Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PEMBELIAN

HARTA PAILIT MELALUI MEKANISME AYDA


OLEH PERBANKAN
DALAM PROSES KEPAILITAN
Oleh:
Imran Nating
(Kurator dan Advokat)

Disampaikan pada acara:


“Webinar Nasional – Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin”
Jakarta, 25 Juli 2022

1
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya
termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
KETENTUAN TERKAIT KEPAILITAN DAN PKPU D
INDONESIA

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang (“U U K”); diundangkan tanggal 18 Oktober 2004

Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 23/PU-XIX/2021; tanggal 15 Desember 2021


“Menyatakan Pasal 235 ayat (1) dan Pasal 293 ayat (1) UUK, bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai, “diperbolehkannya upaya hukum
kasasi terhadap putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang diajukan
oleh kreditor dan ditolaknya tawaran perdamaian dari debitor”

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Penetapan PERPPU No. 1


Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan
menjadi Undang-Undang (9 September 1998)
PERPPU NO. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Tentang
Kepailitan (20 April 1998)

Faillissements-Verordening Staatsblad 1905 Jo. Staatsblad 1906

2
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
SEJAK PUTUSAN PAILIT

 Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat Kurator dan seorang


Hakim Pengawas yang ditunjuk dari hakim Pengadilan. [Ps. 15 (1) UUK]

 Dalam hal Debitor, Kreditor, atau pihak yang berwenang mengajukan


permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan
Kurator kepada Pengadilan maka Balai Harta Peninggalan diangkat selaku
Kurator. [Ps. 15 (2) UUK]

 Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan


atas harta pailit [Ps. 16 (1) UUK]

 Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus


harta pailit, sejak tanggal putusan . [Ps. 24 (1)], yang dihitung sejak pukul
00.00 waktu setempat. [Ps. 24 (2) UUK]

3
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
KURATOR
Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat Kurator. (Pasal 15 ayat 1 UUK).
Tugas utama Kurator adalah melakukan pengurusan dan Pemberesan harta
pailit. (Pasal 69 ayat 1 UUK)

•Pengurusan harta pailit: sejak Debitor dinyatakan pailit sampai dengan Debitor
mengajukan rencana perdamaian, antara lain: mendata, melakukan verifikasi
kewajiban Debitor, mendata aset Debitor, termasuk tagihan yang dimiliki
Debitor, sehingga dapat ditentukan langkah yang diambil untuk menguangkan
tagihan dimaksud, mengamankan kekayaan Debitor, meneruskan atau
menghentikan hubungan hukum yang telah dilakukan Debitor, melakukan
pencocokan utang, melakukan upaya perdamaian, melanjutkan usaha Debitor.
•Pemberesan harta pailit: Kurator memulai pemberesan harta pailit setelah harta
pailit dalam keadaan tidak mampu membayar dan usaha Debitor dihentikan.
Selanjutnya Kurator melakukan pembagian hasil pemberesan harta pailit sesuai
daftar pembagian.

4
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
PENGAMANAN & PENCATATAN HARTA PAILIT

 Sejak mulai pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua upaya


untuk mengamankan harta pailit. [Ps. 98 UUK]

 Kurator dapat meminta penyegelan harta pailit kepada Pengadilan,


berdasarkan alasan untuk mengamankan harta pailit, melalui Hakim
Pengawas. [Ps. 99 (1) UUK]

 Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari
setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai Kurator. [Ps. 100
(1) UUK]

 Benda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, harus dimasukkan dalam


pencatatan harta pailit. [Ps. 101 (1) UUK]

5
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
SITA HARTA PAILIT
 Persamaan Sita Umum dengan sita lainnya: barang yang berada dalam sita
umum sama dengan barang yang dalam sita jaminan, sita eksekusi dan lain-lain
tidak dapat dipindahtangankan, dibebani/dijaminkan ataupun disewakan,
dengan ancaman kebatalan.

 Perbedaan Sita Umum dengan sita lainnya: tidak ada penetapan sita maupun
berita acara sita. Sita Umum terjadi demi undang-undang/hukum sejak
putusan pernyataan pailit diucapkan oleh Pengadilan Niaga, bahkan sejak pukul
00.00 hari itu (Zero Hour Rule). (Pasal 24 ayat 2 UUK).

 Zero Hour Rule tidak berlaku terhadap transfer dana melalui Bank atau
lembaga non-bank, wajib diteruskan (Pasal 24 ayat 3 UUK) dan Transaksi Efek
di Bursa Efek, wajib diselesaikan (Pasal 24 ayat 4 UUK).

 Semua perikatan Debitor yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit tidak
lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan
harta pailit. (Pasal 25 UUK)

6
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
HAK SET OFF & HAK STAY

HAK SET OFF


 Dapat dilakukan bila utang dan piutang terhadap Debitor pailit yang terjadi
sebelum Debitor tersebut pailit.
 Tidak dapat dilakukan walaupun tindakan pembelian piutang tersebut
dilakukan sebelum pailit, jika tidak beritikat baik.
 Tidak dapat dilakukan bila piutang tersebut diambil alih setelah pailit
diputuskan.
 Tidak dapat dilakukan terhadap harta Debitor pailit yang ada di luar negeri.

HAK STAY
 Hak eksekusi dari Kreditor Separatis Ditangguhkan max 90 hari sejak
tanggal putusan pailit.
 Hak dari pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam
penguasaan Debitor pailit atau Kurator.
 Kecuali:
 Tagihan Kreditor yang dijamin dengan uang tunai
 Hak Kreditor untuk set off
7
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
PEMBERESAN HARTA PAILIT

 Dalam hal perusahaan dilanjutkan dapat dilakukan penjualan benda yang


termasuk harta pailit, yang tidak diperlukan untuk meneruskan
perusahaan. [Ps 184 (2) UUK]

 Semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang
ditentukan dalam peraturan perundang‑undangan. [Ps. 185 (1) UUK]
 Dalam hal penjualan di muka umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai maka penjualan di bawah tangan dapat dilakukan dengan
izin Hakim Pengawas. [Ps. 185 (2) UUK]

8
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
PEMBAGIAN HARTA PAILIT

 Apabila Hakim Pengawas berpendapat terdapat cukup uang tunai, Kurator


diperintahkan untuk melakukan pembagian kepada Kreditor yang
piutangnya telah dicocokkan. [Ps. 188 UUK]

 Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan


persetujuan kepada Hakim Pengawas. [Ps. 189 (1) UUK]
 Daftar pembagian yang telah disetujui oleh Hakim Pengawas wajib
disediakan di Kepaniteraan Pengadilan . [Ps. 192 (1) UUK] dan diumumkan
oleh Kurator dalam surat kabar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat
(4). [Ps. 192 (2) UUK]
 Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar pembagian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 192, atau dalam hal telah diajukan
perlawanan setelah putusan perkara perlawanan tersebut diucapkan,
Kurator wajib segera membayar pembagian yang sudah ditetapkan.
[Ps. 201 UUK]

9
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
KEWENANGAN KREDITOR PEMEGANG
JAMINAN-1

Pasal 55 UUK
(1) Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap
Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat
mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan.
(2) Dalam hal penagihan suatu piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 dan Pasal 137 maka mereka hanya dapat
berbuat demikian setelah dicocokkan penagihannya dan hanya untuk mengambil pelunasan dari jumlah yang diakui dari
penagihan tersebut.

Pasal 56 UUK
(1)Hak eksekusi Kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya
yang berada dalam penguasaan Debitor Pailit atau Kurator, ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan
puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
(2)Penangguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap tagihan Kreditor yang dijamin dengan uang
tunai dan hak Kreditor untuk memperjumpakan utang.
(3)Selama jangka waktu penangguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kurator dapat menggunakan harta pailit
berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak atau menjual harta pailit yang berupa benda bergerak yang berada
dalam penguasaan Kurator dalam rangka kelangsungan usaha Debitor, dalam hal telah diberikan perlindungan yang
wajar bagi kepentingan Kreditor atau pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

10
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
KEWENANGAN KREDITOR PEMEGANG JAMINAN-
2

Pasal 59 UUK
(1) Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, Kreditor pemegang hak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) harus melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan
setelah dimulainya keadaan insolvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 ayat (1).
(2) Setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kurator harus menuntut diserahkannya benda yang
menjadi agunan untuk selanjutnya dijual sesuai dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185, tanpa mengurangi
hak Kreditor pemegang hak tersebut atas hasil penjualan agunan tersebut.
(3) Setiap waktu Kurator dapat membebaskan benda yang menjadi agunan dengan membayar jumlah terkecil antara
harga pasar benda agunan dan jumlah utang yang dijamin dengan benda agunan tersebut kepada Kreditor yang
bersangkutan.

Pasal 60 UUK
(1)Kreditor pemegang hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang melaksanakan haknya, wajib
memberikan pertanggungjawaban kepada Kurator tentang hasil penjualan benda yang menjadi agunan dan menyerahkan
sisa hasil penjualan setelah dikurangi jumlah utang, bunga, dan biaya kepada Kurator.
(2)Atas tuntutan Kurator atau Kreditor yang diistimewakan yang kedudukannya lebih tinggi daripada Kreditor pemegang
hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka Kreditor pemegang hak tersebut wajib menyerahkan bagian dari hasil
penjualan tersebut untuk jumlah yang sama dengan jumlah tagihan yang diistimewakan.
(3)Dalam hal hasil penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak cukup untuk melunasi piutang yang
bersangkutan, Kreditor pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangan tersebut dari harta
pailit sebagai Kreditor Konkuren, setelah mengajukan permintaan pencocokan piutang.

11
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
PERATURAN LELANG TERKAIT

Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak


Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah
(“UU No. 4/1996”);

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan


atas UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (“UU No. 10/1998”);

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.06/2020


Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (“Permenkeu No. 213/2020”)

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/POJK.03/2019


Tahun 2019 Tentang Penilaian Aset Bank Umum (“POJK No. 40/2019”).

12
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
AYDA DAN MEKANISMENYA - 1
Definisi AYDA dalam Pasal 1 angka 15 POJK No. 40/2019 Tentang Penilaian Aset Bank Umum, dikutip
sebagai berikut:

“15. Agunan Yang Diambil Alih yang selanjutnya disingkat AYDA adalah Aset yang diperoleh Bank
baik sebagian atau seluruhnya dengan cara pembelian melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di
luar lelang dari pemilik agunan, dalam hal ini debitur tidak memenuhi kewajiban kepada bank.”

Pelaksanaan AYDA oleh bank juga diamanatkan pada Angka 8 Pasal 12A ayat (1) UU No. 10/1998
tentang Perbankan, dikutip sebagai berikut:

“(1) Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual
di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal Nasabah Debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada
bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.”

Dalam hal bank ingin melakukan pembelian atas AYDA yang telah dijaminkan oleh nasabah/debitornya,
maka status bank dalam transaksi jual-beli AYDA ini adalah sebagai pembeli biasa, dan tidak dikhususkan
(privileged)/bukan sebagai bank lainnya

13
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
AYDA DAN MEKANISMENYA - 2

Ketentuan terkait kedudukan Bank dalam transaksi AYDA. Berdasarkan bagian PENJELASAN Angka 8,
Pasal 12A ayat (1) UU No. 10/1998, sebagai berikut:

“Ayat (1)
Pembelian agunan oleh bank melalui pelelangan dimaksudkan untuk membantu bank agar dapat
mempercepat penyelesaian kewajiban Nasabah Debiturnya. Dalam hal bank sebagai pembeli agunan
Nasabah Debiturnya, status bank adalah sama dengan pembeli, bukan bank lainnya.
Bank dimungkinkan membeli agunan di luar pelelangan dimaksudkan agar dapat mempercepat
penyelesaian kewajiban Nasabah Debiturnya.
Bank tidak diperbolehkan memiliki agunan yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus dijual kembali
agar hasil penjualan agunan tersebut dapat segera dimanfaatkan oleh bank.”

Jaminan yang diikat dengan AYDA, tetap wajib dinilai secara wajar sebelum dapat dialihkan.
Pasal 36 ayat (1), (2), dan (4) POJK No. 40/2019, sebagai berikut:

(1) Bank wajib melakukan penilaian terhadap AYDA sesuai dengan stadar akuntansi keuangan
pada saat pengambilalihan agunan.
(2) Penilaian kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh penilai
independen untuk AYDA dengan nilai paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). …
(4) Penilai independen sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu kantor jasa penilai
publik…”
14
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
LELANG UMUM ATAS AYDA
Pelaksanaan lelang AYDA dikategorikan sebagai lelang eksekusi. Sebagaimana diatur dalam Pasal 29
Permenkeu No. 213/2020, sebagai berikut:
“Setiap permohonan Lelang Eksekusi dari kreditor pemegang jaminan kebendaan yang terkait dengan putusan
pernyataan Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), pelaksanaan lelangnya dilakukan
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU).”

Ketentuan AYDA tidak terlepas dari adanya pembebanan Hak Tangggungan (HT) terhadap aset. Pada Pasal 6
UU HT sebagai berikut:
“apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan tersebut.”

Perolehan AYDA melalui lelang tidak dapat dilakukan terhadap objek HT yang sedang dalam sengketa atau
digugat oleh pihak lain, sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1) Permenkeu No. 213/2020, sebagai berikut:

“(1) Dalam hal sebelum pelaksanaan lelang terhadap objek Hak Tanggungan terdapat gugatan dari pihak lain
selain debitor//pemilik jaminan dan/atau suami atau istri debitor/pemilik jaminan yang terkait kepemilikan objek
yang akan dilelang, Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) tidak dapat
dilaksanakan.”

15
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
TENTANG Acte de Command

Bank selaku kreditur dapat membeli melalui lelang terhadap agunannya sendiri yang sifatnya
adalah pembelian sementara, sampai kemudian bank kreditor akan menunjuk pembeli yang
sebenarnya dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun sejak tanggal pelaksanaan lelang.
Rencana pembelian sementara oleh bank tersebut harus diawali dengan pembuatan akta otentik
yang dikenal dengan Acte de Command atau dikenal juga dengan istilah Akta Pembelian
Sementara, dan beberapa istilah lainnya. Pada intinya akta tersebut, berisi pernyataan bahwa
bank kreditur akan ikut menjadi peserta lelang untuk membeli aset jaminan kreditnya sendiri

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan


Lelang. Berdasarkan ketentuan pada Pasal 79 Permenkeu No. 213/2020, dapat dikutip sebagai
berikut:

(1) Lembaga jasa keuangan sebagai kreditor dapat membeli agunannya dalam pelaksanaan lelang
sepanjang diatur dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan.
(2) Dalam hal lembaga jasa keuangan akan membeli agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
lembaga jasa keuangan harus menyampaikan kepada Pejabat Lelang surat pernyataan dalam bentuk akte
notaris yang berisikan pernyataan pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain yang akan ditunjuk
kemudian dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal pelaksanaan lelang.
(3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui, lembaga jasa
keuangan ditetapkan sebagai Pembeli.
16
Disclaimer: Presentasi ini disiapkan oleh Imran Nating & Partners berisi informasi bersifat umum berdasarkan pada ketentuan peraturan peurndang-undangan yang berlaku pada saat materi
disampaikan. Tidak diperkenankan untuk mengcopy sebagian atau seluruhnya termasuk mendistribusikannya tanpa seizin Imran Nating & Partners.
TERIMA KASIH
&
SEMOGA BERMANFAAT

Contact us:
Multika Building, 4th Floor, suite 415
Jl. Mampang Raya Kav.71-73,
Jakarta Selatan 12790
Telp/Fax: 021-7991457/021-7975108
Email: imran@inplaw.com
/imrannating@yahoo.com
www.inplaw.com

17

Anda mungkin juga menyukai