Anda di halaman 1dari 2

Inilah Hakikat Puasa

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, ketahuilah bahwa hikmah disyari’atkannya ibadah puasa
adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ُك ِتَب َعَلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َعَلى اَّلِذيَن ِم ن َقْبِلُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَّتُقوَن‬
Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS Al-Baqarah: 183)
Jelas dipahami dari ayat ini bahwa hakikat puasa adalah menumbuhkan dan memupuk nilai-nilai
takwa yang ada dalam hati kita. Pertanyaannya: Bagaimanakah caranya meraih hakikat puasa
tersebut?
Saudaraku, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar puasa kita bernilai takwa, bukan sekedar
lapar dan dahaga, diantaranya:
1. Hendaknya kita berpuasa berangkat dari membenarkan syari’at Allah ini dengan niat yang kuat
dan mengharap pahala-Nya, bukan untuk mendapatkan penghargaan dan keuntungan duniawi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berpuasa karena iman dan
mengharap pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari)
2. Selama berpuasa hendaknya kita menjauhi dosa-dosa besar agar puasa kita bernilai sebagai
penghapus dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat lima waktu, Jum’at
ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa diantara dua waktu tersebut,
jika dijauhi dosa-dosa besar.” (HR Muslim)
Saudaraku, bukankah kita adalah para pelaku dosa besar dan kecil? Bukankah ampunan Allah
Yang Maha Penyayang yang selalu kita harapkan? Saat inilah kesempatan emas bagi kita untuk
meraihnya. Belajarlah untuk tidak lagi mudah tertipu oleh hawa nafsu dan setan. Belajarlah
untuk meraih ridha-Nya dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa!
3. Agar kita dimudahkan oleh Allah ‘azza wa jalla dalam menjauhi dosa-dosa besar, hendaknya
kita imbangi dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an dan melatih diri untuk mudah dan
ringan dalam melakukan kebaikan. Demikianlah keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam di bulan Ramadhan. Setiap malam beliau ditemui oleh malaikat Jibril untuk membaca
Al-Qur’an dan beliau menjadi orang yang sangat ringan dan mudah melakukan kebaikan,
bahkan lebih ringan dari angin yang bertiup. (HR Bukhari)
4. Selama berpuasa sadarkanlah diri bahwa kita berpuasa karena Allah dan Allah yang akan
memberi balasan pada puasa yang kita lakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya Rabb kalian berfirman: Setiap satu kebaikan bernilai 10 sampai 700
kebaikan yang sama. Sedangkan puasa adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan
balasannya.” (HR Tirmidzi)
Saudaraku, jika puasa itu adalah milik Allah, apakah kita ingin menyerahkan puasa itu kepada-
Nya dalam keadaan tercampur dengan kotoran-kotoran dosa dan maksiat? Alangkah sangat
memalukan jika kita masih demikian!
5. Sadarkanlah diri bahwa selama berpuasa Allah mengharamkan perkara-perkara yang halal pada
kita agar kita mengerti bahwa perbuatan-perbuatan maksiat itu lebih haram dilakukan ketika itu.

Materi. 5
Karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan
ucapan haram serta melakukan perbuatan haram dan maksiat maka Allah tidak butuh dia
meninggalkan makan dan minumnya (puasanya).” (HR
Saudaraku, inikah puasa yang kita harapkan? Puasa yang hanya bernilai lapar dan dahaga?
Puasa yang tidak dibutuhkan oleh Allah karena puasa kita adalah puasa mayoritas manusia yaitu
hanya meninggalkan syahwat perut dan kemaluan? Jika tidak, marilah kita memohon kepada
Allah subhanahu wa ta’ala agar dibantu dan dimudahkan merasakan manisnya hakikat puasa
yaitu takwa. Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.

Materi. 5

Anda mungkin juga menyukai