Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Burst abdomen adalah perlukaan pada abdomen pasca pembedahan
atau post operasi yang biasanya terjadi antara 6 sampai dengan 8 hari. Burst
abdomen terjadi akibat ada gangguan dari bagian dalam lapisan luka dan
kulit tetap utuh. omentum diekstrusi dan usus terletak jauh pada kulit dan
biasanya tidak terlihat (Saha, 2005).
Menurut Anurag et al (2004), dari 100 pasien di India yang diambil
secara acak, didapatkan data angka kejadian 0,15%. Dari 9 pasien yang
mengalami Burst Abdomen diantaranya 5 pria dan 4 wanita. selain itu
pernah dilaporkan bahwa angka kejadian Burst Abdomen sebanding dengan
peningkatan usia penderita yaitu banyak terjadi pada pasien dengan usia
lebih dari 50 tahun.
Di India dilaporkan pada pasien yang menjalani laparotomi terdapat
9% kasus Burst Abdomen. 10% sampai 30% terjadi pada kasus darurat.
30% pasien yang mengalami Burst Abdomen mengalami infeksi akibat
malnutrisi terutaman protein (Anurag et al, 2004)
Diagnosa Burst Abdomen dapat diketahui dengan mengamati luka
psien yang telah dilakukan operasi. Beberapa hari setelah operasi akan
didapati pasien merasakan nyeri hebat pada abdome disertai keluarnya
cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanah, dan luka bekas
jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi). Terkadang disertai dengan
distended abdomen (perut yang membesar dan tegang) yang menandai
adanya infeksi di daerah tersebut.
Terapi yang dapat dilakukan jika terjadi hal tersebut adalah dengan
terlebih dahulu menangani gejala yang timbul pada pasien. Memperbaiki
luka jahitan dapat dilakukan dengan membuka kembali dinding abdomen,
kemudian memperbaiki (repair) jahitan dengan terlebih dahulu mencari
penyebab infeksi tersebut.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 1


Tindakan pencegahan sedini mungkin sangat bermanfaat untuk
menghindari terjadinya komplikasi post operative salah satunya adalah
burst abdomen. Melihat faktor penyebabnya yang multifaktor dibutuhkan
kerjasama yang harmonis antara pasien, operator, dan tenaga medis yang
lain untuk meminimalisasi terjadinya burst abdomen dan tindakan operative
yang benar dengan tenaga yang berpengalaman sehingga tidak banyak
merugikan berbagai pihak utamanya pasien. Tindakan operative dan
perioperative yang benar akan sangat membantu dalam hal pencegahan
terjadinya burst abdomen sehingga dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas (Pierce A. Grace& Neil R.B, 2006)

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa definisi Burst Abdomen?
1.2.2. Apa saja etiologi Burst Abdomen?
1.2.3. Apa saja faktor resiko Burst Abdomen?
1.2.4. Bagaimana patofisiologi Burst Abdomen?
1.2.5. Apa saja manifestasi klinis Burst Abdomen?
1.2.6. Apa saja pemerikasaan diagnostik pada Burst Abdomen?
1.2.7. Bagaimana penatalaksanaan Burst Abdomen?
1.2.8. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan Burst Abdomen?
1.2.9. Bagaimana prognosis klien yang menderita Burst Abdomen?
1.2.10. Bagaimana pencegahan Burst Abdomen?
1.2.11. Bagaimana Web of caution pada Burst Abdomen?
1.2.12. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Burst
Abdomen?

1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan komplikasi Burst Abdomen secara komperehensif.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi definisi Burst Abdomen.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 2


2. Untuk mengidentifikasi etiologi dari Burst Abdomen.
3. Untuk mengidentifikasi faktor resiko Burst Abdomen.
4. Untuk mengidentifikasi patofisiologi dari Burst Abdomen.
5. Untuk mengidentifikasi manifestasi klinis dari Burst Abdomen.
6. Untuk mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik pada pasien
dengan Burst Abdomen.
7. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan bagi pasien dengan
Burst Abdomen.
8. Untuk mengidentifikasi komplikasi yang ditimbulkan oleh
Burst Abdomen.
9. Untuk mengidentifikasi pencegahan pada Burst Abdomen.
10. Untuk mengidentifikasi Web of caution pada Burst Abdomen.
11. Untuk mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Burst Abdomen.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Busrt
Abdomen serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 3


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Burst Abdomen


Proses penyembuhan luka terdiri atas tiga fase:
1. Inflamasi
Respon inflamasi menyebabkan pengeluaran cairan dari jaringan dan
menyebabkan akumulasi sel dan fibroblast serta peningkatan suplai
darah ke daerah luka. Leukosit dan sel lainnya memproduksi enzim
proteolitik yang akan menguraikan dan mengangkat jaringan yang
rusak. Proses ini berlangsung selama 3-7 hari.
2. Proliferasi
a. Setelah proses debridement berjalan baik, fibroblast akan mulai
membentuk matriks kolagen pada luka yang disebut dengan
jaringan granulasi. Pembentukan serat kolagen menentukan
kekuatan regangan dan kelenturan penyembuhan luka. Ketika serat
kolagen terisi dengan pembuluh darah baru, jaringan granulasi
akan berwarna merah terang. Bantalan kapiler tebal yang mengisi
matriks akan memberikan suplai nutrient dan oksigen yang
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Fase ini terjadi
setelah hari ketiga.
b. Kolagen ini kemudian akan berada diantara luka dan akan
memberikan tekanan normal. Lama fase ini tergantung dari tipe
jaringan yang terlibat dan tekanan atau tegangan yang diberikan
luka selama periode ini.
c. Kontraksi luka
Kontraksi luka adalah proses yang mendorong tepi luka untuk
penutupan luka. Hal ini akan mengurangi area yang terbuka.
3. Remodelling
Ketika deposisi kolagen selesai, pembuluh darah pada luka akan
berangsur-angsur menurun dan permukaannya akan berwarna lebih
pucat.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 4


Gambar 1. Proses penyembuhan luka
(image.google.com)

Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah


terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran
isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi
post operasi dari penutupan luka di dalam perut (Kumalasari, 2011). Burst
abdomen adalah komplikasi serius pasca operasi yang berhubungan dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Lotfy W, 2009). Burst abdomen
memiliki dampak yang signifikan terhadap biaya perawatan kesehatan
pasien di rumah sakit. Insiden terjadinya burst abdomen bervariasi di
seluruh dunia, di India kejadian burst abdomen sebesar 10-30% (Lotfy W,
2009).

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 5


Gambar 2. Burst abdomen postoperasi
(Sumber: http://intranet.tdmu.edu.ua/)

2.2. Etiologi Burst Abdomen


Burst abdomen terjadi berhubungan dengan teknik penutupan perut
dan jahitan yang digunakan (Lotfy W, 2009). Sejumlah penelitian
mengevaluasi berbagai teknik penutupan dan bahan jahit. Pendapat saat ini
menyatakan bahwa penutupan insisi midline adalah dengan melakukankan
penutupan massa dengan jahitan non diserap atau lambat diserap
menggunakan panjang jahitan dengan luka rasio panjang 4:1 (Lotfy W,
2009). Kemudian dilanjutkan dengan jahitan dan memastikan bahwa
ketegangan merata di sepanjang luka.

Faktor penyebab menurut Cockbill (2002) adalah:


1. Pre Operasi
Faktor risiko Pre Operasi meliputi :

a. Jenis kelamin (laki-laki lebih rentan dibandingkan wanita),


Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang
persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdomen.
b. Usia lanjut (>50 tahun), Pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 6


tubuh mengalami proses degenerasi. Kejadian tertinggi burst
abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun.
c. Operasi emergensi, Sebelum klien menjalani pembedahan, dokter
bedah akan meminta klien menjalani skrining diagnostik (Potter A.
dan Perry A.G, 2005) namun, pada operasi emergency skrining
diagnostik tidak dilakukan. Pemeriksaan skriningrutin terdiri dari
pemeriksaan darah lengkap, analisis elektrolit serum, koagulasi,
kreatin serum dan urinalisis (Potter A. dan Perry A.G, 2005). Selain
itu, pemberian helath education, pengkajian serta pemeriksaan fisik
lengkap saat preoperasi pun penting dilakukan untuk menunjang
keberhasilan operasi.
d. Obesitas, elastisitas otot abdomen menurun, sehingga rentan
terjadinya burst abdomen.
e. Diabetes mellitus, kadar gula yang tinggi merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri sehingga rentan terjadi infeksi dan
proses penyembuhan yang lama eningkatkan resiko burst abdomen.
f. Gagal ginjal, hal ini berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal
dalam pembuangan sisa hasil metabolisme, seperti kreatinin dan
protein yang penting dalam pembedahan terutama penyembuhan
luka. Selain itu, ginjal juga menjaga homeostasis sel darah merah
dengan memproduksi eritropoietin untuk pembentukan sel darah
merah.
g. Anemia, Selain itu adanya anemia, hipoproteinemia, dan beberapa
kekurangan vitamin bisa menyebabkan terjadinya burst abdomen.
Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan
granulasi dan penurunan tingkat hemoglobin mempengaruhi
penyembuhan luka.
h. Malnutrisi, Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan
dan merupakan predisposisi kegagalan luka. Kekurangan vitamin C
terkait dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound
dehiscence. Seng adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik
dan mitosis.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 7


i. Pemakaian preparat kortikosteroid, meningkatkan tekanan darah, dan
mengurangi perlawanan terhadap infeksi, luka semakin sulit sembuh,
resiko burst abdomen meningkat.

2. Operasi

Faktor risiko operasi antara lain:

a. Jenis insisi (mediana lebih rentan dari pada transversal).

Pada insisi midline atau median, ini memungkinkan menyebabkan


bahan jahitan dipotong dengan pemisahan lemak transversal. Dan
sebaliknya, pada insisi transversal, lemak dilawankan dengan
kontraksi. Otot perut rektus segmental memiliki suplai darah dan
saraf. Jika irisan sedikit lebih lateral, medial bagian dari otot perut
rektus mendapat denervated dan akhirnya berhenti tumbuh. Ini
menciptakan titik lemah di dinding dan pecah perut.

Gambar 3. Insisi dinding abdomen.


(Dikutip dari Glown)
A. Insisi Pfannenstiel, sayatan harus dibuat dalam mode lengkung
sekitar 2-3 cm di atas simfisis pubis. B.Joel-Cohen sayatan harus
dibuat secara linear sekitar 2-3 cm di atas sayatan Pfannenstiel.C.
Insisimediana, sayatan vertikal harus dibuat di garis tengah dan
membentang dari tepat di bawah umbilikus ke tepat di atas simfisis
pubis dan dilanjutkan sekitar umbilikus jika diperlukan.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 8


Insisi di bawah pusar (lower midline) didindikasikan pada
perdarahan masif intraabdomen, kemungkinan gangguan koagulasi
dan tumor yang besar (Rasjidi I., 2008). Selain itu, pada operasi
emergency juga banyak digunakan atau operasi untuk kedua
kalinya.Keuntungan insisi ini adalah prosedurnya cepat, penutupan
yang sederhana dan resiko perdarahan yang minimal (Rasjidi I.,
2008).

Gambar 4. Garis Midline dan Orientasinya


(Sumber: Rasjidi I. 2008)

Gambar 5. a. Insisi Midline Vertikal, b. Insisi pada Peritoneum


Menggunakan Skalpel
Sumber: Rasjidi I. (2008)

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 9


Insisi pfannenstiel atau transversal memberikan hasil
kosmetik yang baik dengan penyembuhan luka primer (Rasjidi I.,
2008). Sering digunakan pada pembedahan obstetri dan ginekologi.
Keuntungan:
1) Jarang terjadi herniasi pasca bedah
2) Kosmetik lebih baik
3) Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik

Kerugian:

1) Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas


2) Tehnik relatif lebih sulit
3) Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak

Gambar 6. Insisi Pfannenstiel: a. Persiapan untuk Insisi Pfannenstiel


(Smile Insisian), b. Insisi Menembus Kulit, Lemak, fasia scarpa
hingga terlihat pembungkus rektus
(Sumber: Rasjidi I, 2008)

b. Cara penjahitan (lapis demi lapis lebih rentan daripada satu lapis).
c. Tehnik penjahitan (terputus cenderung lebih aman daripada kontinu)
dan pemilihan benang.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 10


3. Post Operasi

Faktor-faktor pasca operasi yang dapat meningkatkan terjadinya


Burst Abdomen seperti :

a. Peningkatan tekanan intra abdomen (batuk, muntah, ileus dan retensi


urin). Peningkatan dari intra-abdominal pressure yang menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan Dapat dipicu juga jika
mengangkat beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan
akibat konstipasi.
b. Infeksi pada luka, memperlambat proses penyembuhan luka, luka
semakin parah karena perluasan daerah infeksi, resiko Burst
Abdomen semakin tinggi.
c. Perawatan pasca operasi yang tidak optimal, rentan terjadinya
infeksi, luka semakin sulit sembuh, sehingga meningkatkan resiko
Burst Abdomen.
d. Nutrisi pasca operasi, nutrisi inadekuat memperlambat penyembuhan
luka post operasi.
e. Terapi radiasi dan penggunaan obat anti kanker. Terapi radiasi dapat
mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari faktor
peradangan, dan pematangan kolagen. Agen antineoplastik
menghambat penyembuhan luka dan luka penundaan perolehan
dalam kekuatan tarik.

Sebab-sebab terbongkarnya luka menurut Hugh A.F. Dudley


(1992) :
1. Penutupan yang kurang baik (terburu-buru).
2. Bahan benang yang dapat diserap terutama di linea alba.
3. Batuk keras atau menetap, terutama sewaktu penderita turun dari
meja operasi.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 11


4. Ketegangan untuk batuk atau muntah pasca operasi.
5. Pencernaan pankreas atau usus.
6. Asites yang tidak dapat dihilangkan.
7. Malnutrisi.

Menurut R. Sjamsuhidajar & Wim de Jong (2005), faktor


penyebab dehisensi luka operasi adalah:

1. Jahitan dipasang kurang tepat:


a. Terlalau berdekatan
b. Ditarik dan diikat terlalu kencang
2. Teknik operasi kurang baik:
a. Tidak mencapai lapisan fasia
b. Jaringan nonvital ditinggalkan
3. Tekanan intraabdomen meninggi:
a. Dilatasi usus/ileus paralitik
b. Asites
c. Batuk
d. Muntah
e. Banyak mengedan
4. Hematoma luka (hemostasis kurang sempurna)
5. Infeksi luka
6. Penyakit:
a. Metabolik
b. Hipoalbuminemia; sirosis hepatis, karsinomatosis, uremia dan
diabetes melitus
7. Gizi buruk.
8. Usia lanjut.

2.3. Faktor Resiko Burst Abdomen


Banyak faktor risiko dicurigai menjadi penyebab terjadinya burst
abdomen. Berikut tabel faktor resiko menurut Wael Lotfy (2009).

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 12


Faktor risiko Kejadian
Lansia Usia di atas 60 tahun
Diabetes Gula darah puasa > 14 mg/dl atau gula darah
acak > 200 mg/dl
Malnutrisi Berat <70% dari berat badan yang diharapkan
dibanding tinggi. Malnutrisi energi protein,
defisiensi vitamin (Vitamin C penting untuk
pematangan kolagen) dan defisiensi logam
(Zinc berperan untuk epitelisasi).
Obesitas Indeks Massa Tubuh > 30
Anemia Hemoglobin kurang dari 10 gm%
Uremia Uremia menghambat pembelahan fibroblas,
Urea darah >50 mg/dl
Penyakit kuning Bilirubin serum >2mg%
Hipoalbuminemia Albumin serum <3mg%
Keganasan intra- Terdeteksi selama operasi dilakukan
abdomen
Sepsis intra-abdomen Adanya nanah dalam rongga peritoneal, Sepsis
memperburuk malnutrisi dan keterlambatan
anabolisme.

Sumber: Wael Lotfy “Burst abdomen: Is It A Preventable Complication?”


dalam Jurnal Bedah Mesir Vol. 28 No. 3, Juli 2009

2.4. Patofisiologi Burst Abdomen


Burst Abdomen dapat disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi
dan post operasi. Hal-hal yang mempengaruhi dalam faktor pre operasi ini
adalah usia, kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus, dan malnutrisi.
Pada lanjut usia otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Kejadian tertinggi burst abdomen sering terjadi pada umur >
50-65 tahun.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 13


Anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin bisa
menyebabkan terjadinya burst abdomen. Hemoglobin menyumbang
oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan tingkat
hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka. Kebiasaan merokok sejak
muda menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen. Hypoproteinemia adalah
kondisi seseorang yang memiliki tingkat protein serum di bawah 6 g /
dl. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino diperlukan.
Vitamin C sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam penyembuhan
luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan dan
merupakan predisposisi kegagalan luka. Kekurangan vitamin C terkait
dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound dehiscence.
Seng adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis.
Pada faktor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan sayatan,
penutupan peritoneum, dan jahitan bahan. Kontraksi dari dinding abdomen
menyebabkan tekanan tinggi di daerah lateral pada saat penutupan. Pada
insisi midline, ini memungkinkan menyebabkan bahan jahitan dipotong
dengan pemisahan lemak transversal. Dan sebaliknya, pada insisi
transversal, lemak dilawankan dengan kontraksi. Otot perut rektus
segmental memiliki suplai darah dan saraf. Jika irisan sedikit lebih lateral,
medial bagian dari otot perut rektus mendapat denervated dan akhirnya
berhenti tumbuh. Ini menciptakan titik lemah di dinding dan pecah perut.
Faktor post operasi terdiri dari peningkatan dari intra-abdominal
pressure yang menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut,
dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang
cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Dapat dipicu juga
jika mengangkat beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan akibat
konstipasi. Terapi radiasi dapat mengganggu sintesis protein normal,
mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan pematangan kolagen.
Antineoplastic agents menghambat penyembuhan luka dan luka penundaan
perolehan dalam kekuatan tarik.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 14


Jika penyembuhan luka terhambat akan berpotensi untuk terjadi
infeksi. Infeksi dini seringkali disebabkan oleh Astreptococcus B
haemolyticus yang rentan terhadap Penicillin.
Faktor gizi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya dehiscence.
Luka pasca operasi yang membuka dapat menyebabkan nyeri serta infeksi.
Nyeri juga dapat ditimbulkan oleh mobilisasi dini pada pasien. Infeksi
lanjut sering tidak disertai peningkatan temperature dan pembentukan pus,
terutama disebabkan oleh Streptococcucaureus

2.5. Manifestasi Klinis Burst Abdomen

Tanda pertama yang merupakan tanda khas adalah keluranya cairan


serosanguinolen dari luka (Sjamsuhidajar R. dan Wim de J, 2005).
Penyebabnya adalah eksudasi dari peritoneum viseral atau usus yang
terletak dari luar peritoneum (Dudley, Hugh A.F, 1992). Kejadian ini
menunjukkan bahwa sudah ada dehisensi fasia dan/ atau lapisan otot.
Dalam waktu satu hari keadaan ini akan diikuti dengan penonjolan usus
dari luka kulit yang mengaga pada operasi perut.

Terdapat setengah dari kejadian terbongkarnya luka terjadi tanpa


manifestasi semacam ini. Seringkali penderita atau pasien sendiri
melaporkan terbukanya jahitan luka operasi. Manifestasi lain yaitu adanya
massa di bawah jaringan granulasi awal yang kemerahan (Dudley, Hugh
A.F, 1992). Tanda ini sering disalah artikan oleh ahli bedah sebagai otot
rektus, tetapi segera menjadi jelas bahwa itu adalah usus. Timbulnya
gangren kulit juga dapat terjadi (Dudley, Hugh A.F, 1992).

Manifestasi klinis burst abdomen menurut Brunner & Suddarth


(1997) adalah:

1. Dehiscence selalu ditunjukkan pada 7-14 hari setelah operasi.


2. Luka distrupsi mungkin terjadi tanpa tanda.
3. Ketegangan atau perpindahan struktur.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 15


4. Pasien sering menunjukkan “sensasi penyobekan” atau luka post op
membuka kembali.
5. Terlihat serosa tidak berfungsi dari luka. Itu terlihat lebih dari 85 % dari
masalah.

Manifestasi menurut IPDS BU FKUB (2012) adalah :


1. Burst abdomen terjadi kurang lebih satu minggu setelah operasi
laparatomi, terjadi pada 5-8 hari setelah operasi.
2. Tanda awal keluar cairan serosa dari luka yang berwarna kemerahan,
bahkan dapat dijumpai luka eviserasi secara tiba-tiba.
3. Terdapat luka yang dehiscence biasanya merupakan awal dari terjadi
abses di intra abdomen, pada kondisi ini sudah ada dehiscence fascia dan
atau lapisan otot.
4. Nyeri hebat, hal ini membuat pasien gelisah dan iritabilitas disertai
dengan peningkatan temperature (febrile).
5. Distensi abdomen (membesar dan tegang), menandai adanya infeksi pada
daerah tersebut.
6. Luka yang terjadi pada dinding abdomen menjadi jelek dan tampak
rusak. Dalam 1 hari keadaan ini akan diikuti penonjolan usus dari luka
kulit yang menganga.
7. Gejala intraperitoneal sepsis merupakan salah satu tanda adanya burst
abdomen.

2.6. Pemeriksaan Burst Abdomen


2.6.1 Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes BGA (Darah lengkap)


Hemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih, dan ketidakseimbangan elektrolit.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 16


2. CT scan atau MRI
Memberikan gambaran yang jelas pancreas, duodenum, dan
sistem genitourinarius. Gambar dapat membantu banyak jumlah
darah dalam abdomen dan dapat menunjukkan organ dengan teliti.

3. Sinar X abdomen
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas
dalam usus atau obstruksi usus.

2.6.2 Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium darah rutin :

a. Hemoglobin: menurun
Nilai normal dewasa: pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16
gram/dL, wanita hamil 10-15 gram/dL
Nilai normal: anak 11-16 gram/dL, balita 9-15 gram/dL, bayi
10-17 gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL
b.Leukosit: meningkat
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3
Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata
5700-18000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-13500/mm3, ibu
hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, dan postpartum 9700-
25700 sel/mm3
c. Limfosit: menurun
d.Monosit: normal atau menurun
Nilai normal : Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500
sel/mm3) Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)
e. Hematokrit: menurun
Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita
hamil 30-46%
Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%,
neonatus 40-68%
f. Eritrosit : menurun

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 17


Nilai normal dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2
juta sel/mm3.
Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-4.8 juta
sel/mm3.
g.Trombosit: normal
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-
450.000 sel/mm3

2. Sediaan Hapus Darah Tepi :

a. Eritrosit: Normositik Normositer


1) Eliptosit
b. Leukosit: Jumlah Normal
1) Tidak ditemukan sel muda
c. Trombosit: Jumlah Normal
d. Retikulosit: 0.5%

3. Kultur cairan burst dan test resisitensi

2.7. Penatalaksanaan Burst Abdomen


2.7.1. Pengobatan Awal

Jika ada kemungkinan bahwa suatu luka telah pecah, maka


dilakukan hal-hal berikut (Dudley, Hugh A.F, 1992) :

1. Bila kulit tetap tertutup, tutuplah luka dengan pembalut kering dan
pasanglah beberapa bentuk penopang (tali pengikat atau plester)
2. Berikan morfin atau sejenisnya melalui intavena dalam dosis kecil
dan siapkan untuk pemeriksaan luka
3. Bila nyata terjadi pembukaan luka komplit, tutup usus yang terpapar
dengan tumpukan kasa lebar yang dibasahi larutan garam dan
kuatkan. Jangan menggunakan pembalut usap biasa, karena akan
hilang di antara lipatan-lipatan usus.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 18


4. Siapkan untuk intubasi nasogatrik atau lebih baik bicarakan dengan
ahli anestesi untuk melakukan anestesi dengan manuver Sellick.
Siapkan jahitan kembali secepat mungkin.

2.7.2. Tindakan operasi

Operasi pembedahan, dilakukan untuk menutup lubang dan


memperkuat bagian yang lemah, Otot perut dirapatkan menutupi
lubang.

a. Kebanyakan untuk pasien akut atau baru saja terjadi luka


disarankan untuk operasi kembali.
b. Kebanyakan teknik yang utama adalah segera menjahit kembali
pada tempat jahitan semula yang mengalami perobekan.
c. Pemberian antibiotic preoperative spektum meluas.
d. Bebaskan lipatan peritonim dan usus untuk jarak yang pendek pada
permukaan yang dalam dari luka pada kedua sisi.
e. Memasukkan jahitan luka yang dalam.
f. Menghindari tegangan yang berlebihan pada luka.

1. Penumpukan Jahitan :
Berikut prinsip penumpukan jahitan adalah :

a. Menggunakan jahitan luka yang padat dan tidak menyerap.


b. Luas potongan paling tidak 3cm dari tepi luka dan interval stik
jahitan 3cm atau kurang.
c. Salah satu dari eksternal (menggabungkan semua lapisan
peritonium melewati kulit) atau (semua lapisan kecuali kulit)
mungkin digunakan.
d. Penumpukan jahitan luka internal dapat menghindari
pembentukan bekas luka yang tidak sedap dipandang akan tetapi
luka itu tidak dapat dipindahkan pada waktu berikutnya
(meningkatkan resiko infeksi)
e. Tidak mengikat terlalu kuat

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 19


f. Penumpukan jahitan luka eksternal biasanya dibiarkan selama
paling tidak tiga minggu.

2. Perut yang tidak bisa menutup


Beberapa kondisi yang mungkin bisa menjadi faktor
pencetus pada dinding perut yang tidak dapat menutup, meliputi:
a. Trauma abdomen mayor
b. Sepsis abdomen yang kasar
c. Retro peritoneal hematom.
d. Kehilangan jaringan pada dinding perut

Usaha untuk menutup dinding perut mungkin dapat


menyebabkan elevasi dari tekanan intra abdominal dan syndrome
ruang abdomen berikutnya. Pada kasus kasus tertetu (exs.jika
penyebabnya memungkinkan untuk diselesaikan dengan cepat)
mungkin bisa menutup abdomen untuk sementara waktu dengan
membungkus luka dan mengambil tindakan lebih lanjut dalam
waktu 24-48 jam. Penutupan “mesh” pada insisi abdomen biasanya
menunjukan:

a. Kerusakan, karena penutupan dari satu atau dua lapisan pada


lubang.
b. Lubang adalah jahitan luka pada tempat dari jahitan luka yang
menembus lapisan tebal dinding abdomen.

Perubahan balutan dan granulasi benuk jaringan berikutnya,


akhirnya berpengaruh pada permukaan yang bisa dibungkus dengan
pemindahan robekan kulit (transparansi kulit). (IPDS BU FKUB,
2012).

2.7.3. Pengobatan Nir-operative

Indikasi pengobatan ini adalah (Dudley, Hugh A.F, 1992):

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 20


1. Pada peristiwa jarang bahwa penderita terlalu sakit bahkan untuk
menjahit kembali dengan anestesi lokal.
2. Bila terbongkatnya jahitan terlihat lambat dan omentum serta usus
mengalami perlekatan kuat.
3. Bila ada fistula usus kecil atau besar yang terkait.
4. Pada adanya infeksi jelas.

Cara ini tidak boleh digunakan jika ada suatu prolaps usus, suatu
fistula tidak terhindarkan akan terjadi.Meskipun pendekatan nir-operatif
tampak berbahaya, namun hasilnya memuaskan. Sementara
penyembuhan berlangsung, luka mengkerut dan hernia ventral mungkin
mengecil dan mudah diperbaiki.

Teknik pengobatan nir-operatif menurut Hugh A.F. Dudley


(1992) yaitu semua benang jahitan diambil dan luka dibirakan terbuka.
Kulit dibersihkan dan setumpuk kasa yang dibasahi larutan garam
dipasang untuk mengumpulkan lipatan-lipatan. Pasang tiga sampai lima
lapis, kemudian wool kering diletakkan di atas kasa dan kuatkan di
tempat dengan plester perekat. Untuk membantu melekatnya plester
agar baik, kulit disemprot dengan tinct. benzoin co.Gambar
menunjukkan urutan semacam ini dan daerah mentah yang lebar
ditangani dengan cangkok kulit-lepas.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 21


Gambar 7. Penderita yang dinding abdomenya diobati dengan
membiarkan luka terbuka dan diikuti cangkok kulit

(Sumber: Dudley, Hugh A.F. 1992)

2.8. Komplikasi Burst Abdomen


1. Infeksi pada luka
Wound dehiscence menyebabkan port de entry kuman pada luka
yang terbuka tersebut. Angka kejadian infeksi pada proses
penyembuhan luka tercatat 2.5-29.7%.
Infeksi pada luka dapat menjadi penyulit yang serius pada
pembedahan. Walaupun penyebab pasti infeksi luka operasi (ILO) sulit
ditentukan, namun penyebabnya sering dikaitkan dengan flora mikroba
dan pasien, petugas bedah, teknik pembedahan, lingkungan dan faktor
pasien sebagai penjamu (Gruendemann, B.J. dan Billie F, 2006).
Kontaminasi mikroba di tempat operasi merupakan faktor
penting dalam pembentukan ILO (Gruendemann, B.J. dan Billie F,
2006). Infeksi operasi terutama terjadi pada saat operasi. Dengan
demikian, epideminologi infeksi operasi berkaitan erat dengan kejadian

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 22


di ruang operasi. Sumber kontaminasi mikroba dapat bersifat endogen
(dari pasien) atau eksogen (dari tenaga medis atau lingkungan).
Sebagian besar ILO disebabkan oleh bakteri (Gruendemann, B.J.
dan Billie F, 2006). Walaupun Staphylococcus aureus adalah
mikroorganisme yang paling sering diisolasi, namun basilus gram-
negatif sebagai suatu kelompok merupakan penyebab tersering infeksi
luka pascaoperasi.
Patogen yang paling sering menyebabkan Infeksi Luka Operasi
(ILO) adalah (Culver, D.H., et al., 1991) :
1. Staphilococcus aureus
2. Enterokokus
3. Stafilokokus negatif-koagulase, misal S.epidemidis
4. E. coli
5. Pseudomonas aeruginosa
6. Enterobacter sp.
7. Proteus mirabilis
8. Klebsiella pneumoniae
9. Streptococcus sp.

Faktor-faktor tertentu berkontribusi dala menimbulkan risiko


infeksi dengan (1) meningkatkan jumlah reservoar mikoorganisme, (2)
meningkatkan kemungkinan timbulnya penularan, (3) meningkatkan
ukuran inokulum, atau (4) menurunkan resistensi lokal atau sistemik
penjamu (Mayhall, 1987 dalam Gruendemann, B.J. dan Billie F, 2006)

Berikut faktor resiko untuk ILO menurut Barbara J.G & Billie F
(2006) :

1. Faktor penjamu
1) Lama perawatan praoperasif
2) Usia (lansia)
3) Penyakit yang mendasari, seperti penyakit kronik pada diabetes
melitus
2. Faktor pembedahan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 23


1) Keahlian pembedahan
2) Electrocautery, menimbulkan destruksi jaringan.
3) Lama prosedur
4) Operasi abdomen, karena banyak bakteri andogen di traktus
gastrointestinal.
5) Penggunaan drain, terutama drain silastic atau penrose lateks
pada luka eksperimental.

Pentalaksanaan infeksi akibat pembedahan menurut Pierce A.


Grace& Neil R.B. (2006)

a. Usaha pencegahan
b. Operasi singkat
c. Pembedahan kulit menggunakan zat kimia antibakteri dan detergen
(untuk kulit pasien, dokter bedah dan perawat)
d. Filtrasi udara pada daerah operasi
e. Masker dan jubah bedah yang menutup seluruh tubuh (oklusif)
f. Antibiotik profilaktik (bakteriosid dan mempunyai kadar tinggi
dalam jaringan). Satu dosis antibiotik praoperasi diberikan 1 jam
sebelum pembedahan, kecuali operasi terkontaminasi berat atau
kotor atau pasien mengalami gangguan sistem imun.Diberikan
untuk pasien dengan bahan prostetik yang diimplantasi, misal katup
jantung, cangkok vaskular, prostesis sendi.

Penatalaksanaan infeksi yang sudah terjadi Pierce A. Grace&


Neil R.B. (2006)

a. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan kultur spesimen yang tepat


(pus, urin, sputum, darah, LCS dan feses).
b. Antibiotik, pemberian antibiotik berdasarkan hasil kultur dan
organisme paling mungkin sementara menunggu hasil kultur.
c. Drainase secara bedah atau radiologis adalah modalitas terapi paling
penting untuk suatu abses atau kumpulan cairan yang terinfeksi.
2. Hematoma

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 24


Hematoma menyebabkan gangguan proses penyembuhan luka karena
menyediakan tempat perkembangbiakan kuman yang baik. Risiko
hematoma akan meningkat pada luka dengan diseksi subkutis yang luas
dan perlengketan jaringan yang terjadi jelek. Hematoma pada luka
biasanya disertai rasa nyeri, tekanan dan pembengkakan di sekitar luka.
3. Seroma
Seroma adalah pengumpulan limfe yang disebabkan oleh robeknya
pembuluh limfe saat operasi. Pembuluh limfe akan membengkak
disertai dengan rasa nyeri. Seroma pada luka dapat diatasi dengan
melakukan aspirasi dengan jarum, setelah dikaji tidak ditemukan tanda
peradangan.
4. Dehisensi luka operasi
Dehisensi luka operasi adalah terpisahnya semua lapisan jahitan dinding
perut yang meliputi kulit, jaringan subkutis, fascia sampai peritoneum.
Bila isi perut keluar dari luka operasi disebut Wound Evisceration atau
Burst Abdomen. Bila tidak mengenai semua peritoneum disebut dengan
Incomplete Wound Disruption.

2.9. Pencegahan Burst Abdomen

Pencegahan dehisensi pada luka operasi dapat dilakukan dengan


cara mengendalikan dini faktor-faktor risiko yang dimiliki penderita,
penggunaan tehnik operasi/penjahitan yang tepat, cara penjahitan dan
perawatan luka pada jahitan bekas operasi. Prinsip dasar adalah melakukan
perawatan luka dengan baik dan pengetahuan tentang faktor penyebab dan
resiko dehisensi luka (mekanik, metabolik dan infeksi) serta pemberian diet
tinggi kalori dan protein untuk mempercepat proses penyembuhan. Pada
kasus risiko tinggi, pemberian antibiotik.

2.10. Web of Caution Burst Abdomen


(Lampiran)

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 25


BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BURST ABDOMEN

3.1. Kasus
Ny. M berumur 45 tahun, datang ke RSUA dengan keluhan nyeri
hebat (skala 8) di perut pada bagian luka bekas operasi, dan bekas operasi
pasien sedikit terbuka. Setelah dilakukan anamnesa pasien mengatakan
bahwa, lima hari yang lalu pasien dilakukan operasi Laparotomi karena usus
buntu.
Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien terlihat lemah, pasien hanya
menghabiskan 5 sendok dalam satu porsi makan dan tubuh pasien tampak
kurus, dengan BB 50 kg dengan TB 165 cm, LILA 27cm, pernapasan Ny. M
saat ini meningkat 23x/menit dengan irama napas cepat, dan pengguanaan
otot bantu napas, TD 130/90 mmHg, nadi 95 x/menit, suhu 38 °C, akral
hangat. Sekitar luka operasi terlihat kemerahan dan lembab, pasien
mengalami abdomen.
Dari hasil laboratorium didapatkan Hemoglobin 12,3 gr/l, Leukosit
27.500 mm3, Hematokrit 36% dan trombosit 264.000 mm3, serta Albumin
3,3 gr/dl.

3.2. Proses Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kaweron, Talun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RM : 14 Maret 2014

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 26


b. Keluhan utama
Ny. M mengeluhkan nyeri pada bagian bekas luka operasi lima hari
yang lalu.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan lima hari yang lalu dilakukan operasi laparotomy
karena usus buntu. Pasien dibawa ke RSUA dengan keluhan nyeri di
perut pada bagian luka bekas operasi, dan luka bekas operasi yang
terbuka, beliau tampak lemah dan kurus.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat alergi
Tidak ada
f. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit seperti yang diderita pasien dalam
keluarga.
g. Pengkajian Psiko-Sosio- Piritual
1) Keadaan Psikologis : cemas dengan keadaannya sekarang
2) Keadaan Sosial : tidak ada
3) Keadaan Spiritual : tidak ada.
h. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breath) : respirasi Ny. M meningkat menjadi 23 x/menit
dengan irama napas cepat, dan pengguanaan otot
bantu napas
2. B2 (Blood) : akral hangat, nadi 95 x/menit, TD 130/90 mmHg
3. B3 (Brain) :-
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan menurun, BB turun, pasien lemah dan
kurus.
- Inspeksi : abdomen meregang, luka sobek, terdapat
nanah, dan sekitar luka memerah.
- Palpasi : otot perut terasa tegang
- Perkusi : timpani

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 27


- Auskultasi : bising usus bertambah.
6. B6 (Bone) : lemah, turgor jelek
i. Hasil laboratorium
Hemoglobin 12,3 gr/l, Leukosit 27.500 mm3, Hematokrit 36% dan
trombosit 264.000 mm3 , serta Albumin 3,3 gr/dl.

2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
keperawatan

Data objektif: Distensi abdomen Pola napas


Pernapasan pasien 30 x/menit, tidak efektif
irama napas cepat dan terlihat Ekspansi paru tidak
otot bantu napas optimal
Data Subjektif:
Pasien mengeluh sesak napas Dipsnea

Data objektif: Operasi abdomen Nyeri


P: Nyeri timbul setelah
menjalani operasi abdomen di Luka
hari ke-5 pascaoperasi
Q: Klien merasakan nyeri hebat Kerusakan jaringan
R: Nyeri dirasakan pada luka
bekas operasi Nyeri akut
S: Skala nyeri 9 (skala antara 1-
10)
T: Nyeri timbul ketika klien
melakukan aktifitas sehari-hari
Data Subjektif:
Pasien mengeluh nyeri pada luka
bekas operasi di abdomen.
Data objektif: paska operasi Nutrisi kurang

A: abdomen dari kebutuhan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 28


BB → 50 Kg, sedangkan BB
idealnya Kg distensi abdomen
TB → 165 cm
LILA→27 cm nafsu makan menurun
B:Hemoglobin 12,3 gr/l,
Leukosit 27.500 mm3, berkurangnya intake
Hematokrit 36% dan trombosit makanan
264.000 mm3, serta Albumin 3,3
gr/dl.
C: Klien mengalami distensi
abdomen..
D: Klien hanya menghabiskan 5
sendok ketika makan. Jenis diet
tinggi kalori, tinggi protein (diit
TKTP)
Data subjektif:
Pasien mengatakan tidak nafsu
makan, setiap kali makan hanya
5 sendok

Data objektif: Luka post operasi Resiko infeksi


Suhu tubuh pasien 38°C, luka abdomen
bekas operasi keluar nanah, dan
Leukosit 27.500 mm3. Port de entri
Data subjektif:
Pasien merasakan badannya Resiko infeksi
lemas.
Data objektif: Insisi pada kulit Resiko
Daerah sekitar luka terlihat kerusakan
merah dan sedikit keluar nanah, Luka post operasi integritas kulit
serta turgor jelek abdomen
Data subjektif:

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 29


- Resiko kerusakan
integritas kulit
Data objektif: Operasi abdomen Nyeri
P: Nyeri timbul setelah
menjalani operasi abdomen Luka
Q: Klien merasakan nyeri hebat
R: Nyeri dirasakan pada luka Kerusakan jaringan
bekas operasi
S: Skala nyeri 7 (skala antara 1- Nyeri akut
10)
T: Nyeri timbul ketika klien
melakukan aktifitas sehari-hari
Data Subjektif:
Pasien mengeluh nyeri pada luka
bekas operasi di abdomen.
Data objektif: Distensi abdomen Pola napas
Pernapasan pasien 30 x/menit, tidak efektif
cepat dan terlihat otot bantu Ekspansi paru tidak
napas optimal
Data Subjektif:
Pasien mengeluh sesak napas Dipsnea
Data objektif: paska operasi Nutrisi kurang

A: abdomen dari kebutuhan

BB → 50 Kg, sedangkan BB
idealnya Kg distensi abdomen

TB → 165 cm
LILA→27 cm nafsu makan menurun

B: Hemoglobin 12,3 gr/l,


Leukosit 27.500 mm3, berkurangnya intake

Hematokrit 36% dan trombosit makanan

264.000 mm3, serta Albumin 3,3


gr/dl.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 30


C: Klien mengalami distensi
abdomen..
D: Klien hanya menghabiskan 5
sendok ketika makan. Jenis diet
tinggi kalori, tinggi protein (diit
TKTP)
Data subjektif:
Pasien mengatakan tidak nafsu
makan, setiap kali makan hanya
5 sendok

Data objektif: Luka post operasi Resiko infeksi


Suhu tubuh pasien 38°C, luka abdomen
bekas operasi keluar nanah
Data subjektif: Port de entri
Pasien merasakan badannya
lemas. Resiko infeksi
Data objektif: Insisi pada kulit Resiko
Daerah sekitar luka terlihat kerusakan
merah dan sedikit keluar nanah, Luka post operasi integritas kulit
serta turgor jelek abdomen
Data subjektif:
- Resiko kerusakan
integritas kulit

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distensi abdomen.
b. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entri luka pembedahan.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 31


e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses invasif
pada abdomen.

4. Intervensi Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b/d distensi abdomen
Tujuan : Dalam 2x24 jam pasien menunjukkan pola napas
efektif
Kriteria hasil :
1) Bunyi napas tambahan tidak ada
2) Kecepatan dan irama pernapasan teratur
3) Pasien tidak menggunakan alat bantu napas

Intervensi Rasional

Pemberian oksigen Dilakukan untuk meningkatkan atau


memaksimalkan kebutuhan

Atur posisi pasien untuk Posisi semi fowler dapat


mengoptimalkan pernapasan. memberikan kesempatan pada proses
ekspirasi paru.

Observasi frekuensi dan Untuk memastikan efektivitas


kedalaman napas, pemakaian pernapasan sehingga upaya untuk
otot bantu napas, pernapasan penanganan dapat segera dilakukan.
cuping hidung dan warna kulit

Berikan edukasi untuk latihan Dengan latihan napas dalam yang


napas dalam. rutin, pasien akan terbiasa untuk
napas dalam yang efektif.

Observasi frekuensi dan Untuk memastikan efektivitas


kedalaman napas, pemakaian pernapasan sehingga upaya untuk
otot bantu napas, pernapasan penanganan dapat segera dilakukan.
cuping hidung dan warna kulit

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 32


b. Nyeri b/d luka post operasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau adaptif.
Kriteria hasil :
1) Pasien menyatakan nyeri berkurang.
2) Ekspresi nyeri pada wajah pasien berkurang
3) Menurunkan dan mempertahankan tingkat nyeri pada skala 1-5
atau kurang (dengan skala 0-10)

Intervensi Rasional

Observasi TTV, perhatikan Untuk menunjukan jika nyeri


takikardi, hipertensi, dan mengganggu kondisi hemodinamik
peningkatan pernapasan sehingga dapat diatasi secara cepat
dan tepat

Lakukan pengkajian nyeri yang Dapat mengindikasikan rasa sakit


dirasakan oleh pasien meliputi akut dan ketidaknyamanan pada
lokasi, dan intensitas (skala 0- pasien.
10).

Berikan edukasi tindakan Membantu pasien mengurangi nyeri


pengendalian nyeri sebelum dengan berfokus pada aktivitas
nyeri menjadi lebih berat bukan pada nyeri

Ajarkan teknik relaksasi pada Teknik relaksasi akan


pasien seperti latihan napas meningkatkan asupan oksigen
dalam sehingga akan menurunkan nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik Analgesik menimbulkan


yang sesuai. penghilangan nyeri yang lebih
efektif.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nafsu makan menurun


Tujuan : Dalam 1 minggu berat badan pasien meningkat.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 33


Kriteria hasil :
1) Meningkatkan berat badan dalam batas ideal
2) Memiliki nilai labolatorium albumin 3,5-5,0 gr/dl.
3) Melaporkan tingkat energy yang adekuat
Intervensi Rasional
Kaji pemenuhan kebutuhan Mengetahui kekurangan nutrisi
nutrisi klien. klien.
Jelaskan pentingnya makanan Dengan pengetahuan yang baik
bagi proses penyembuhan. tentang nutrisi akan memotivasi
untuk meningkatkan pemenuhan
nutrisi.
Mencatat intake dan output Mengetahui perkembangan
makanan klien. pemenuhan nutrisi klien.
Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi adalah spesialisasi dalam
untuk membantu memilih ilmu gizi yang membantu klien
makanan yang dapat memenuhi memilih makanan sesuai dengan
kebutuhan gizi selama sakit. keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat
badannya.
Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman disekitar
nyaman untuk pasien pasien dapat meningkatkan nafsu
makan pasien

d. Resiko infeksi b/d port de entri luka pembedahan


Tujuan :Perbaikan pada integritas jaringan dan tidak terjadi
infeksi
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda infeksi dan peradangan pada area luka
pembedahan
2) TTV dalam batas normal

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 34


Intervensi Rasional

Kaji jenis pembedahan, waktu Mengidentifikasi penyimpangan dari


pembedahan dan apakah ada tujuan yang diharapkan.
instruksi khusus dari tim dokter
bedah dalam melakukan
perawatan luka.
Kaji faktor yang dapat Menghindari faktor atau mencegah
menyebabkan infeksi. faktor yang menyebabkan terjadinya
infeksi.

Pemantauan tanda dan gejala Dapat melakukan pencegahan dini


infeksi. terhadap terjadinya infeksi.

Jaga kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan


keadaan bersih dan kering. menghindarkan kontaminasi.

Pemberian terapi antibiotik. Pemberian antibiotik dapat


mengurangi infeksi.

e. Resiko kerusakan integritas kulit b/d proses invasive pada abdomen


Tujuan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Warna kulit normal
2) Integritas kulit baik

Intervensi Rasional

Monitor adanya kemerahan Melihat adanya tanda-tanda


pada kulit. kerusakan integritas kulit.

Membersihkan, memantau dan Perawatan luka mempercepat


meningkatkan penyembuhan pemulihan keadaan integritas kulit
luka di dekat jahitan bekas yang baik.
pembedahan.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 35


Jaga kebersihan kulit pada Kulit yang kotor dapat menimbulkan
daerah pembedahan sekitar rasa gatal sehingga timbul keinginan
abdomen. untuk menggaruk.

Anjurkan pasien untuk memakai Mencegah iritasi dermal dan


pakaian longgar. meningkatkan kelembaban pada
kulit.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 36


BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah
terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran
isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi
post operasi dari penutupan luka di dalam perut.(Kumalasari, 2011).
Diagnosa Burst Abdomen dapat diketahui dengan mengamati luka
psien yang telah dilakukan operasi. Beberapa hari setelah operasi akan
didapati pasien merasakan nyeri hebat pada abdome disertai keluarnya
cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanah, dan luka bekas
jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi). Terkadang disertai dengan
distended abdomen (perut yang membesar dan tegang) yang menandai
adanya infeksi di daerah tersebut.
Terapi yang dapat dilakukan jika terjadi hal tersebut adalah dengan
terlebih dahulu menangani gejala yang timbul pada pasien. Memperbaiki
luka jahitan dapat dilakukan dengan membuka kembali dinding abdomen,
kemudian memperbaiki (repair) jahitan dengan terlebih dahulu mencari
penyebab infeksi tersebut.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 37


Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth. (1997). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Cockbill S.Wound Healing Process. School of Pharmacy University College

Cardiff. 2002; 255-260.

Dudley, Hugh A.F. (1992). Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi 11.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Gallup DG, Incision for gynecologic surgery. In: Rock JA, Thompson JD, eds.

TeLinde’s operative gynaecology. 8thed. New York: Lippincott-Raven

,1997; 290-29110.

Hiyama DT, Zinner MJ, Surgical complication. In: Schwartz SI, Shires

GT,Spencer FC.

Husser WC, eds. Principles of surgery. 6thed. New York:McGraw-Hill. 1994; 441-

452

IPDS FK UB Malang, 2012. Penatalaksanaan Burst abdomen. (Online),

(http://bedahmalang.com/tulisan-ilmiah/61-penatalaksanaan-burst-

abdomen.html) Diakses 21 Maret 2014.

Kumalasari, Arief Muttaqin. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta:

Salemba.

MedikaLotfy, Wael, Juli 2009, “Burst abdomen: Is It A Preventable

Complication?”. Egyptian Journal of Surgery. Vol. 28, No. 3,

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 38


http://www.ess-eg.org/pages/journal/allpdf/339.pdf, 13 Maret 2014 Pukul

18:21 WIB

Morton, Patricia Gonce et al. (2011). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan

Holistik. Ed. 8. Vol 2. Jakrta: EGC.

Sjamsuhidajar R. dan Wim de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Sloane, Ethel. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.

Yudha, Saktya. (2011). Asuhan Keperawatan Burst Abdomen.

http://istanakeperawatan.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-

burst-abdomen.html. di akses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 18.00

wib.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 39


Lampiran : WOC Burst Abdomen
Post operasi (batuk,distensi Pre operasi (batuk, Operasi (tipe insisi, Faktor resiko
abdomen,asites, muntah, anemia,malnutrisi,hipoalbumin) jahitan luka)
mengedan,infeksi)

Peningkatan tekanan Memperlambat proses Kesalahan menutup ketika Risiko tinggi terbukanya
intra abdominal penyembuhan luka pembedahan abdomen jahitan operasi abdomen

Menekan jahitan pada Jahitan terbuka


dinding abdomen

Terjadi peningkatan tekanan intra abdomen Burst abdomen Luka post Op terbuka

Nafsu makan
Distensi abomen
Insisi pada Perdarahan Menstimulasi Perlukaan pada daerah
kulit, luka hebat rangsangan nyeri di abdomen
Otot diafragma Intake makanan operasi terbuka saraf pusat
terganggu berkurang
MK : Resiko syok Inflamasi Luka abd.
Eksudasi hipovolemik Nyeri hebat
Ekspansi paru MK : Kebutuhan Jelek & rusak
peritoneum pada bagian
tidak optimal Nutrisi kurang dari
viseral atau usus abdomen suhu
kebutuhan tubuh
(tanda dehisensi Muncul tubuh MK :
Dipsnea fasia atau otot) gangren MK :Nyeri akut Kerusakan
integritas
MK : Pola nafas Keluar cairan PK:Hipertermi kulit
tidak efektif
serosanguinolen Keluarnya
Terjadi dalam 1 organ-organ di Terpapar MK : Resiko
atau beberapa hari abdomen (usus) udara luar tinggi infeksi
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Burst Abdomen | 40

Anda mungkin juga menyukai