Anda di halaman 1dari 22

C. Amal Sholeh Menurut bahasa berarti perbuatan baik.

Perbuatan baik disini dapat diartikan sebagai perbuatan kebajikan yang dilandasi keimanan kepada Allah SWT, dengan niat memperoleh ridhonya. Menurut pendapat sebagian ulama amal sholeh adalah suatu amalan yang mengandung kemanfaatan baik untuk dirinya sendiri, orang lain, maupun masyarakat secara umum.

Syarat-syarat amal sholeh agar dapat bernilai Ibadah : 1. Didasari dengan niat yang baik. Niat inilah yang mendasari apakah amal itu bisa dinilai menjadi ibadah atau menjadi amal biasa. Jika amal tersebut diniatkan karena Allah, maka amal tersebut dinilai sebagai ibadah. 2. Dilandasi dengan keimanan yang sempurna. 3. Dilandasi dengan keikhlasan karena Allah. Contoh perilaku amal sholeh antara lain : 1. Menghormati sesama manusia. Sifat menghormati terhadap orang lain menjadi kunci sukses dalam berkomunikasi dan berbuat secara benar kepada orang lain. 2. Memanfaatkan kemampuan diri. Ketika Rosulullah ditanya oleh para shahabatnya tentang amal sholeh berupa sedekah, beliau menjelaskan bahwa menyingkirkan duri di jalan sehingga orang lain tidak tertancap termasuk sedekah. 3. Menggunakan ilmu dengan benar. 4. Memanfaatkan harta benda di jalan Allah SWT. 5. Bersikap yang benar terhadap lingkungan.

Setiap perbuatan hamba akan diperlihatkan oleh Allah balasannya, yang baik mendapat balasan kebaikan dan yang jelek mendapat balasan kejelekan. Ketaatan dan amal sholeh yang dilakukan dengan penuh semangat dan keikhlasan akan membuahkan beberapa faedah dan keutamaan, diantaranya:

Mendapatkan Mahabbatullah (Kecintaan Allah)

Allah SWT berfirman dalam Al Quran (yang artinya):

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (baik), maka Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang (QS. Maryam 96)

Rasulullah saw bersabda (yang artinya):

Sesungguhnya Allah Taala berfirman: Tidaklah hamba Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan si hamba selalu mendekatkan diri kepadaKu dengan melakukan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku telah

mencintainya, aku menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, dan Aku menjadi matanya yang dengannya dia memandang, dan menjadi tangannya yang dengannya dia memegang dan menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan (Maksudnya: Aku menjaga pendengaran, mata, tangan dan kakinya dari yang haram), dan jika dia meminta sesuatu kepadaKu, pasti Aku berikan dan jika meminta perlindungan, pasti Aku lindungi. (Hadits Qudsiy Riwayat Al Bukhori dari Abu Hurairah)

Inilah salah satu buah (hasil) dari jeripayahnya dalam beribadah di dunia, yaitu mendapat kecintaan Allah. Dan jika Allah telah mencintainya, maka Dia akan menjaga dirinya dari segala keharaman dan mara bahaya yang menimpa. Semua permintaan dan harapan akan dipenuhi dan selalu dalam perlindunganNYa.

Dalam Hadits Qudsiy yang lain, Allah berfirman (yang artinya):

Jika hambaKu mendekat kepadaKu satu jengkal, maka Aku mendekat kepadanya satu hasta, dan jika dia mendekat kepadaku satu hasta maka Aku mendekat kepadanya satu depa (artinya: lebih dekat lagi), dan jika dia mendatangiku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari (bercepat-cepat) (HR. Bukhori dan Muslim dari Abi Hurairah)

Seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah dengan amal sholeh dan ketaatan, sesungguhnya Allah akan lebih mendekat kepadanya, sehingga apapun kebutuhannya, Allah senantiasa memperhatikannya, apapun keluh kesahnya Dia selalu menyelesaikannya.

Seorang Arif billah ditanya: Kapan seorang hamba akan mendapatkan kecintaan (Allah)?, dia menjawab: Jika dia telah melakukan lima perkara: menepati janjinya kepada Allah, menjaga batasan-batasan syariat (tidak melanggarnya), ridho (rela) dengan apa yang diberikan kepadanya, sabar jika mendapat kesempitan dan selalu mengikuti (taat dan patuh) kepada Dzat yang disembahnya, yaitu Allah.

Oleh karena untuk mendapatkan Mahabbatullah ini bukanlah hal yang mudah dan remeh, maka kita harus berusaha dengan hal-hal seperti diatas dan juga dengan banyak bermunajat, memohon kepada Allah agar diberikan walau secercah dari KecintaanNya. Demikianlah ternyata dilakukan oleh Nabi Dawud AS, beliau berdoa:

Ya Allah, Sungguh aku memohon kecintaanMu dan kecintaan hamba yang mencintaiMu, dan amal yang menghantarkan kepada kecintaanMu, Ya Allah jadikanlah kecintaan kepadaMu lebih aku cintai daripada kecintaanku kepada diriku sendiri, keluarga dan hartaku dan daripada air yang dingin (di saat dahaga). (HR. At Tirmidzi dari Abu Darda).

Dan termasuk buah kecintaan Allah kepada hambaNya adalah sebagaimana yang telah dikatakan oleh Sayyiduna Al Habib Abdullah bin Alawy Al Haddad:

Barang siapa yang dicintai oleh Allah dan diinginkan kebaikan untuknya, maka Allah akan memudahkannya untuk beramal baik, dia mau atau tidak mau. Tetapi siapa yang dibenci oleh Allah dan Allah menginginkan kejelekan kepadanya, maka Dia akan memudahkannya untuk berbuat maksiat (kejelekan), dia mau atau tidak.

Mendapatkan Kecintaan Kaum Mukminin

Diantara buah amal sholeh seorang hamba adalah, Allah akan meletakkan pada hati setiap mukmin kecintaan kepada orang tersebut. Sehingga mereka akan mencintai dan menghormatinya, namun dengan dua syarat, dia beriman dan ikhlas dalam berbuat amal sholeh tersebut hanya mencari ridho Allah SWT.

Sahabat Abu Darda menulis surat kepada Maslamah bin

Mukhollad, dalam surat itu beliau berkata:

Amma badu, sesungguhnya jika seorang hamba beramal baik, berbuat ketaatan, maka pasti Allah mencintainya, dan jika Allah telah mencintainya, maka Allah akan membuat hamba yang lain mencintainya. Dan jika dia bermaksiat maka Allah murka kepadanya dan menjadikan hamba yang lain murka (benci) kepadanya (Riwayat Al Baihaqi dalam Al Asma wash Shifat)

Syahdan, ketika Imam Abdullah bin Mubarak berkunjung ke daerah Harun Ar Rasyid, ketika itu orang-orang berkerumun mengelilingi Ar Rasyid, tetapi ketika mereka melihat kedatangan Abdullah bin Mubarak, mereka berebut mencium tangannya dan berusaha mendekatinya sehingga banyak tali sandal yang putus dan debu bertebaran karena bekas kaki mereka. Pada saat yang sama seorang isteri Ar Rasyid melihat kejadian ini dari kamar istana. Dia berkata: Siapakah orang ini?, lalu dikatakan kepadanya, Inilah alim Khurasan, dia berkomentar, Demi Allah, inilah kemuliaan dan kerajaan yang sebenarnya, bukan kerajaannya Harun Ar Rasyid, sebab dia (Ar Rasyid) mengumpulkan orang-orang agar dekat kepadanya dengan pecut, bala tentara dan pembantu.

Lihatlah betapa Imam Abdullah bin Mubarak dicintai dan dimuliakan sedemikian rupa sampai mereka tidak memperdulikan diri mereka sendiri demi mencium tangan beliau yang berkah demi mendapat keberkahan dengan menyentuhnya

dan seterusnya. Ini semua bukanlah suatu kebetulan atau direncanakan oleh beliau, melainkan itu semua adalah buah dari segala usahanya dalam beribadah, mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Mendapat kehidupan yang baik (tentram)

Allah SWT berfirman (yang artinya):

Siapa beramal sholeh baik laki atau perempuan, sedang dia beriman (kepada Allah), maka Kami akan menghidupkannya dengan kehidupan yang baik, dan akan Kami beri mereka balsan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan (QS. An Nahl 97)

Dalam menafsirkan Hayatan Thoyyibatan (kehidupan yang baik) pada ayat ini, banyak pendapat dari Ulama. Imam Said bin Jubair dan Atho bin Abi Rabah berpendapat, maksudnya adalah rizki yang halal. Imam Hasan Al Bashri berpendapat, maksudnya adalah Qanaah (merasa cukup/puas). Sedang Imam Mujahid mengatakan: Surga. Sebab surga adalah tempat kehidupan abadi, tidak ada

kematian, kemiskinan, sakit, kebinasaan dan kesengsaraan. Tapi sepenuhnya surga ialah tempat kebahagiaan.

Orang yang beramal sholeh, menjaga hubungannya dengan Allah, tidak melupakan akhirat sekalipun dia bergaul dengan dunia, itulah manusia yang akan diberikan ketenangan, ketentraman dan kesenangan di dunia bahkan di akhirat.

Memasuki Surga

Allah SWT berfirman (yang artinya):

Tidaklah setiap jiwa akan mengetahui apa yang disembunyikan untuknya dari apa yang akan menyenangkan mata (surga yang bergelimang nikmat dan keindahan), sebagai balasan dengan apa yang mereka kerjakan (dari ibadah dan ketaatan) (QS. As Sajdah 17)

Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

Allah berfirman: Aku telah menyiapkan untuk hamba-hambaKu yang sholeh, (sebuah kenikmatan), yang belum pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati seorang manusia.

Sudah jelas kiranya apa balasan Allah bagi setiap hamba yang taat dan patuh kepadaNya. Kemuliaan, penghormatan, kecintaan, kedudukan dan derajat yang tinggi. Itulah yang disiapkan Allah untuk kita, hambaNya yang benar-benar istiqamah dan konsekwen dalam ibadah. Mudah-mudahan kita dapat meraihnya, tentunya dengan mengharap kemudahan dan taufik dariNya. Amin. *Redaksi^ Prioritaskan Amal Sholeh

Dalam sebuah hadis rasulullah saw bersabda, Orang yang cerdas ialah orang yang menahan hawa nafsunya dan berbuat (amal sholeh) untuk (bekal) kehidupan setelah mati. (HR. Turmudzi).

Mengapa kriteria orang cerdas dalam Islam seperti itu? Sebab setiap manusia akan menemui kematian. Orang yang paling siap menghadapi kematian dengan memperbanyak amal sholeh jelas orang yang akan bahagia. Dan, siapa orang yang mempersiapkan dirinya untuk meraih kebahagiaan tentu ia adalah orang yang paling beruntung.

Oleh karena itu, al-Quran dalam sebuah ayat memberikan satu kriteria lengkap dan jelas bahwa yang dimaksud orang yang berakal (berilmu, cerdas) adalah ulul albab. Yaitu orang yang senantiasa mengisi waktunya dengan dzikir dan fikir agar mendapat keridoan-Nya. (QS. 3: 190 191).

Itulah orang yang memiliki keimanan yang kokoh, melakukan perbuatan-perbuatan besar, cerdas (berilmu), dan termasuk orang-orang yang diridhoi oleh Allah untuk meraih kebahagiaan dengan anugerah besar berupa akhlak yang mulia.

"Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik." (QS. As Saad: 45-47).

Dengan demikian jelaslah bagi kita untuk mengerti dengan sebenarnya, apakah kita termasuk orang yang cerdas atau tidak. Jika kita ingin cerdas, maka hendaklah kita mencontoh perilaku para kekasih Allah (Nabi dan Rasul). Yaitu senantiasa menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, beramal sholeh, dan berorientasi terhadap kehidupan akhirat. Itulah perkara besar yang harus diutamakan, bukan yang lain.

Langkah tersebut akan memberikan dampak positif luar biasa, baik ketika di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, yang tidak cerdas akan mengalami penyesalan luar biasa.

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) . Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratil maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman.

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Muminun: 99 100).

Waspadai Akhir yang Buruk

Bagaimana agar kita bisa meninggal dalam keadaan khusnul khotimah? Tentu tidak ada jalan lain selain waspada dan konsisten mengisi sisa umur yang kita miliki untuk kebaikan-kebaikan dunia maupun akhirat.

Dengan kata lain kita tidak boleh terlampau santai menyikapi waktu yang kita miliki apalagi merasa umur masih cukup panjang, sehingga suka meremehkan perbuatan dosa dan bangga berbuat maksiat.

Anas ra, pernah bertutur, "Sesungguhnya, kalian melakukan perbuatan-perbuatan yang menurut kalian lebih kecil dari rambut. Padahal kami pada zaman rasulullah saw, sudah menganggapnya sebagai dosa yang membinasakan (dosa besar)." (HR. Bukhari).

Apabila hal itu terjadi maka sirnalah fungsi hati seorang Muslim. Ibn Athaillah dalam sebuah nasehatnya menyatakan bahwa, di antara tanda matinya hati adalah tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat.

Oleh karena itu sebagai upaya waspada kita terhadap akhir yang buruk (suul khotimah) hendaknya setiap hari kita melakukan evaluasi terhadap keyakinan kita. Apakah keyakinan yang ada di dalam hati ini telah bersih dari titik-titik keraguan. Jika masih ada keraguan segeralah membersihkannya.

Selanjutnya ialah memeriksa tabiat diri. Apakah kita sudah terbebas dari panjang angan-angan dan gemar menyegerakan kebaikan? Sebab satu faktor utama manusia enggan beramal sholeh dikarenakan panjangnya angan-angan. Akibatnya sebagian besar malah suka menunda-nunda untuk taubat dan akhirnya meninggal dalam keadaan yang sangat buruk.

Jadi, mulai sekarang marilah biasakan diri untuk memperkuat iman, meneguhkan hati untuk konsisten beramal sholeh, dan waspada untuk tidak berbuat dosa. Sebab kita tidak pernah tahu kapan ajal menemui kita.

Dengan cara itulah, insya Allah kita akan tergolong manusia yang cerdas menurut nabi dan insya Allah akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan mendapat keridoan-Nya, amin. Wallahu alam.*/Imam Nawawi

Keutamaan 10 Awal Bulan Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah adalah salah satu diantara 4 bulan yang dimuliakan dalam islam. Dari Abu Bakroh radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Tahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu (terdiri dari) dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan yang disucikan. Tiga bulannya berturutturut yaitu Dzulqodah, Dzulhijjah dan Muharram dan (satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Syaban. *1+

Dengan hikmakNya Allah melebihkan zaman atau waktu tertentu untuk beramal shalih. Dimana amalan di dalamnya dilipatkan. Salah satunya adalah 10 awal di bulan Dzulhijjah. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Demi fajar dan demi malam yang sepuluh. [Al-Fajr: 1-2]

Allah telah bersumpah dalam ayat di atas dengan malam yang sepuluh yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh kebanyakan ulama tafsir.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

. :

(( : ))

: (( .

))

Tidak ada hari-hari yang pada waktu itu amal shaleh lebih dicintai oleh Allah melebihi sepuluh hari pertama (di bulan Dzulhijjah). Para sahabat radhiyallahu anhum bertanya: Wahai Rasulullah, juga (melebihi keutamaan) jihad di jalan Allah? Beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak juga jihad di jalan Allah kecuali seorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun. [2]

Lalu, manakah yang lebih afdhal, sepuluh terakhir di bulan Ramadhan atau sepuluh awal bulan Dzulhijjah? Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata Jika dilihat pada malamnya, maka sepuluh terakhir bulan Ramadhan lebih utama dan jika dilihat waktu siangnya, maka sepuluh awal bulan Dzulhijjah lebih utama *3+

Amalan di 10 awal bulan Dzulhijah

1. 1. Haji dan Umrah

Kedua ibadah inilah yang paling utama dilaksanakan pada hari-hari tersebut. Haji adalah salah satu rukun islam. Allah Taala berfirman,

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah . (Al Imran: 96)

Kedua amalan ini memiliki pahala yang besar, sebagaimana yang ditunjukkan dalam sebuah hadits, dimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Umrah yang satu ke umrah yang lainnya merupakan kaffarat (penghapus dosa-dosa) diantara keduanya, sedang haji mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali Syurga *4+.

1. 2. Takbir dan Dzikir

Memperbanyak takbir dan dzikir pada hari-hari tersebut. Sebagaimana firman Allah taala,

Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan (QS. Al Hajj: 28)

Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiallahu anhuma ketika keduanya keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah mereka berdua bertakbir, maka orang-orang pun ikut berakbir sebagaimana takbir mereka berdua [5]. Disyariatkan pada hari-hari itu takbir muthlaq, yaitu pada setiap saat, pada saat siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyari`atkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat jamaah fardhu. Bagi selain jamaah haji dimulai sejak fajar hari arafah sedang bagi jamaah haji dimulai dari sejak zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat ashar pada akhir hari tasyriq [6].

1. 3. Puasa

Berpuasa pada hari-hari tersebut atau sebagiannya, terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Sebagaiamana terdapat dalam hadits,Bahwasannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam berpuasa Asyuro dan (juga berpuasa) sembilan hari di bulan Dzulhijjah serta tiga hari di setiap bulannya*7+. Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa kecil setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. *8+

1. 4. Qurban

Memotong hewan qurban (Udhiyah) bagi yang mampu pada hari raya Qurban (10 Dzulhijjah) dan harihari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Sebagaiaman firman Allah Shubhaanahu wa taala ,

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah (QS. Al Kautsar : 2)

Berkata sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini adalah menyembelih udhiyah (hewan kurban) yang dilakukan sesudah shalat Ied *9+. Untuk itu bagi yang mampu berkurban maka hendaknya berkurban, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa memiliki keleluasaan (rezeki) lalu dia tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat sholat kita.*10+

Bagi orang yang berniat untuk berqurban hendaknya tidak memotong rambut dan kukunya sampai dia berqurban, diriwayatkan dari Umu Salamah, Rasulullah bersabda,Jika kalian telah melihat awal bulan Dzulhijjah dan salah seorang diantara kalian berniat untuk menyembelih hewan qurban maka hendaknya dia menahan rambut dan kukunya. *11+

1. 5. Sholat Ied

Melaksanakan shalat `Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya. Setiap muslim hendaknya tahu akan hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. 10 Dzulhijjah merupakan hari yang paling agung di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah :

Seutama-utama hari di sisi Allah ialah hari Iedul `adh-ha kemudian hari berikutnya [12].

Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan penuh semangat untuk melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah. Melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan dan memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini dan berusaha mendapat ridha-Nya.

Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah serta keluarga dan sahabatnya.

Selesai ditulis di Riyadh, di ambang pintu Dzulhijjah, 29 Dzulqadah 1431 H (6 Nov 2010). Direvisi 28 Dzulqadah 1432 (26 Oktober 2011).

Abu Zakariya Sutrisno

Artikel: www.ukhuwahislamiah.com / www.thaybah.or.id

Notes:

[1]. HR. Bukhari (3197) dan Muslim (1679)

[2]. HR Bukhari (926)

*3+. Lihat Zaadul Maad (1/57)

[4]. HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, NasaI, dan Ibnu Majah. Lihat Shahiihut Targhiib (1096)

[5]. HR. Bukhari

*6+. Lihat Keutamaan Sepuluh Hari Dzulhijjah dan Amalan-Amalan yang Disyariatkan oleh Syaikh Abdullah Jibrin rahimahullah.

[7]. HR. Abu Dawud (2437), lihat Shahih Sunan Abi Dawud (2/78)

[8]. HR. Muslim (1162)

[9]. Lihat Tafsir Ibnu Katsir (4:505) dan Al Mughni (13:360)

[10]. HR. Ahmad (1/321), Ibnu Majah (3213), sanadnya hasan

[11]. HR. Muslim

Dalil dalil didalam Alquran tentang Iman dan Amal Soleh (yang maknanya) :

Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh-nya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS: An-Nahl: 97)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al-Ashr 1-3)

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS: Al-Araaf: 96)

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS: Al-Baqarah: 62)

Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah salaam"(QS: Ibrahim: 23)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.(QS: Yunus: 9)

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosadosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.(QS: Al-Ankabut: 7)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,(QS: Al-Anfal: 2)

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS: An-Nur: 55)

Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),(QS: Thaahaa: 75)

Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. (QS: Al-Hajj: 38)

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS: Al-Baqarah: 257)

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS: Al-Hajj: 54)

(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu? Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin? Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.(QS: AnNisaa: 141)

Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (QS: Al-Hajj: 77-78)

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS: Al-Baqarah: 62)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perk.ataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orangorang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orangorang yang akan mewarisi, (yani) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya, (QS. al-Muminun : 1-11)

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (QS. Ar-Rad: 28-29)

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah : 256).

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat : 10).

Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka): Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: Kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Hujurat : 14).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. Katakanlah (kepada mereka): Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hujurat : 15-18).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (Al-Bayyinah : 7).

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS AlBayyinah 8)

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orangorang yang dianugerahi nimat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, syuhadaa, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS An-Nisaa 69)

(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungaisungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? (QS Muhammad : 15)

Anda mungkin juga menyukai