Anda di halaman 1dari 4

MEWASPADAI SIFAT KEMUNAFIKAN

Ustadz. Ismail Abu Farhan


(Yayasan Al Furqon Indonesia Peduli Umat)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman;


      
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang
pedih” (QS. An Nisa: 138)

Ayat di atas mengabarkan kepada kita bahwa Allah akan memberikan adzab yang pedih
kepada orang-orang munafik bahkan dalam yang Allah akan mengumpulkan orang-orang
munafik bersama orang kafir di neraka sebagaimana firman Nya;
       
       
        
       
  
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa
apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan
yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan
orang-orang kafir di dalam Jahannam” (QS. An Nisa: 140)

Dan dalam ayat yang Allah menerangkan bahwa orang munafik berada di dasarnya neraka
sebagaimana firman Nya;
       
   
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah
dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka..”
(QS. An Nisa: 145)
Oleh karena itu sudah sepatutnya kita sebagai seorang muslim mewaspadai sifat munafik agar
tidak menjangkit dalam diri kita.

Para ulama membagi nifak menjadi dua yaitu I’tiqodi dan ‘amali
Pada kesempatan ini kita akan terangkan tentang munafik amali yaitu sifat kemunafikan
dalam hal amalia atau perbuatan. Dalam hal ini perbuatan yang berkaitan dengan masalah
ibadah

Pertama: Senang terhadap kemaksiatan


Orang yang beriman siapapun dia pasti pernah terjatuh kedalam perbuatan maksiat,
disebabkan imannya melemah dan mengikuti hawa nafsunya, akan tetapi dia segera bertaubat
kepada Allah dan segera memperbaiki diri sebagaimana sabda nabi: “Setiap bani Adam sering
melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang sering berbuat salah adalah yang mau
bertobat “ (HR. At Tirmidzi)

Dia akan menyesalinya dan merasa berat dengan dosa yang dia lakukan, sebagaimana
perkataan Ibnu Mas’ud: “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seperti dia di bawah gunung
dia takut gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir (orang yang gemar berbuat
maksiat), dia melihat dosa-dosanya seperti melihat lalat hinggap dihidungnya dengan sekali
kibasan maka lalat itu akan pergi “.

Ini berbeda dengan orang munafik yang bersuka ria dengan kemaksiatan dan tidak merasa
berat dengan kemaksiatan tersebut, bahkan dia merasa nyaman dengan perbuatan dosa dan
maksiatnya. Padahal menampakkan perbuatan maksiat dan merasa senang dengannya adalah
sebuah kemaksiatan tersendiri yang akan di tambahkan dosanya dengan kemaksiatan
pertama, nabi bersabda: “jika perbuatan baikmu membuatmu gembira dan perbuatan
burukmu membuatmu bersedih, berarti kamu seorang mukmin”

Allah menyebutkan tentang orang-orang munafik;


       
       
           
 
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya
mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam
panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka
mengetahui.” (QS. At Taubah: 81)

Mereka senang dengan tidak ikut serta dalam jihad bersama Rasulullah dan bahkan itulah
yang mereka inginkan ini menunjukkan lemahnya keimanan atau bahkan hilangnya keimanan
dari dada mereka.

Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa introspeksi dan memperbaiki keimanan, agar
jangan sampai terjatuh kepada sifat kemunafikin ini.
Kedua: Benci dengan ketaatan
Dalam banyak tempat di dalam Al Qur’an Allah mengaitkan antara iman dan amal sholih,
karena amal bagian dari iman dan merupakan bukti serta buah dari keimanan yang benar
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman;
        
     
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik
sebagai balasan, dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-
perintah kami". (QS. Al Kahfi: 88)

Mereka yang beriman melaksanakan amal sholih dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan
serta mencintai Allah dan mencintai apa-apa yang di cintai Allah serta mencintai amalan yang
dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Dan mereka mendapatkan ketenangan dari ibadah
yang mereka lakukan.

Berbeda dengan orang-orang munafik mereka tidak merasakan kelezatan iman serta tidak
mencintai Allah dan tidak mencintai perkara-perkara yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah.

Ketika melaksanakan ketaatan bukan kelezatan yang dia rasakan namun justru kesempitan,
kesusahan dan kesedihan.

Sebagai contoh dalam masalah infaq, mereka berinfak namun disertai dengan rasa benci,
mereka tidak menginfakkan hartanya kecuali dalam keadaan terpaksa sebagaimana di
jelaskan oleh Allah;
        
        
    
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan
sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka,
melainkan dengan rasa enggan” (QS. At Taubah: 54)

Bahkan orang munafik akan berusaha menempuh berbagai cara agar bisa terlepas dari ibadah
bahkan mereka berani bersumpah dusta untuk mencari udzur agar mereka terbebas dari suatu
amal seperti dalam amal jihad. Allah terangkan sumpah mereka;
        
       
       
“kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang
dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah:
"Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan
diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang-
orang yang berdusta” (QS. At Taubah: 42)

Ketiga: Malas melaksanakan sholat


Sholat bagi orang beriman adalah penyejuk hati dengan sholat mereka bermunajat meminta
kepada Allah untuk segala hajat mereka, sebagaimana nabi bersabda: “Dan dijadikan
penyejuk mataku di dalam sholat “ (HR. Ahmad dan Nasai)

Ini berbanding terbalik dengan orang-orang munafik, Allah berfirman;


        
        
    
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan
sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka,
melainkan dengan rasa enggan” (QS. At Taubah: 54)

Allah juga berfirman;


          
        
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisa: 142)

Dan sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah sholat isya dan sholat subuh,
sebagaimana Nabi bersabda; “Sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah sholat
isya’ dan sholat subuh” (HR. Bukhori dan Muslim)
Wallahu A’lam

Anda mungkin juga menyukai