Oleh Kelompok 3
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah membimbing
dan memberi petunjuk kepada kami atas ijin dan kuasa-NYA makalah dengan judul
“SKIN GRAFT” dapat penulis selesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar-
dasar pemahaman tingkah laku.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, teguran, kritik dan saran yang datangnya dari
siapapun penulis terima dengan hati terbuka.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Wassalamualaikum wr. Wb
Kelompok
Majene, 12 september 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Medeskripsikan konsep dasar tentang transplantasi kulit.
2. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan
keperawatan klien transplantasi kulit.
3. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan
klien dengan transplantasi kulit
4. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada asuhan
keperawatan klien dengan transplantasi kulit
5. Mendeskripsikan evaluasi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada
asuhan keperawatan klien dengan transplantasi kulit.
BAB II
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian
maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat
(disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain
yang membutuhkannya (disebut daerah resipien).
Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka.
Diantara donor dan resipien tidak mempunyai hubungan pembuluh darah lagi
sehingga memerlukan suplai darah baru untuk menjamin kehidupan kulit yang
dipindahkan tersebut.
B. KLASIFIKASI
1. Cangkok Kulit
a. Cangkok kulit lepas (skin grafting)
b. Flep
Cangkok jaringan bebas atau flep lepas adalah bentuk flep pulau yang
diambil dan dilepaskan pada daerah donornya. Cangkok yang bertangkai
arteri dan vena ini dipasang pada tempat lain, kemudian pembuluh darah
yang berdiameter kecil ini disambung dengan pembuluh darah di daerah
resipien secara bedah mikro vaskuler. Teknik ini dapat dilakukan pada flep
kulit atau flep muskulokutan.
2. Implan
1. Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada
orang yang sama/jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri.
2. Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti atau jaringan
yang diperoleh dari donor dengan spesies yang sama.
3. Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan antara dua
spesies yang berbeda atau jaringan dari spesies yang lain.
Daerah donor STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang
disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat
sembuh secara total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif
bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta
jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah terutama
bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari
dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan dengan terapi
radiasi. STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan
sendirinya dan harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak
lebih mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen
yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau
kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit
yang lebih gelap.
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap
(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak
diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih
menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna,
tekstur/susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG
juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan. Ini adalah
sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah pergerakan
tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena dapat tubuh
dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa keuntungan antara
lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi/bersih, pada daerah luka
memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi
yang luas seperti STSG.
C. INDIKASI
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hehat
sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar
yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan
kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah
infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses
penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft
berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan
kulit sehat yang ada pada tubuh.
E. PROSES PENYEMBUHAN
Masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari beberapa tahap
yaitu:
a. Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan
fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan
antar jaringan telah benar-benar terjadi.
b. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada
graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada
luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan
melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan
terutama pada pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft.
Keseluruhan proses ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft
selama 2-3 hari hingga sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini
berlangsung, graft akan mengalami edema dan beratnya akan meningkat
hingga 30-50%.
c. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft
dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme,
sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6-7 setelah
operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi,
graft tidak akan mampu bertahan hidup.
d. Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan
tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat
menyebabkan terjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan
skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan
komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai graft.
e. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan
kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih
sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan
sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak
kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk
membantu dalam menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi
gatal.
f. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang
perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral.
Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan
sempurna hingga beberapa tahun.
g. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan
pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG
akan terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan
kulit tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan
dianjurkan untuk melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung
selama 6 bulan atau lebih.
F. KOMPLIKASI
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam
tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang
mungkin terjadi antara lain:
a. Kegagalan graft
Skin graft dapat mengalami kegagalan karena sejumlah alasan. Alasan
yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang kurang baik pada
graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya
hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan
pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian
suhu yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft.
Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang
buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka yang
terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan graft. Bakteri dan
respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya enzim proteolitik
dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga akan mengacaukan
perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan
kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang
terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan dapat
menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya.
b. Reaksi penolakan terhadap skin graft
c. Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
d. Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
e. Munculnya jaringan parut
f. Hiperpigmentasi
g. Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan
graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau
organ. Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak
menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi
nyeri. Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya
ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan
melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam
yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon
mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
h. Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati.
Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini
terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru.
Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft.
i. Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
G. PENATALAKSANAAN
Graft atau cangkokan diperoleh dengan berbagai instrumen : pisau tipis
seperti silet, pisau graf kulit, dermatom bertenaga-listrik atau-udara. Cangkokan kulit
diambil dari lokasi “donor” atau “host” dan dipasangkan pada lokasi yang dikehndaki
yang disebut lokasi “resipien” atau “graf bed”. Agar cangkokan kulit dapat hidup dan
efektif, beberapa persyaratan harus dipenuhi :
1. Lokasi resipien harus memiliki pasokan darah yang adekuat sehingga fungsi
fisiologi yang normal dapat berlangsung kembali.
2. Cangkokan harus melekat rapat dengan dasar (bed) lokasi resipien (untuk
menghindari penumpukan darah atau cairan)
3. Cangkokan harus terfiksasi kuat (terimobilisasi) sehingga posisinya
dipertahankan pada lokasi resipien.
4. Daerah pencangkokan harus bebas dari infeksi.
Dalam pemasangan pada lokasi resipien, cangkokan kulit atau graf dapat
dijahitkan atau tidak ada lokasi tersebut. Cangkokan ini bisa dipotong dan
dibentangkan seperti jala agar menutupi suatu daerah yang lebar. Proses
revaskularisasi (pembentukan kembali pasokan darah) dan pelekatan kembali
cangkokan kulit pada dasar lokasi resipien dinamakan “take”.
Setelah cangkokan kulit terpasang pada tempatnya, cangkokan ini dapat
dibiarkan terbuka (pada daerah yang tidak mungkin dimobilisasi) atau di
tutupdengan kasa pembalut tipis atau pembalut tekan menurut daerahnya.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : pasien diminta
untuk menjaga agar daerah tempat pencangkokan sedapat mungkin dimobilisasi.
Untuk cangkokan muka, aktivitas yang menggunakan tenaga berlebihan harus
dihindari. Cangkokan pada tangan atau lengan dapat di mobilisasi dengan bidai.
Kalau cangkokan dipasang pada ekstremitas bawah, bagian tersebut harus ditinggikan
karena jalinan kapiler yang baru bersifat rapuh. Jika ambulasi memungkinkan, pasien
dapat mengenakanstokis elastik untuk mengimbangi tekanan vena.
Kalau cangkokan tampak berwarna merah muda, keadaan ini menunjukkan
terjadinya vaskularisasi. Setelah 2 hingga 3 minggu kemudiann dilakukan pengurutan
(masase), untuk melembabkan cangkokan dan menstimulasi sirkulasi darah.
Pemakaian bantal pemanas atau pajatan matahari harus dihindari untuk mencegah
kemungkinan luka bakar dan trauma kulit selanjutnya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang akan dilakukan lebih berfokus pada keadaan kulit pasien
antara lain:
a. Kaji keadaan umum kulit meliputi warna, suhu, kelembaban, kekeringan,
tekstur kulit, lesi, vaskularitas, mobilitas dan kondisi rambut serta kuku.
Turgor kulit, edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit dinilai dengan
palpasi.
b. Kaji sirkulasi pada kulit, dengan tujuan untuk memperoleh data apakah telah
terjadi komplikasi akibat pemasangan graft dan untuk memantau
kelangsungan hidup graft pada daerah resipien. Bila graft berwarna merah
muda, hal ini menunjukkan terjadinya proses vaskularisasi. Warna kebiruan
pada sianosis menunjukkan terjadinya hipoksia seluler atau sel kekurangan
oksigen dan mudah terlihat pada ekstremitas, dasar kuku, bibir serta membran
mukosa
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inkontuinitas jaringan
(kehilangan integritas jaringan).
2. Nyeri berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi, stress,
ansietas.
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan penurunan atau
interupsi aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan,
pembentukan trombus, hipovolemia.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran
darah atau emboli lemak, perubahan membran alveolar atau kapiler.
5. Gangguan mobilitas berhubungan dengan nyeri
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit atau jaringan donor
berhubungan dengan skin graf dan mobilisasi.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah informasi atau tidak mengenal sumber informasi.
8. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan skin loss atau skin graf
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inkontuinitas jaringan
(kehilangan integritas jaringan)
Tujuan:
Mencegah terjadinya infeksi untuk mencapai penyembuhan luka sesuai
waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam.
Intervensi Rasional
Pantau TTV dan tanda-tanda infeksi. Perubahan tanda vital mengindikasikan ada
infeksi.
Kaji nilai-nilai Lab terutama LED. Untuk mengetahui adanya tingkat infeksi
Observasi luka untuk pembentukan bula, Tanda perkiraan infeksi gas gangren
krepitasi perubahan warna kulit kecoklatan, bau
drainage yang tak sedap atau asam
Pertahankan tindakan isolasi dgn teknik isolasi. Mencegah penyebaran kuman /
mikroorganisme agar tidak terjadi infeksi
silang
Rawat luka dengan cara aseptic steril Meminimalkan Infeksi.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik Antibiotik spektrum luas dapat digunakan
IV/topikal. secara profilaktik atau dapat ditujukan pada
mikroorganisme.
Pantau adanya sepsis, demam, Takhipnoe. Sepsis, demam, takhipnoe menandakan
Infeksi
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan skin loss atau skin graft
Tujuan:
Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
Intervensi Rasional
Kaji derajat dukungan yang ada untuk Dukungan yang cukup dari orang terdekat
pasien. dan teman dapat membantu proses
rehabilitasi.
Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan Membantu mengartikan masalah
hubungannya dengan perubahan dan sehubungan dengan pola hidup sebelumnya
bagaimana pasien melihat dirinya dalam dan membantu pemecahan masalah.
pola/peran fungsi yang biasanya.
Perhatikan perilaku menarik diri, Dibutuhkan pada masalah ini untuk
membicarakan diri tentang hal negatif, membantu adaptasi lanjut yang optimal dan
penggunaan penyangkalan atau terus rehabilitasi.
menerus melihat perubahan nyata/yang
diterima.