Anda di halaman 1dari 13

Bersyukur, Lengkap dengan Manfaatnya agar Hidup Tenang

Mukadimah
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
‫ َأَّما َب ْع ُد‬، ‫الـَح ْم ُد ِهلل َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َر ُسْو ِل ِهللا َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َم ْن َو ااَل َه‬

Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw


waalaah. Amma ba'du.
Pertama-tama, marilah kita mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang sudah memberi
nikmat berlipat hingga saat ini.
Saking pentingnya bersyukur, ada beberapa hadist yang menggambarkan hal tersebut. Salah
satunya berbunyi:
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak
akan terjadi demikian kecuali pada seorang mukmin sejati. Jika ia mendapatkan kesenangan,
ia bersyukur baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya”. (HR.Muslim
no. 7692).
Seorang muslim sejati akan selalu melibatkan Allah dalam setiap perkara. Jika senang ia
akan bersyukur, sementara Jika tertimpa kesusahan ia akan bersabar.
Mengapa syukur menjadi penting?
Sebab, ada banyak manfaat yang secara langsung akan kita petik.
Beberapa manfaat tersebut, contohnya yaitu:

1. Kita akan jauh dari berbagai penyakit hati


2. Hidup akan penuh keberkahan
3. Allah janjikan surga
4. Allah akan tambah nikmat yang lainnya
5. Mempertebal iman seseorang
6. Membuat hidup lebih tenang
Lalu bagaimana caranya kita bersyukur?
Tidak usah repot-repot. Cobalah kita rasakan apa yang kita punyai sekarang, misalnya
kesehatan, keluarga, rezeki dan lain-lain.
Semua itu patut kita syukuri lantaran tak semua orang bisa mendapatkannya.
Maka dari itu, mulai saat ini tanamkan selalu rasa syukur dalam diri agar hidup kita menjadi
lebih baik.

Penutup
Demikian kultum Ramadhan yang bisa saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Keistimewaan Puasa

Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa puasa memiliki beberapa keistimewaan dibanding
ibadah-ibadah pada umumnya. Salah satu hadits yang menjelaskan kelebihan puasa
dibanding ibadah lainnya adalah hadits qudsi berikut,
‫ َفإَّنُه ِلي َو أَنا أْج ِز ي ِبِه‬،‫ُك ُّل َع َمِل اْبِن آَد َم َلُه ِإَّال الِّص َيام‬

Artinya, "Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan
berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan
balasan dengannya.”

Secara substansi hadits qudsi tersebut ingin menyampaikan bahwa ibadah puasa memiliki
kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Kata “untuk-Ku” adalah bentuk penyandaran ibadah
puasa kepada Allah swt yang menunjukkan betapa puasa merupakan ibadah yang memiliki
kedudukan lebih dibanding ibadah lainnya.

Dalam beberapa hal, penyandaran sesuatu kepada Allah swt juga terjadi. Seperti kata Ka’bah
yang memiliki nama lain Baitullah (rumah Alllah). Kata bait disandarkan pada kata Allah. Ini
menunjukkan bahwa Ka’bah merupakan tempat yang memiliki kedudukan tinggi dibanding
tempat-tempat lainnya.

Dari hadits tersebut, ada satu hal yang perlu kita garis bawahi yaitu kalimat “karena
sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan
dengannya”. Kalau kita cermati, pasti muncul sebuah pertanyaan besar; bukankah semua
ibadah itu akan dibalas oleh Allah swt? Lalu mengapa dalam hadits di atas seolah hanya
puasa yang langsung dibalas oleh-Nya? Seolah menegasikan ibadah-ibadah yang lainnya.

Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan hadits tersebut. Mengapa puasa memiliki
keistimewaan di sisi Allah swt dibanding amal ibadah lainnya? Berikut beberapa pendapat di
antaranya.

Pertama, puasa adalah ibadah yang tidak bisa terjerumus dalam riya (pamer). Puasa
merupakan ibadah yang bersifat abstrak. Artinya ibadah puasa tidak memiliki gerakan yang
bisa membedakan antara orang yang sedang berpuasa dengan yang tidak.

Berbeda dengan ibadah lainnya. Seperti shalat, haji, zakat dan lainnya. Antara orang yang
sedang shalat dengan yang tidak, bisa kita bedakan dengan mudah, karena shalat bisa dilihat
dengan gerakan yang bisa membedakan mana yang sedang shalat dan mana yang bukan.

Antara orang yang sedang melaksanakan haji dengan yang tidak juga demikian, karena haji
memiliki gerakan yang bisa membedakan antara mana yang sedang haji dan mana yang
bukan. Meskipun puasa bisa terjerumus dalam sifat riya (pamer), itu pun hanya bisa
diungkapkan dengan ucapan. Misal ada orang berpuasa, dengan maksud memamerkan
puasanya, ia berkata, “Saya ini sedang berpuasa, loh.” Tapi, sekali lagi, itu hanya bisa
diperlihatkan dengan ucapan. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bila terjerumus dalam riya
melalui gerakan atau pun ucapan.

Kedua, puasa mampu melumpuhkan setan. Saat sedang berpuasa, maka kita akan menahan
diri untuk tidak makan dan minum sampai waktu magrib tiba.

Ketika makanan dan minuman tidak masuk dalam tubuh, maka nafsu (syahwat) dalam diri
akan terkendali. Sementara nafsu (syahwat) merupakan pintu masuk utama bagi setan untuk
menjerumuskan manusia dalam lembah maksiat.
Ketiga, pahala puasa lebih besar dibanding ibadah lainnya. Menurut Al-Qurtubi, setiap amal
ibadah sudah ditentukan besar pahala yang diperoleh, dari mulai dilipatkan 10 kali, 700 kali,
dan sampai yang Allah kehendaki.

Keempat, pahala melihat Allah SWT. Dalam kitab Durrah an-Nashihin (hal. 13), Syekh
Utsman Syakir dengan mengutip pernyataan Abul Hasan menjelaskan, bahwa semua amal
ibadah akan mendapatkan balasan berupa surga. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah
bersua langsung dengan Allah swt di akhirat nanti, tanpa ada penghalang apapun.

Ramadan Penuh Berkah

Saudara muslimku yang berbahagia, sesungguhnya kita mendapatkan rahmat dan berkat yang
luar biasa dari Allah SWT, yang mana hingga pada hari ini, kita masih diberi kesempatan
untuk merasakan kenikmatan ibadah di bulan suci ramadhan.

Berpuasa menjadi ibadah yang wajib untuk kita lakukan. Tujuan menjalankan puasa
ramadhan yaitu untuk mendapat derajat taqwa di sisi Allah. Allah berfirman: “Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 18).

Dari ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa kewajiban berpuasa telah ada bahkan sejak
zaman dahulu. Bahkan, puasa sudah dikenal bahkan sejak zaman Mesir Kuno dan bahkan
meluas sampai ke Yunani hingga Romawi. Allah pun mengabarkan kepada umat Rasulullah,
bahwa puasa hukumnya wajib. Ketika tahu bahwa puasa hukumnya wajib, maka hal ini akan
terasa ringan dilaksanakan.

Bentuk ketaqwaan seorang muslim juga dapat dilihat dari caranya berpuasa. Pertama, orang
yang berpuasa wajib meninggalkan perkara yang dilarang oleh Allah, entah itu makan,
minum, jima’ dan lain-lain.

Kedua, orang berpuasa sebenarnya mampu melakukan kesenangan-kesenangan yang bersifat


duniawi. Akan tetapi, orang yang memahami hakikat bulan ramadhan tentu akan lebih
memilih untuk memperbanyak amal ibadah dibanding melakukan sesuatu yang tidak
berfaedah. Hal ini juga dapat menjadi latihan emosional sekaligus spiritual yang berguna
untuk mengasah ketaqwaan.

Ketiga, orang yang berpuasa dan kuat imannya akan lebih sadar bahwa Allah SWT
mengawasinya. Sehingga, mereka akan lebih mampu mengendalikan diri untuk menahan
hawa nafsu dan meninggalkan perkara yang membuat Allah murka.

Selain itu, berpuasa di bulan ramadhan juga dapat memberikan hikmah tersendiri bagi
muslim yang taat menjalankannya. Hikmah tersebut yaitu:

Mendekatkan diri kepada Allah, mengendalikan hawa nafsu, membiasakan hidup teratur,
disiplin waktu, melatih rasa empati dan menumbuhkan kasih sayang, kesetaraan bagi yang
kaya dan miskin, melatih berakhlak mulia, dan melatih kecerdasan emosional.
Kisah Rasulullah

Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah SAW berkunjung ke rumah seorang wanita bernama
Ummu 'Umarah. Begitu Rasulullah datang Ummu 'Umarah segera mempersilahkan beliau
masuk. Tak lama kemudian, ia segera menghidangkan makanan untuk beliau.

Rasulullah sangat dikenal menghormati pemilik rumah. Ketika diberikan hidangan, beliau
pun menyantapnya. Namun ketika beliau melihat pemilik rumah tidak ikut makan, beliau
berkata "Makanlah, wahai Ummu 'Umarah!" Kemudian Ummu menjawab "Saya sedang
berpuasa”. sangat senang mendengar salah satu kaumnya berpuasa. Kemudian beliau
bersabda,

"Sesungguhnya orang yang berpuasa itu selalu didoakan oleh Malaikat. Terutama jika ada
orang yang makan di tempatnya. Orang berpuasa itu akan didoakan hingga orang makan itu
selesai menyantap makanannya”.

Dari apa yang telah dikatakan Rasulullah, Ummu 'Umarah sangat bersyukur. Ia secara
langsung mendapatkan pelajaran tentang berpuasa dari Rasulullah SAW.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang memberi buka orang yang
berpuasa, ia mendapat pahala seperti seperti pahala orang yang berpuasa itu.Tanpa
mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu”.

Tak hanya itu, perintah berpuasa juga difirmankan dalam Alquran oleh Allah SWT, Surat Al
Baqarah.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa." (Q. S. Al Baqarah (2):183)

Ibadah puasa memang memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT. Di mana Allah akan
memberikan pahala yang berlipat ganda sesuai kualitas puasa yang dilakukan oleh seorang
hambaNya. Semakin tinggi kualitas puasanya, maka semakin banyak pula pahala yang
didapatkannya. Artinya puasa yang dilakukannya, bukanlah satu aktivitas untuk menahan
tidak makan dan minum belaka

Puasa merupakan peribadatan yang utama yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasulullah.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. menyatakan sabda Rasulullah.

"Setiap anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10
kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: Kecuali puasa, mama Aku akan
membalas orang yang mengerjakannya karena dia telah meninggalkan keinginan bahwa
nafsunya dan makannya karena Aku”. (Shahih, HR. Muslim).

Perlu dijadikan catatan penting bahwa berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus serta hal
lain yang dapat membatalkannya. Orang yang berpuasa juga harus menjaga lisan dan anggota
tubuhnya dari hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
Shalat Tiang Agama

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt., yang sudah memberi nikmat
berupa kesehatan hingga hari ini. Tidak lupa selawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad saw., serta keluarga, para sahabat, sampai kepada kita umatnya
yang mudah-mudahan selalu taat mengikuti sunah-sunahnya.

Dalam kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan satu hadis yang maknanya begitu
mendalam mengenai salat. Isi hadis itu berbunyi:

"Salat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya maka sungguh ia telah menegakkan
agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan
agama (Islam) itu." (Baihaqi)

Hadis di atas menggambarkan betapa pentingnya salat. Bahkan salat diibaratkan sebagai tiang
atau fondasi agama.

Bayangkan saja bila rumah didirikan tanpa fondasi, apakah rumah itu bisa berdiri tegak?
Tentu saja jawabannya tidak!

Pun demikian dengan agama Islam, jika kita tak mendirikan salat, roh Islam di dalam diri
seorang Muslim akan mudah roboh. Bahkan dalam hadis lain, Nabi Muhammad saw. pernah
bersabda:

"Yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian
kepada salatnya. Jika salatnya baik, dia akan beruntung (dalam sebuah riwayat disebutkan dia
akan berhasil). Dan jika salatnya rusak, dia akan gagal dan merugi." (Thabrani)

Maka artinya, salat merupakan ibadah wajib yang tak bisa kita tinggalkan begitu saja. Sebab
ia adalah tiang agama dan merupakan amalan yang akan Allah Swt., hisab pertama kali di
akhirat kelak.

Itulah kultum singkat tentang salat. Semoga ada manfaatnya. Wassalamualaikum


Warahmatullahi Wabarakatuh.

Contoh 5

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji syukur senantiasa kita haturkan ke hadirat Allah Swt., yang telah memberikan nikmat
serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul di tempat penuh barokah
ini tanpa kekurangan suatu apa pun.

Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan ceramah singkat tentang kematian.
Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron ayat 185 telah dijelaskan bahwa kematian pasti akan
menghampiri setiap manusia yang hidup di dunia.
Mengenai waktunya, tidak ada satu pun manusia yang tahu kapan ajalnya akan menjemput.
Ingat Saudaraku, kehidupan ini hanyalah sementara. Kehidupan akhiratlah yang kekal.

Mulailah untuk banyak berbuat kebaikan dan amalan sebagai bekal di akhirat kelak karena
tidak ada yang bisa menolong kita selain amal perbuatan kita sendiri. Allah Swt. telah
menyiapkan surga bagi orang-orang yang gemar berbuat baik dan Allah Swt. akan
memasukkan ke neraka bagi orang-orang yang lalai dalam kehidupannya di dunia.

Oleh karena itu, jangan sampai kita terlena dengan keadaan yang ada di dunia yang fana ini.
Itu semua hanyalah bersifat sementara yang bisa diambil kapan pun oleh Allah. Demikianlah
ceramah singkat tentang kematian dari saya.

Semoga bisa menjadi pengingat dan menambah ketaatan kita. Wassalamualaikum


Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tujuan Puasa

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang sudah memberikan limpahan
nikmat yang tak terkira sampai hari ini. Hingga akhirnya kita bisa bertemu kembali di Bulan
Ramadhan yang penuh berkah.

Tidak lupa, selawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, hingga sampai kepada kita semua selaku umatnya.

Melalui kesempatan ini, izinkan saya untuk menyampaikan sebuah kultum yang singkat
mengenai tujuan puasa di bulan Ramadan.

Sebelumnya, mari kembali kita ucapkan rasa syukur terhadap Allah, sebab kita masih diberi
kesempatan umur oleh Allah untuk bertemu dengan bulan yang penuh kenikmatan ini. Mari
sama-sama ucapkan bacaan hamdalah "Alhamdulillahirabbil alamin,"

Mengenai anjuran berpuasa di bulan Ramadan, sesungguhnya sudah Allah firmankan lewat
ayat Al-Qur’an Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

"Yaa ayuhaladzi na aamanuu kutiba alaikumusyiam kamaa kutiba alalladzina min khoikikum
laallakum tatakuun"

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Dari penggalan ayat di atas jelas, Allah mewajibkan berpuasa bagi setiap orang yang
beriman. Melalui ayat tersebut, Allah ingin kita menjalani puasa dengan maksud agar kita
menjadi orang yang bertakwa.

Maka dari itu, sebelum ketakwaan dicapai bagi setiap orang yang berpuasa mereka untuk
menahan diri dari segala nafsunya selama satu bulan penuh, selain makan dan minum.
Kelak di akhirat, manusia yang berhasil dan benar-benar memaknai puasa dengan sebaik-
baiknya, maka ia akan sampai pada derajat ketaqwaan yang paling tinggi terhadap Allah.

Semoga kita semua yang dengan ikhlas menjalani ibadah puasa sanggup untuk sampai ke
tujuan hakiki bulan puasa. Pada dasarnya sesuatu yang dijalani dengan hati yang lapang dan
ikhlas akan diberikan kemudahan dan keberkahan dari setiap langkahnya oleh Allah SWT.
Maka dari itu jalani puasa selama satu bulan dengan penuh keikhlasan dalam hati sehingga
puasa yang kita jalani pada akhirnya tidaklah sia-sia.

Itulah kultum singkat yang dapat saya sampaikan. Segala manfaat dan pengetahuan semua
datangnya dari Allah, sementara jika ada salah ucap atau perbuatan datanya dari saya, sebagai
manusia biasa. Semoga dengan lapang hati bisa dibukakan pintu maaf dengan lapang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Puasa dan Sabar

Saudaraku Seiman.

Alhamdulillāh dihadapan kita ada sebuah bulan yang mulia bulan Ramadhān, bulan
Ramadhān merupakan bulan kita bershaum yaitu berpuasa. Bulan Ramadhān adalah bulan
untuk menempa kesabaran kita.

Pada saat kita berpuasa ditempa kesabaran kita di mana kesabaran yang ditempa di bulan
Ramadhān ada 3 macam:

1. Sabar untuk Mentaati Allāh

Karena kita berpuasa untuk mentaati perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

2. Sabar untuk Meninggalkan Maksiat

Karena saat kita berpuasa kita dianjurkan untuk meninggalkan perbuatan maksiat.

3. Sabar Menghadapi Musibah

Karena dahaga, lapar dan haus kita adalah musibah yang menimpa kita.

Maka di bulan Ramadhān ini kesabaran kita betul-betul ditempa, makanya bulan Ramadhān
disebutkan juga dengan ‫ َش ْهُر الصبر‬yaitu bulan kesabaran.

Karena kesabaran itu saudaraku sekalian, merupakan pokok keimanan artinya modal
keimanan.

Ali bin Abi Thālib berkata:

‫ ِبَم ْنِز َلِة الَّر ْأِس ِم َن اْلَج َسِد‬، ‫الَّصْبُر ِم َن اِإْل يَم اِن‬

“Sabar di dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan kita.”


Sebagaimana badan kita tidak akan hidup tanpa kesabaran artinya badan kita tidak akan
hidup tanpa kepala, demikian pula iman kita tidak akan hidup tanpa kesabaran.

Karena untuk masuk Surga itu berat, perintah-perintah Allāh tidak sesuai dengan hawa nafsu
kita, sementara larangan-larangan Allāh sering kali sesuai dengan syahwat kita.

Di situlah kesabaran sangat kita butuhkan.

Maka saudaraku sekalian, terlebih betapa agungnya pahala kesabaran.

Allāh Ta’āla berfirman dalam Al-Qur’ān:

‫ِإَّنَم ا ُيَو َّفى ٱلَّص ٰـ ِبُروَن َأْج َر ُهم ِبَغْيِر ِحَس اٍۢب‬

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu diberikan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar
[39]: 10)

Bayangkan!

Oleh karena itu pahala shaum (puasa) itu tanpa batas. Kalau amalan-amalan lain ditulis oleh
Allāh 10 sampai 700 kali lipat. Tapi untuk shaum karena ia berhubungan dengan kesabaran
maka pahalanya hanya Allāh yang Maha Tahu.

Betapa agungnya saudaraku sekalian shaum dan betapa kita sangat membutuhkan shaum,
karena di situlah kesabaran kita sangat ditempa.

Di bulan Ramadhān ini kita akan ditempa kesabaran kita, sabar untuk berpuasa, sabar untuk
shalat tarawih, sabar untuk membaca Al-Qur’ān, sabar untuk selalu di atas kebaikan, sabar
untuk meninggalkan kemaksiatan yang bisa merusak shaum kita.

Saudaraku Seiman

Maka kita berharap, mudah-mudahan di bulan Ramadhān ini kesabaran kita semakin
meningkat, kita tidak lagi berkata bahwa kesabaran saya ada batasnya, tapi dengan adanya
bulan Ramadhān kesabaran kita menjadi tidak terbatas. Kita terus bersabar di atas keimanan
kita dan ketakwaan sampai kita meninggal dunia.

Semoga Allāh memberikan kepada kita kekuatan dengan datangnya bulan Ramadhān ini, dan
dijadikan kita sebagai hamba Allāh yang sabar menghadapi berbagai macam ujian dan
cobaan yang menerpa. Sabar untuk mentaati Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan sabar untuk
meninggalkan kemaksiatan kepada Allāh Azza wa Jalla.

Ahli Dzikir dan Syukur

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui
setiap isi hati hamba-hamba-Nya, senantiasa melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita
sehingga kita menjadi orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah, baginda nabi Muhammad
SAW.
Saudaraku, semoga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Rasulullah SAW. mengajarkan
sebuah doa supaya kita menjadi hamba yang ahli dzikir dan syukur. Doa tersebut berbunyi,
“Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bimbinglah
aku untuk mengingatMu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik
kepadaMu).” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)

Menurut Rasulullah SAW, manusia itu bisa menjadi makhluk yang ajaib. Manusia yang
mana? Yaitu manusia yang beriman kepada Allah SWT. Orang beriman itu manusia ajaib,
dia tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur dan diberi ujian dia bersabar.

Keduanya menjadi kebaikan. Jadi kalau kita memiliki dua keahlian saja, yaitu ahli dzikir dan
ahli syukur, maka tidak akan ada kejadian seperti apapun yang membuat kita rugi.

Allah akan melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur. Kalau diumpamakan
adalah seperti satu butir benih yang jatuh ke tanah dan disiram hujan. Benih itu kemudian
tumbuh menjadi sebuah pohon yang semakin tinggi besar nan subur dan menjadi jalan
kehidupan bagi tumbuhnya pohon-pohon lainnya. Atau seperti anak sapi yang makan rumput,

kemudian dia tumbuh besar dan sehat, menghasilkan daging dan susu yang berlimpah.
Demikianlah gambaran Allah melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur.

Maka jangan pernah takut akan nikmat yang belum ada. Karena semuanya sudah ada di sisi
Allah SWT.

Yang seharusnya kita takutkan adalah jika kita tidak bersyukur atas karunia Allah yang telah
kita rasakan selama ini.

Padahal syukur itu adalah bagaikan tali, yang mengikat nikmat yang telah ada dan menarik
nikmat yang belum ada.

Takutlah jika tali ini tidak ada di dalam diri kita. Karena Allah SWT. berrman, “Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu..” (QS. Ibrahim [14] : 7)

Jadi sebenarnya jangan sibuk memikirkan nikmat yang belum ada, melainkan sibuklah
memikirkan syukur yang belum ada atas segala nikmat yang telah kita rasakan selama ini.
Karena yang belum ada itu sudah janji Allah akan menambahkannya jikalau kita bersyukur.

Saudaraku, semoga Allah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita
menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Keutamaan 10 Hari Pertama Ramadhan

Alhamdulillah, kita telah memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan penuh ampunan, bulan
penuh keberkahan.

Setiap ibadah pasti memiliki keutamaan masing-masing. Demikian pula dengan puasa
Ramadhan.
Hal ini wajib kita syukuri, karena Allah SWT masih mempertemukan kita dengan bulan
Ramadhan.

Bersyukur akan nikmat sehat, sehingga kita dapat menunaikan ibadah pada bulan yang sangat
mulia ini.

Keutamaan Rukun Islam ketiga yang hanya ada di bulan Ramadhan ini telah diwajibkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya :

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa” (QS.
Al Baqarah: 183).

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh rahmat dan keistimewaan.

Pada bulan Ramadhan, semua amal ibadah dilipatgandakan, pintu surga terbuka lebar dan
pintu neraka ditutup serta setan dibelenggu.

Tentunya setiap umat muslim tidak ingin melewatkan kesempatan dalam meningkatkan
kualitas ibadah agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Bulan Ramadan dibagi menjadi 3 fase antara lain 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari
terakhir. Pada fase 10 hari pertama menjadi fase terberat bagi umat muslim dalam
menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, sebab pada fase 10 hari pertama merupakan masa
peralihan dan beradaptasi dari pola makan biasa hingga puasa.

Namun, jangan sampai melalaikan ibadah pada 10 hari pertama di bulan Ramadan. Seluruh
rahmat dan pahala dari Allah SWT akan terbuka lebar bagi siapa saja yang menjalankan
amalan-amalannya.

Tentunya pada 10 hari pertama di bulan Ramadan memiliki keutamaan-keutamaan. Apa


sajakah keutamaan-keutamaan itu?

1. Terbukanya Pintu Rahmat

Pada 10 hari pertama di bulan Ramadan, Allah SWT membuka seluruh pintu rahmat-Nya
bagi hamba yang berpuasa dan melakukan ibadah-ibadah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda:

"Awal bulan Ramadan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya 'Itqun
Minan Nar (pembebasan dari api neraka)."

2. Memberi Keberuntungan

Bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya akan selalu
dalam lindungan Allah SWT dan selalu berad dalam pentunjuk-Nya.
Setiap perintah dalam al-Quran pasti mengandung kebaikan, kemaslahatan, keberuntungan,
manfaat, keindahan, keberkahan.

Sedangkan setiap larangan dalam al-Quran pasti mengandung kerugian, kebinasaan,


kehancuran, keburukan (disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir (1/200)

3. Menjaga Diri dari Perbuatan Buruk

Dalam menjalankan puasa Ramadhan, umat muslim akan secara tidak sadar akan menjauhi
dari perbuatan buruk sehingga ibadahnya menjadi berkah dan mendapatkan banyak pahala
dari Allah SWT.

4. Dapat Melatih Diri melakukan Ibadah Sunnah

Siapapun umat muslim yang melakukan ibadah puasa akan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Secara tidak langsung umat muslim akan mengerjakan amalan-amalan sunnah seperti shalat
tahajud, shalat dhuha, shalat tarawih, membaca Al-Quran serta amalan-amalan lainnya.

5. Membiasakan Diri untuk Shalat Berjamaah

Setiap malam di bulan Ramadhan, umat muslim melaksanakan ibadah shalat tarawih secara
berjamaah.

Dengan melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah, umat muslim akan terbiasa
melakukan shalat secara berjamaah setiap harinya.

Semoga setiap umat muslim yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini diberikan
kelancaran serta keberkahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Orang-Orang yang Rugi di Bulan Ramadhan

Tentu satu hal yang tidaklah kita ragukan bahwasanya berjumpa dengan Ramadhan adalah
satu nikmat yang besar. Akan tetapi orang yang mendapatkan nikmat yang besar ini, belum
tentu dia menjadi manusia yang beruntung. Boleh jadi ada orang berjumpa dengan Ramadhan
dan dia menjadi manusia yang celaka. Dan sungguh betapa celakanya orang yang semacam
ini. Allah berikan kepadanya nikmat yang besar, namun dia malah menjadi manusia yang
celaka dalam nikmat besar dalam nikmat besar yang Allah berikan kepadanya.

Siapakah orang yang menjadi manusia yang celaka, manusia yang merugi, pada saat Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat besar kepadanya?

Hal ini telah Nabi jelaskan dalam satu hadits yang shahih diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫َرِغ َم َأْنُف َر ُج ٍل َد َخ َل َع َلْيِه َر َم َض اُن ُثَّم اْنَس َلَخ َقْبَل َأْن ُيْغ َفَر َلُه‬

“Sungguh celaka seorang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan itu
berakhir dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.”
(HR. Tirmidzi)
Demikian yang Nabi sampaikan.

Manusia yang celaka di bulan Ramadhan, manusia yang celaka dalam keadaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat yang besar untuk dirinya adalah orang yang
berjumpa dengan bulan Ramadhan namun ketika Ramadhan berakhir ternyata Allah
Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.

Padahal selama bulan Ramadhan terdapat banyak amal yang jika dikerjakan akan
menyebabkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semisal amal berupa puasa. Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬

“Siapa yang berpuasa dengan motivasi yang benar karena iman dan mengharap ganjaran dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah ampuni dosa-dosanya yang lewat.”

Demikian juga Qiyam Ramadhan, Nabi katakan:

‫ ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬،‫َم ْن َقاَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا‬

“Siapa yang shalat tarawih di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Allah ampuni dosa-dosanya yang lewat.”

Demikian juga shalat dimalam hari saat Lailatul Qadar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam:

‫ ُغ ِفر َلُه َم ا تقَّد م ِم ْن ذْنِبِه‬،‫َم ْن َقاَم َلْيَلَة الَقْد ِر ِإيمانًا واْح ِتَس ابًا‬

“Siapa yang mengerjakan shalat dimalam hari dan malam tersebut bertepatan dengan Lailatul
Qadar, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ampuni dosa-dosa yang lewat.”

Terdapat banyak amal yang disyariatkan di bulan Ramadhan yang menjadi sebab
terampuninya dosa. Namun ternyata ada orang yang Ramadhan berakhir dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya. Maka sungguh dia adalah orang
yang teledor, sungguh dia adalah orang yang ceroboh.

Waktu yang Allah berikan demikian panjang. Satu bulan lamanya, boleh jadi 29 hari, menjadi
30 hari. Ternyata dari sekian waktu lamanya ini dengan terdapat berbagai macam amal
didalamnya yang itu adalah amal-amal yang menghapus dosa, ternyata tidak mendapatkan
bagian dari orang-orang yang mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka berarti, sungguh puasanya adalah puasa yang sangat tidak berkualitas, shalat malamnya
adalah shalat malam yang betul-betul tidak ada nilainya dan tidak ada harganya, shalat
tarawihnya adalah shalat tarawih yang tidak ada faidahnya, dia hanya mendapat capek saja
dari shalat tarawih yang dia lakukan tersebut. Yang dia dapatkan dari puasa yang dia kerjakan
hanya lapar dan dahaga semata.

Inilah manusia yang celaka pada saat Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat
kepadanya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita semuanya dari keadaan
tragis semacam ini.

Anda mungkin juga menyukai