SINDROME
NAMA : TILAWATI
NIM : B0216008
CI LAHAN CI INSTITUSI
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
A. Definisi
Sindrom gawat napas pada neonatus (SGNN), dalam bahasa Inggrisdisebut neonatal
respiratory distress syndrome(RDS) merupakan kumpulangejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperpnea dengan frekuensi pernapasanlebih dari 60 kali per menit; sianosis; merintih waktu ekspirasi
Bila di dengar dengan stetoskop akan terdengar penurunan masukanudara dalam paru.Istilah SGNN
merupakan istilah umum yang menunjukkan terdapatnyakumpulan gejala tersebut pada neonatus.
Sindrom ini dapat terjadi karena adanyakelainan di dalam atau di luar paru. Beberapa kelainan paru
(PMH), pneumonia aspirasi, dan sindrom Wilson-mikity (Ngastiyah,2005).Salah satu yang akan
dibahas dalam makalah ini adalahidiopaticrespiratory distress syndrome (IRDS) atau disebut juga
padasistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDSdikatakan sebagai
distress syndrome,RDS) adalah istilahyang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus
(Asrining Surasmi,dkk, 2003).RDS adalah penyakit paru yang akut dan berat, terutama
menyerang bayi-bayi preterm, hal ini dapat terlihat pada 3% sampai 5% bayi-bayi cukup bulan
B. Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalikdengan usia
kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilanibu. Semakin tinggi kejadian RDS
pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tuausia kehamilan, semakin rendah kejadian RDS (Asrining
Surasmi, dkk, 2003).PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari28
minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada bayiyang lebih dari 37 minggu
dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikanfrekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes,
insidens tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih (Nelson, 1999).
C. Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnyauntuk berfungsi sebagai
organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakanfaktor kritis dalam terjadinya RDS.
Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinyatersebut terutama disebabkan oleh kekurangan atau tidak
sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampumemohon sisa udara fungsional
(kapasitas residu fungsional ) (Ilmu KesehatanAnak, 1985). Surfaktan juga menyebabkan ekspansi
yang merata dan jarangekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan
kolaps alveoli saat ekspirasi tanpa surfaktan, janin tidak dapatmenjaga parunya tetap mengembang.
Oleh karena itu, perlu usaha yang kerasuntuk mengembangkan parunya pada setiap hembusan napas
besar dengan disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiapkali perapasan menjadi sukar
seperti saat pertama kali pernapasan (saatkelahiran). Sebagai akibatnya, janin lebih banyak
menghabiskan oksigen untukmenghasilkan energi ini daripada ia terima dan ini menyebabkan bayi
adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmonaryvaskular resistem (PVR) yang nilainya
menurun pada ekspansi paru normal.Akibatnya, terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya
menyebabkan pembalikan parsial sirkulasi, darah janin dengan arah aliran dari kanan ke kirimelalui
duktus arteriosus dan foramen ovale.Kolaps paru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan
vektilisasi pulmonal yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontraksivaskularisasi
pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan danselanjutnya menyebabkan
metabolisme anaerobik.
metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi ke organ vital.Akibat lain
adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus yangmenyebabkan terjadinya transudasi
ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin.Fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik
membentuk suatulapisan yang disebut membran hialin. Membran hialin ini melapisi alveoli
paru dan perfusi alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH juga akan menurun tajam, serta materi yang
sebagian oleh pH, suhu dan perfusinormal, asfiksia, hipoksemia dan iskemia paru terutama dalam
Lapisan epitel paru dapat juga terkena trauma akibat kadar oksigenyang tinggi dan pengaruh
penatalaksanaan pernapasan yang mengakibatkan penurunan surfaktan lebih lanjut (Asrining Surasmi,
dkk, 2003).Secara singkat dapat diterangkan bahwa dalam tubuh terjadi lingkaransetan yang terdiri
dari :
1. atelektasis
2. .hipoksia
3. asidosis
4. transudasi
Hal ini akan berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan ataukematian bayi (Staf Pengajar
Penyakit membran hialin ini mungkin terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 100-
2000 gram atau masa gestasi 3036 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari
2500 gram. Sering disertai denganriwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada akhir
kehamilan.Tanda gangguan pernapasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama. Setelah lahirdan gejala
yang karakteristik mulai terlihat pada umur 24-72 jam. Bila keadaanmembaik, gejala akan
Gangguan pernapasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasisdan perfusi paru yang
menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaranklinis seperti dispnea atau hiperpneu, sianosis
karena saturasi O2 yang menurundan karena pirau vena-arteri dalam paru atau jantung, retraksi
n pada penderita penyakit membran hialin berat), hipotensi, kardiomegali, pittingoedema terutama di
daerah dorsal tangan/kaki, hipotermia, tonus otot yangmenurun, gejala sentral dapat terlihat bila
E. Pemeriksaan Diagnostik
1.Gambaran radiologis
Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan fotorontgen toraks.
mirip penyakit membran hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika danlain-lain. Gambaran
klasik yang ditemukan pada foto rontgen paru ialahadanya bercak difus berupa infiltrate
retikulogranuler ini, makin buruk prognosis bayi. Beberapa sarjana berpendapat bahwa pemeriksaan
radiologisini dapat dipakai untuk mendiagnosis dini penyakit membran hialin,walaupun manifestasi
adalah :
Pemeriksaan darahKadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari
45mg%, prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi biladibandingkan dengan bayi normal
dengan berat badan yang sama. KadarPaO2menurun disebabkan kurangnya oksigenasi di dalam paru
dankarena adanya pirau arteri-vena. Kadar PaO2meninggi, karena gangguanventilasi dan pengeluaran
CO2 sebagai akibat atelektasis paru. pH darahmenurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya
paruPemeriksaaninimembutuhkanalatyanglengkapdanpelik,
frekuensi pernapasan yang meninggi pada penyakit ini akan memperhatikan pula
perubahan pada fungsi paru lainnya seperti ‘tidal volume’ menurun, ‘lungcompliance’ berkurang,
functional residual capacity’ merendah disertai‘vital capacity’ yang terbatas. Demikian pula fungsi
beberapa perubahan dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten, pirau dari kiri ke kan
an atau pirau kanan ke kiri (bergantung padalanjutnya penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan
sistemik.
atelektasis danmembran hialin di dalam alveolus dan duktus alveolaris. Di samping ituterdapat pula
bagian paru yang mengalami enfisema. Membran hialin yangditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel
eosinofilik yang mungkin berasaldari darah atau sel epitel ductus yang nekrotik
F. Penatalaksanaan
Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selaludiusahakan agar tetap
dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan carameletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban ruangan
juga harusadekuat (70-80%)Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-
hatikarena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O2yang terlalu banyak dapat
menimbulkan komplikasi seperti : fibrosis paru, kerusakan retina (fibroplasias retrolental), dll.
Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk mempertahankanhomeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikanglukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan
dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari. asidosis metabolik yang selaludijumpai
dengan PMH perlu mendapatkan antibiotikuntuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan
penisilin dengan dosis50.000-100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, denganatau
(surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namunharganya amat mahal.
Penatalaksanaan keperawatanBayi dengan PMH adalah bayi prematur kecil, pada umumnya dengan
berat badan lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu.Oleh karena itu, bayi
Apabila menerima bayi baru lahir yang demikian harus selalu waspada bahaya yang dapat
timbul. Masalah yang perlu diperhatikan ialah bahaya kedinginan (dapatterjadi cold injury), risiko
terjadi gangguan pernapasna, kesuakran dalam pemberian makanan, risiko terjadi infeksi, kebutuhan
G. Pencegahan
Faktor yang dapat menimbulkan kelainan ini ialah pertumbuhan paruyang belum sempurna
karena itu salah satu cara untuk menghindarkan penyakitini ialah mencegah kelainan bayi yang
maturitas parunya belum sempurna.Maturitas paru dapat dikatakan sempurna bila produksi dan fungsi
maturitas paru dengan menghitung perbandingan antara lesitin dansfingomielin dalam cairan amnion.
Bila perbandingan lesitin/sfingomielin samaatau lebih dari 2, bayi yang akan lahir tidak akan
menderita penyakit membranhialin, sedangkan bila perbandingan tadi kurang dari 2 berarti paru bayi
belummatang dan akan mengalami penyakit membran hialin. Pemberian kortikosteroidoleh beberapa
ghindarkan penyakit ini ialah mencegah prematuritasdan hal ini tentu agar sulit dikerjakan pada
H. Pathway
I. Asuhan keperawatan RDS (respiratory distress
Pengkajian
1. Identitas klienMeliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,
agama,tanggal pengkajian.
2 .Riwayat kesehatan
perdarahan plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau intrapartus.
2. Status infant saat lahirPrematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi asfiksia), bayi
1. Cardiovaskuler
2. Murmur sistolik
2. Integumen
3. Mottling
3. NeurologiS
1. Immobilitas, kelemahan
4. Pulmonary
2. Nafas grunting
4. PerNapasan dangkal
5. Status behavioral
1. Letargi
Pemeriksaan Doagnostika.
2. Sert rontgen dada : untuk melihat densitas atelektasi dan elevasidiafragma dengan
over distensi duktus alveolar Bronchogram udara : untuk menentukan ventilasi jalan
napasc.
3. Data laboratorium :
4. Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairanamnion (untuk
35 minggu
6. Level potassium : meningkat sebagai hasil dari release potassium darisel alveolar
yang rusak
Diagnosa Keperawatan
pengembangan otot.
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : By Ny Wirda
2. Tanggal lahir : 9-12-2019
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : perempuan
5. Alamat : Kec. Madatte
6. Usia Gestasi : 6 bulan/24 minggu
7. Tanggal Pengkajian : 10-12-2019
V. PENGKAJIAN FISIK
G: P: A:
Berat badan : gr Pergerakan [ ] Aktif
Panjang badan : cm [ ] Kurang
Suhu : ºC
KEPALA JANTUNG & PARU
Lingkar Kepala : cm Dada [ ] Simetris
Bentuk [ ] Bulat [ ] Kaput [ ] Asimetris
[ ] Cepal[ ] Lain-lain [ ] Retraksi
Lingkar dada : cm
Fontanel Anterior[ ] Lunak Pernapasan : x/menit
[ ] Tegas [ ] Spontan [ ] Alat bantu
[ ] Datar Bunyi napas [ ] Bronko Vesikuler
[ ] Menonjol [ ] Vesikuler / Ronkhi
[ ] Cekung [ ] Rales
Sutura Sagitalis [ ] Tepat [ ] Wheesing
[ ] Terpisah Denyut jantung : x/menit
[ ] Menjauh Waktu pengisian kapiler : [ ]< 3 ”
[ ] Tumpang tindih [ ]> 3 ”
Bunyi jantung [ ] S1/S2
Hematom[ ] Ada [ ] Tidak ada [ ] Murmur
[ ] Gallop
Wajah [ ] Simetris [ ] Asimetris
Mata Posisi : ABDOMEN
[ ] Bersih Lingkar Perut : cm
[ ] Kotor [ ] Lunak[ ] Datar [ ] Distensi
[ ] Pengeluaran sekret [ ] Pembesaran hati/limfe
Sclera [ ] Ikterik [ ] Lain-lain
[ ] Perdarahan
[ ] Lain-lain Bising usus : x/menit
Telinga Lanugo [ ] Ada [ ] Tidak ada
Posisi [ ] Simetris[ ]Asimetris Vernix [ ] Ada [ ] Tidak ada
Bentuk [ ] Normal[ Tidak Normal
[ ] Kelainan Kongeital UMBILIKUS
[] Pengeluaran Cairan, Sebutkan ..... [ ] Belum puput[ ] Sudah puput
[ ] Perdarahan,..............
[ ] basah [ ] Kering [ ] Bau
Warna :
Hidung
Posisi [ ] Simetris[ ]Asimetris
[ ] Kelainan Kongeital
[] Pengeluaran Cairan, Sebutkan ..... PUNGGUNG
[] Nafas cuping hidung Keadaan punggung [ ] Asimetris
[ ] Pilonidal
Mulut Fleksibilitas
Posisi [ ] Simetris[ ]Asimetris Tulang Punggung [ ] Normal
Mukosa [ ] Lembap [ ] Kering [ ] Kelainan
[ ]Palatum mole[ ] Palatum durum GENITALIA
[ ]Bibir sumbing [ ]Sumbing langit-langit Laki-laki [ ]
Hypospadius
Pergerakan Leher[] Aktif [ ] Epispadius
[ ] Kurang Testis:
TUBUH Perempuan
Warna [ ] Pink Labia minora [ ] Menonjol
[ ] Pucat [ ] Tertutup
[ ] Sianosis [ ] Labia mayor
[ ] Kuning Keluaran:
[ ]Anus paten
Kelainan :
EKSTRIMITAS NUTRISI
Jari tangan [ ]Ka/ki lengkap Jenis makanan [ ] ASI
[ ] Menonjol [] PASI
Jari kaki [ ]Ka/ki lengkap [ ] Lain-lain:
Pergerakan [ ] Bebas PASI diberikan sesuai kebutuhan cairan
[ ] ROM terbatas dengan perhitungan :
[ ] Tremor
[ ] Rotaso
Ket :
Garis telapak kaki [ ] jelas : BB bayi dalam gram.
[ ] Tidak jelas : Kebutuhan cairan bayi .
: Pemberian cairan pada bayi dengan partus
Garis telapak kaki[ ] jelas Aterm.
[ ] Tidak jelas
ELIMINASI
Kelainan:
[]BAB
STATUS NEUROLOGI Mekonium [ ] Ada [ ] Tidak
adaWarna :
Refleks: [ ] Suckling
[]BAK
[ ] Moro
[ ] Rooting DATA LAIN YANG MENUNJANG
[] Swallowing
[] Babinski
[] Palmar graps
[] Stepping
[ ] Tonic neck
[] Eye blink
[] puppilary
Ballard Score
VI. TERAPI
………………
DAFTAR PUSTAKA
Doenges dan Moorhouse. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan
Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak. Volume I. Edisi 15.Jakarta : EGC. Ngastiyah. 2005.Perawatan
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985.Buku Kuliah 3 Ilmu KesehatanAnak. Jakarta :
Suriadi & Yuliani. 2006.Buku Pegangan Praktik Klinik. Asuhan keperawatan pada Anak Edisi 2.