aggregate
yang pada umumnya terdiri atas campuran kerikil dan bermacam-macam jenis pasir
yang dicampur bersama semen dan air. Sebelum adanya refolusi industri Masyarakat
Assyrians dan Babilonia menggunakan tanah liat sebagai bahan perekat pengganti
semen. Padan tahun 1756, Seorang insinyur asal inggris, John Smeaton berhasil
membuat beton modern yaitu semen hidrolik dengan menambah campuran kimia
agregat dan memcampur serbuk batu bata ke dalam semen.

Pada tahun 1824 seorang penemu dari Inggris, Joseph Aspdin menemukan
semen portland, sebagai bahan dasar campuran yang dominan sebagai pembentuk
beton. Joseph Aspdin menciptakan semen buatan dengan cara membakar batu cadas
dengan tanah liat sekaligus. Proses pembakaran mengubah partikel kimiawi dari
material tersebut sehingga menghasilkan campuran semen yang lebih kuat dari jenis
semen biasa. Bahan campuran lain selain semen dalam beton adalah agregat.
Agregat terdiri atas pasir, pecahan batu kali, kerikil, abu, tanah liat yang dibakar.
Agregat yang halus biasanya digunakan untuk diterapkan pada konstruksi lantai (slab)
atau untuk menghasilkan permukaan beton yang halus. Sementara agregat yang
kasar digunakan untuk konstruksi beton masif. Beton yang dilengkapi dengan
batangan besi disebut sebagai beton bertulang. Jenis beton bertulang ini
dikembangkan pada tahun 1849 oleh Joseph Monier, dan mendapatkan hak paten
pada tahun 1867. Berkat temuannya lah maka hingga saat ini bahan bangunan beton
banyak digunakan untuk membuat konstruksi bangunan dengan berbagai macam
bentuk.

Seiring perkembangan jaman para ahli material arsitektur dan konstruksi


menemukan berbagai macam campuran-campuran bahan yang menghasilkan
berbagai macam jenis beton. Jenis jenis beton memiliki kegunaannya masing-masing
dalam pekerjaan kontruksi bangunan. Walapun tampilannya dan pengerjaannya
sepintas bagi orang awam adalah terlihat sama: substansi berwarna abu-abu yang
terlihat sebagai campuran semen, pasir dan batu kerikil. Kita lihat saat ini, beton
digunakan sebagai bahan baku konstruksi dalam proyek bangunan, gedung, rumah
tinggal, apartemen, digunakan sebagai jalan raya, jembatan, fly over, bendungan,
tiang pancang, perapihan tepi sungai dan berbagai proyek pembangunan infrastruktur
yang sedang marak saat ini.

i. Jenis Jenis Beton

Berikut beberapa jenis beton yang saat ini umum digunakan dalam pekerjaan
konstruksi yaitu sebagai berikut :

1. Beton Non-Pasir

Seperti namanya, beton non-pasir, proses pembuatannya sama sekali tidak


menggunakan pasir. Hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan
terbentuknya rongga-rongga yang berisi udara di celah-celah kerikil sehingga
total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tanpa pasir, persentase semen
pada beton ini juga lebih sedikit. Beton non-pasir biasanya digunakan pada
pembuatan struktur ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta
beton.

2. Beton Ringan

Beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Seringkali
ditambahkan zat aditif yang dapat menyebabkan terbentuknya gelembung-
gelembung udara di dalam adonan beton. Banyaknya gelembung udara yang
terjadi menyebabkan volume adonan juga semakin besar sementara bobotnya
lebih ringan dibandingkan beton lain dengan volume ayng sama. Beton ringan
biasanya digunakan untuk dinding non-struktural.

3. Beton Hampa

Beton jenis ini banyak digunakan untuk pembangunan gedung-gedung tinggi,


karena memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena proses
penyedotan air pengencer adonan beton dengan alat vakum sehingga adonan
hanya mengandung air yang sudah tercampur dengan semen saja.
4. Beton Serat

Beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam


adonan beton, seperti: asbestos, plastik, kawat baja, dan sebagainya.
Denghan penambahan serat, beton yang dihasilkan memiliki nilai keuletan
tinggi (ductility) sehingga tidak mudah retak

5. Beton Bertulang
Beton bertulang adalah adukan beton yang diberi tulangan dari baja.
Penambahan tulangan baja ini akan meningkatkan kekuatan terhadap gaya
tarik dan juga ductility struktur bangunan. Beton bertulang cocok digunakan
dalam struktur dengan bentangan yang lebar, seperti jalan raya, jembatan,
pelat lantai dan sebagainya.

6. Beton Prategang
Beton prategang adalah beton bertulang yang tulangan bajanya diberi
tegangan lebih dulu sebelum dicor, sehingga kuat untuk menyangga struktur
dengan bentangan lebar.
7. Beton Pracetak
Beton pracetak adalah beton yang dicetak terpisah di luar area pekerjaan.
Hal ini biasanya dilakukan karena terbatasnya lahan area pekerjaan dan juga
karena alasan kepraktisan. Pengerjaan bangunan dapat dipersingkat
sehingga lebih efektif dan efisien.

8. Beton Siklop
Beton jenis ini menggunakan bahan tambahan agregat yang berukuran besar
(sekitar 15 sampai 20 cm) dalam adonan beton. Hal ini untuk meningkatkan
daya tahan beton untuk digunakan dalam pengerjaan bangunan yang
bersinggungan dengan air, seperti jembatan dan bendungan.

D. Sejarah Material Arsitektur pada masa Modern


Arsitektur modern adalah pergerakan perubanhan yang diawali pada akhir abad
ke-19. Selama periode tersebut terjadi revolusi teknologi , material bangunan dan
mesin. Akibatnya ada pergeseran dari konstruksi bangunan tradisional menjadi
bangunan yang fungsional dengan teknologi baru. Namum, dari perkembangan
revolusi ini masih ada Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian sehingga pada
awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern,
antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek
buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam
bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919)
menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesis seni,
ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda
depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak
sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Unsur fungsi itu sendiri
di dalamnya mencakup baik unsur estetika maupun psikologis. Arsitek lantas menjadi
figur penting dan dijuluki sebagai “master”. Kemudian arsitektur modern masuk ke
dalam lingkup produksi massal karena kesederhanaannya serta faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur
modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan,
keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek
menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur
yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan
kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa “gubuk berhias/ decorated shed”
(bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-
nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah “bebek/ duck” (bangunan di
mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar
pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa
yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur
bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan
arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan
menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design
Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau
Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan,
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian mendalam dalam berbagai
bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar
proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan, arsitektur menjadi
lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan
sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek
sekarang ini. Namun, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan
bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa
menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari
barangkali akan muncul kemungkinan yang lain.

E. Sejarah Material Arsitektur pada masa pasca modern


Arsitektur post modern merupakan sebuah era yang menandai berakhirnya era
arsitektur modern. Istilah postmodern sendiri sudah eksis sejak 1960-1970-an, tidak
hanya di dunia arsitektur saja, tetapi juga di dunia seni, film dan bahkan ideologi.
Munculnya arsitektur postmodern berawal dari kejenuhan terhadap arsitektur modern.
Pada saat itu, nilai-nilai formalitas dan minimalis dalam arsitektur modern dianggap
tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman. Gaya bangunan arsitektur modern
dianggap tidak bervariasi, hanya bentuk kotak yang seragam dan monoton sehingga
melahirkan kejenuhan. Tanda berakhirnya era arsitektur modern, yaitu adanya
penghancuran Pruitt-Igoe Housing di Kota Santa Louis, negara bagian Missouri,
Amerika Serikat pada 15 Juli 1972.
Arsitektur post modern merupakan percampuran gaya arsitektur tradisional
dan nontradisional, gabungan modern dan nonmodern. Gaya bangunan arsitektur
post modern menerapkan perpaduan dua unsur (hybrid) dan bermuka ganda atau
disebut juga double coding.Adapun aliran dalam arsitektur postmodern yang harus
diketah Arsitektur Post Modern Historicism

 Arsitektur Post Modern Historicism


Gaya bangunan dalam aliran arsitektur postmodern historicism biasanya
menerapkan elemen dalam arsitektur klasik. Contoh elemen tersebut di
antaranya kombinasi kolom ionic, doric, dan corinthian. Selain itu, arsitektur
post modern historicism juga menggabungkan elemen dalam arsitektur
modern. Tokoh arsitek aliran ini, yaitu Philip Johnson, Robert Venturi, Eero
Saarinen, Kisho Kurokawa dan Kyionori Kikutake.ui, yaitu sebagai berikut.

 Arsitektur Post Modern Straight Revivalism


Elemen-elemen dalam arsitektur neoklasik dihidupkan kembali pada aliran
arsitektur post modern straight revivalism ini. Elemen-elemen tersebut
dihidupkan melalui gaya bangunan yang bersifat monumental. Selain itu, gaya
bangunan arsitektur postmodern straight revivalism juga mengaplikasikan
desain yang berirama dan simetris. Tokoh arsitek dalam aliran ini di antaranya
Monta Mozuna, Aldo Rossi, Ricardo Bofill dan Mario Botta.

 Arsitektur Post Modern Neovernacularism


Gaya bangunan arsitektur post modern neo vernacularism mengawinkan
elemen dalam arsitektur modern dengan elemen tradisional.Selain itu, juga
dengan elemen lokal yang tersedia di lingkungan sekitar tempat bangunan
didirikan. Contoh penerapan aliran ini, yaitu pada bangunan modern
apartemen Patraland Amarta yang menggunakan dekorasi arsitektur Jawa.
 Arsitektur Post Modern Contextualism
Pada arsitektur postmodern contextualism, konsep gaya bangunan mengarah
dan terpusat pada lokasi penempatan bangunan. Artinya, desain harus
memperhatikan lingkungan sekitar agar tercipta bangunan yang selaras
dengan lingkungannya. Nama lain aliran contextualism, yaitu aliran urbanist
atau dikenal juga arsitektur ramah lingkungan.Tokoh arsitektur post modern
contextualism, di antaranya James Stirling, Lucien Kroll dan Leon Krier.

F. Sejarah perkembangan material arsitektur pada masa Milenium

Memasuki milenium baru, bentuk bangunan atau arsitektur mengalami


perubahan. Banyak bangunan di zaman sekarang yang lebih mengutamakan
bentuk dan fungsinya, dibandingkan dengan ornamen hias atau keindahannya.
Perubahan desain itu diiringi oleh perubahan bentuk, tampilan,jenis material,
proses pengolahan, atau pun teknologi nan dipakai buat meramu sebagal bentuk
gaya baru tersebut. Artinya, arsitektur pada masa ini itu ialah sebuah desain yang
menampilkan gaya baru dalam segala aspeknya.

B. Material arsitektur millennium


1. Struktur Bawah (Down Structure)
 Pondasi Minipile
Alasan:
 Karena kedalaman tanah keras pada area tapak mencapai 23 meter (uji
sondir dan boring tahun 2017)
 Strukturnya kuat menopang beban bangunan bentang lebar
Kelebihan:
 Mutu beton terjamin
 Daya dukung sangat kuat
 Harga relatif lebih murah
Kekurangan :
 Membutuhkan luas lahan yg besar karena ukurannya juga besar
 Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan

 Pondasi Lajur Batu Belah

Alasan:
 Beberapa dinding harus disalurkan dengan menggunakan pondasi ini
 Lebih menghemat biaya
 Desain bangunan akan menjadi 3-4 lantai
Kelebihan :
 Mudah dikerjakan
 Tidak membutuhkan waktu yang lama
 Tidak membutuhkan alat berat
Kekurangan:
 Hanya dapat digunakan untuk bangunan maksimal bertingkat 3 lantai
 Pada daerah tertentu susah mendapatkan material batunya

2. Struktur Tengah (Middle Structure)


 Kolom Struktur
Alasan:
 Kolom struktur akan menggunakan baja konvensiaonal agar lebih ringan
 Penutup kolom struktur akan digunakan rangka ACP untuk kepentingan
kerapian dan estetika bangunan
Kelebihan :
 Material ringan
 Mudah pengaplikasiannya
 Mudah dirawat
 Banyak variasinya
Kekurangan:
 Apabila terkena panas yang tinggi dapat menggelembung
 Kekuatan terhadap tekanan angin kurang

 Plat Lantai

Alasan:
 Bahan material lebih ringan dari beton bertulang.
 Sebagai respon dari desain bangunan yang tahan gempa

Kelebihan:
 Menghemat bekisting lantai
 Pengerjaannya lebih cepat dan mudah
 Plat terjamin rapi

Kekurangan:
• Harganya mahal
• Perlu pengaturan khusus agar tidakbanyak sia yang terbuang

 Plafon gypsum

Alasan:
 Material lebih ringan sehingga apabila jatuh tidak melukai penghuni
 Mudah untuk pengaplikasiannya
Kelebihan:
 Mudah pengaplikasiannya
 Ringan
 Murah
Kekurangan:
 cepat melapuk apabila terdapat kebocoran
 gampang pecah/retak

4. Struktur Atas (Upper Structure)


 Struktur Atap

Alasan:
 Lebih ringan daripada struktur beton
 Pemilihan didasari dari ciri rumah tradisional jawa yang menggunakan
material tahan gempa
Kelebihan:
 Kuat menopang bebanTahan rayap
 Tahan gempa
 Kekurangan:Tidak dapat untukdesain lengkung
 Beban pondasi lebih berat
 Penutup Atap

Alasan:
 Bahannya ringan sehingga apabila terjadi gempa, material ini tidak
menyakiti penghuni bangunan
 Mudah ditemukan dan mudah untuk pemasangannya

Kelebihan:
 Ringan
 Mudah di dapat
 Mudah pengaplikasiannya
Kekurangan :
 Sulit untuk dirawat
 Variannya terbatas
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Penggunaan bahan Material dari masa ke masa sudah mengalami perkembangan


yang sangat pesat. Material bangunan adalah komponen penting yang ada dalam sebuah
bangunan baik itu sebagai bahan utama konstruksi ataupun sebagai bahan penunjang
konstruksi. Dengan kata lain keberadaan suatu bangunan sangat berkaitan erat dengan
satu atau banyak jenis material bangunan. Bangunan adalah produksi manusia yang
paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat
sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar
produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan.
Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau
bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima
oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah,
tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog
antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat
dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

B. SARAN
Setelah menyusun makalah terkait Pekembangan Material Arsitektur, penyusun
menyarankan agar sebagai seorang calon Arsitek harus betul-betul mengetahui dan
memahami apasaja material beserta fungsinya dalam dunia arsitektur dari masa ke masa
sehngga nanti ketika merancang atau membangun sebuah bangunan, maka material
yang akan digunakan juga tepat.

Anda mungkin juga menyukai