Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN

IBADAH MODAL DASAR MANUSIA MODERN


DALAM MENGATASI MASALAH ETIKA DAN
KARAKTER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing:
Usman Muhammad, SH.M.P.d.I

Disusun Oleh:

NAMA : SUGIYANTO M. SALEH


NPM : 07262211008
KELAS : 1B

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
TAHUN 2022
1. Peranan Niat Dalam Beramal
Setiap Muslim pasti menyadari dan menyakini bahwa betapa penting dan
urgensinya niat bagi setiap amal perbuatan, baik dalam beribadah maupun dalam
hal urusan dunia. Sebab semua amalan atau perbuatan yang di lakukan tergantung
kepada niatnya. Kuat dan lemahnya amalan sesorang sesuai dengan apa yang di
niatkannya, benar dan salahnya amalan sesorang juga tergantung dari niatnya.

Keyakinan seorang Muslim terhadap pentingnya niat untuk seluruh amal dan
perbuatan serta kewajiban memeperbaiki niat adalah sebagaimana di jelaskan baik
dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah sebagai berikut
1. “ Dan tidaklah mereka di perintahkan untuk menyembah Allah kecuali
dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama...’’
(QS. AL-Bayyinah: 5)
2. “katakanlah, sesungguhnya aku di perintahkan agar menyembah Allah
dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. ” (QS.
Az-Zumar: 11)
3. “Segala amalan itu tergantung dari niatnya dan setiap orang akan
mendapatakan sesuai yang di niatkannya.” (HR. Bukhari )
4. “sesunguhnya Allah tidak akan melihat rupa dan harta kalian namun Dia
hanya akan melihat hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)
5. “Barangsiapa :ang berniat melakukan suatu kebaikan, tapi tidak jadi di
lakukannya, maka telah di tulis baginya suatu kebaikan.” (HR. Ahmad).

Di dalam kitab Az-Zuhdu di jelaskan bahwa Rasulullah Saw, bersabda: “


Manusia itu ada empat golongan yaitu: Seseorang yang telah Allah berikan
kepadanya ilmu dan harta, lalu ia mengamalkan ilmunya pada hartanya. Lalu ada
orang lain berkata. “seandainya Allah memberikan kepadaku seperti apa yang
telah Dia berikan kepadanya niscaya aku akan berbuat seperti apa yang ia perbuat,
maka pahala kedua orang ini sama. Kemudian seseorang yang Allah telah berikan
kepadanya harta, tetapi tidak memberikan ilmu kepadanya, sehingga ia pun
menghambur-hamburkan hartanya, lalu ada orang lain berkata; “Seandainya Allah
berikan kepadaku seperti yang dia berikan (orang ini), maka aku akan berbuat
seperti apa yang ia perbuat, Maka dosa keduanya pun sama.” (HR. Tirmidzi).

Pada waktu perang Tabuk, di hadapan pasukan-pasukannya Rasulullah Saw,


mengatakan : “ Sesungguhnhya di Madinah ada sekelompok orang yang tidak
melewati suatu lembah bersama kita, tidak menginjak suatu tempat yang
membangkitkan amarah orang-orang kafir bersama kita, tidak mengeluarakan
infak, dan tidak pula mengalami kelaparan, tapi mereka menyertai kita dalam
semua itu.” Lalu Rasulullah di tanya seseorang, “Bagaimana bisa begitu ya
Raulullah? Beliau Rasulullah saw menjawab: “Mereka tertahan karena adanya
uzur, lalu mereka menyertai kita dengan niat yang baik,” (HR. Bukhari)

Jadi niat yang baik itulah yang menjadikan orang yang tidak ikut berperang di
jalan Allah dalam membela Agama Allah namun mereka mendapat pahala seperti
orang yang ikut bersama Rasulullah Saw, dan juga menjadikan orang yang bukan
mujahid mendapatakan pahala yang sama dengan para mujahid.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah berkata kepada para sahabat : “Jika ada dua
orang Muslim saling berhadapan dengan menghunuskan pedangnya masing-
masing maka orang yang membunuh dan terbunuh sama-sama di neraka. Para
sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, yang membunuh memang di neraka,
tapi apa yang salah pada orang yang terbunuh? Beliau (Rasulullah) menjawab, “Ia
(yang terbunuh) juga berniat untuk membunuh saudaranya.” (HR. Bukhari).

Jadi, niat buruk dan keinginan jahat antara orang yang membunuh yang pasti
masuk neraka dan orang yang terbunuh sama kedudukannya. Kalaulah bukan
karena niat jahatnya untuk membunh, niscaya dia termasuk ahli surga.

Dalam melakukan segala amal kebaikan kita di tuntut harus mendasarinya


dengan niat yang tulus ikhlas hanya karena mengharapkan ridha Allah Swt
semata. Sering yang terjadi dalam sehari-hari, orang melakukan suatu kebaikan
dengan selalu mengatakan bahwa saya lakukan ini semua dengan niat yang ikhlas,
tulus dan tidak mengharapkan sesuatu. Tapi dalam hati kecilnya terselip niat dan
keinginan agar di lihat banyak orang dan di katakan sebagai seorang yang
dermawan pahlawan dan sebagainya. Walapun dia tidak mengharapkan imbalan
apa-apa kecuali agar di kenal orang sebagai orang yang baik. Orang yang seperti
ini di katakan Allah sebagai temannya setandan baginya adalah neraka sebagai
imbalannya. Allah nyatakan dalam Al-Qur’an:
“Dan(juga orang-orang yang yang menafkahkan harta-harta mereka karena
riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak kepada Allah dan hari
kemudian. Barangsiapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan
itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” (QS. An-Nisa: 38)

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang terkenal Ihya Ulumuddin


menggambarkan orang yang riya itu sebagai berikut “Jika ada orang yang
melihatnya, baru dia sholat atau berbuat kebaikan lainnya. Tapi jika tidak ada
yang melihatnya, maka dia tidak akan mengerjakannya.”

Orang yang menyebut-nyebut kebaikan yang di perbuatnya, apalagi sampai


menyingung hati atau perasaan orang yang menerima kebaikan tersebut, maka
pahalanya tidak akan di berbekas. Allah menyatakan dalam Al-Qur’an: “Hai
orang yang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima,
seperti menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu di timpa hujan yang lebat, lalu
jadilah dia bersih tidak bertanah. Mereka tidak mendapat apa-apa dari yang
mereka usahakan, dan Allah tdiak memberi petujuk kepada orang-oarang yang
kafir.” (QS. Al-Baqarah:264)
Niat bisa bisa merubah sesuatu yang tadinya mubah menjadi haram, sesuatu
yang boleh berubah menjadi terlarang dan begitu sesuatu yang tadinya tdiak ada
dosanya bisa berubah menjadi sesuatu yang penuh dosa.

Seorang Muslim juga harus menyakini bahwa niat adalah merupakan rukun
dan syarat yang sah dari suatu amalan. Sehingga dengan demikian maka harus di
sadari bahwa niat bukan sekedar ucapan lisan seperti; “Ya Allah aku berniat
melaksanakan amalan ini.” Dan bukan hanya sekedar bisikan hati, meliknkan niat
adalah dorongan hati untuk melakukan suatu amalan dengan tujuan yang benar
yakni untuk mencari ridha Allah Swt

Anda mungkin juga menyukai