Pahala adalah tabungan rahasia yang diurus dan ditangani langsung oleh Allah ta’ala.
Tanpanya seorang muslim akan terjerumus dalam kenistaan dan kebinasaan di akhirat kelak. Ia
merupakan tanda adanya kemuliaan dan hakikat penghambaan terhadap-Nya, sebab itu orang-
orang yang pahala dan amalan shalihnya lebih dominan daripada maksiatnya, pasti akan
dimuliakan dengan penyerahan buku catatan amalannya dengan tangan kanannya, sebaliknya
mereka yang kwantitas dosanya lebih dominan, pasti akan dihinakan dengan pemberian catatan
amalan dari belakang atau ditangan kiri.
Setiap orang bisa memaksimalkan adanya pahala, dan kebaikan, namun belum tentu bisa
menjaga tabungan pahala yang ia hasilkan, agar tetap awet dan berkembang. Betapa banyak
orang yang beramal kebaikan dan amalan-amalan shalih, namun betapa banyak juga yang pahala
amalannya tersebut terhapus seketika, kerana adanya sebab dan problem yang masih terpatri
dalam diri para pelakunya. Apa saja diantara problem dan sebab (baca: amalan-amalan) yang
bisa membuat sirna dan menghapus pahala kebaikan seorang muslim?? Berikut penjelasannya:
Barangsiapa yang keluar dari islam/murtad, maka semua pahala amalan yang ia kerjakan
sebelumnya terhapus dan tak bernilai apa-apa dihadapan Allah ta’ala, dan diakhirat ia akan
dijerumuskan dalam neraka selama-lamanya. Dalam firman-Nya: Sumber dari:
artinya: “Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam
keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan
akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya.” (QS. Al-
Baqarah : 217)
2. Syirik Besar
Kesyirikan besar dengan berbagai jenisnya merupakan bentuk kezaliman besar dan
penghinaan terhadap Allah ta’ala, sebab ia adalah menyamakan antara derajat Allah dan
makhluk-Nya, karenanya balasan yang setimpal dengannya adalah terhapusnya semua pahala
amalan kebaikan, serta tak akan diampuni oleh-Nya bila mati dalam keadaan berbuat syirik
dan belum bertaubat darinya. Sebagaimana dalam ayat :
Artinya:”Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88).
3. Riya’ (Beramal Agar Dipuji) Dan Sum’ah (Menceritakan Amalan Baiknya Agar Dipuji).
Riya’ atau Sum’ah ini pasti akan menghapus amalan yang dilakukan atau diceritakan
dengan tujuan agar dipuji dan disanjung oleh orang yang melihat atau mendengarnya. Dalam
hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman :
Artinya :“Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah
amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.”
(HR. Muslim no.2985 )
Imam Nawawi rahimahullah berkata, ‘Maknanya adalah Aku tidak butuh pada
persekutuan dan yang lainnya, barangsiapa beramal sesuatu untuk-Ku dan untuk selain-Ku
maka Aku tidak menerimanya, bahkan Aku meninggalkanya untuk yang lainnya itu.
Maksudnya yaitu amal orang yang melakukan riya’ adalah batil dan tidak ada pahala di
dalamnya, serta dia berdosa’. (Syarh Shohih Muslim 9/370)
Dalam hadis lain, HR Ahmad (3/30) dan Ibnu Majah (4204) Rasulullah mencontohkan
bahwa riya’ ini yang merupakan syirik kecil/syirik khofii (tersembunyi) seperti orang yang
berdiri shalat lalu memperindah shalatnya demi dilihat dan dipuji oleh orang-orang yang
melihatnya.
Ini merupakan salah satu bentuk ucapan tanpa ilmu, sebab ampunan Allah adalah perkara
ghaib, sehingga tidak bisa seseorang mengatasnamakan Allah dalam menyatakan hal
tersebut. Walaupun dari segi lahir seseorang banyak dosa dan maksiat, namun tidak boleh
ditunjuk secara langsung bahwa ia tidak akan diampuni oleh Allah ta’ala sebab ini akan
merusak dan menghapus amalan sang pengklaim tersebut. Sebab boleh jadi, suatu saat orang
tersebut bertaubat atau Allah benar-benar mengampuni-Nya. Dalam hadis Jundub
radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengisahkan ada
seseorang berkata : “Demi Allah, Allah pasti tidak akan mengampuni si fulan. Maka Allah
ta’ala berfirman:
artinya “Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si
Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu”.
(HR Muslim, no. 2621).
Dalam hadis shahih: “Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin, lantas bergembira
dengan terbunuhnya ia, maka Allah tidak akan menerima taubat dan tebusannya hari kiamat
kelak” (HR Abu Daud : 4270).
Artinya: “Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (HR
Muslim: 1718).
Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan bid’ah/amalan yang Dia tidak syariatkan
maka amalan tersebut tidak aka nada pahalanya, bahkan pelakunya akan mendapatkan dosa.
10. Memelihara Anjing Untuk Tujuan Selain Anjing Penjaga Gembalaan, Kebun, dan
Buruan.
Dalam hadis: