Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puasa dalam definisi agama Islam adalah tindakan menahan makan,
minum, dan sanggama dari waktu imsak dini hari hingga waktu magrib tiba
dengan niat ibadah kepada Allah SWT. Puasa fardu ain (puasa wajib)
dilaksanakan selama bulan Ramadhan yang berdurasi antara 29 hingga 30
hari, jenis puasa banyak sekali, puasa wajib, sunnah, dan puasa nadzar.
Dampak dari puasa sering diartikan lemes dan males untuk melakukan sesuatu
oleh hal layak umum, pada hal puasa sangat member manfaat lebih pada
kesehatan tubuh kita, Dari aspek gizi, puasa paling tidak akan mengurangi
asupan zat gizi, terutama kalori, sekitar 20-30 persen. Namun dari aspek
kesehatan, puasa ternyata memberi manfaat kesehatan terhadap tubuh
pelakunya. Bahkan di negara maju, puasa dijadikan sebagai salah satu upaya
terapi beberapa penyakit degeneratif.Ibadah puasa merupakan ibadah yang
spesial, karena puasa merupakan ibadah pribadi atau personal yang tidak
terlihat oleh orang lain, sehingga tidak banyak berpotensi menimbulkan riya
dalam beribadah. Puasa adalah ibadah rahasia antara Allah dan hamba-Nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw. :


Puasa diperuntukkan untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
memberi pahala puasanya (tanpa batasan jumlah pahala). (HR.
Tirmidzi)
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat
manfaat puasa dari sudut pandang biosains dan kesehatan. Di antara
ilmuwan-ilmuwan yang melakukan penelitian tentang puasa adalah
sebagai berikut :
Beberapa ilmuwan telah menyampaikan komentarnya tentang
ibadah puasa. Allan Cott, dalam bukunya Fasting as a Way of Life,
mengatakan bahwa puasa dapat memberikan istirahat fisiologis bagi
sistem pencernaan dan sistem saraf pusat serta menormalisasi metabolisme
tubuh.

Mc Fadon, seorang ahli kesehatan Amerika, mengatakan bahwa


setiap orang perlu berpuasa. Sebab, jika tidak berpuasa maka ia akan sakit
dikarenakan racun makanan berkumpul dalam tubuh. Puasa akan
menurunkan berat badan dan racun-racun dalam tubuh akan terurai dan
keluar, sehingga tubuh menjadi bersih secara sempurna.
Alex Carell, salah seorang pemenang nobel bidang kesehatan,
menyatakan bahwa puasa benar-benar membersihkan dan mengganti
jaringan tubuh. Banyaknya porsi makanan dapat melemahkan fungsi
organ, dan itu merupakan faktor yang besar bagi berdiamnya jenis-jenis
kuman dalam tubuh. Sedangkan, solusinya adalah dengan mengurangi
porsi makan sehingga organ-organ tubuh dapat mengeluarkan zat,
khususnya untuk mempertahankan keseimbangan internal dan kesehatan
jantung.
Rasulullah saw. pernah bersabda tentang manfaat puasa bagi kesehatan :

Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat. (HR. Thabrani)


Pada hadist diatas telah disampaikan bahwa rasulullah
menganjurkan puasa sebagai sarana agar tubuh sehat. Oleh karena itu
dalam makalah ini kami ingin mengetahui eratnya kaitan antara penyakit
degeneratif, yang notabenenya muncul karena ketidakseimbangan
lifestyle, dan puasa yang merupakan salah satu ibadah umat muslim.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah manfaat puasa terhadap kesehatan jasmani?
2. Bagaimanakah manfaat puasa terhadap kesehatan mental?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat puasa terhadap kesehatan jasmani
2. Untuk mengetahui manfaat puasa terhadap kesehatan mental

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puasa
2.1.1 Pengertian Puasa
Pengertian menurut etimologi pada dasarnya menunjukkan bahwa
puasa memiliki makna menahan, meninggalkan dan menjauhkan. Puasa
merupakan terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti
menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:

..
sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan
berbiacara ).
Menurut istilah agama Islam yaitu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. Menahan diri dari
berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil. Menurut Syara
(istilah agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut dalam kitab
Subulus Salam. Yaitu :
. . . . .

. .

Menahan diri dari makan, minum, jima (hubungan seksual) dan
lain-lain yang diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang
disyariatkan, dan disertai pula menahan diri dari perkataan sia-sia,
perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu tertentu dan menurut
syarat-syarat yang ditetapkan.

2.1.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Puasa


Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang
diwajibkan kepada tiap mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang
menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah
kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw. Allah SWT berfirman :
. .
..
Wahai

mereka

yang

beriman,

diwajibkan

kepadamu

berpuasa

(Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum


kamu, agar kamu bertaqwa (QS. Al-Baqarah-183).

Sabda Nabi Muhammad Saw. :


. :
. .

.

.
Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan dan naik haji ke Baitullah (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar).
Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa
diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang
terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat
dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa.
Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu
rukun Islam yang lima, karena itu puasa di bulan Ramadhan adalah wajib
dikerjakan.
2.1.3 Syarat dan Rukun Puasa
2.1.3.1 Syarat Puasa
Syarat wajibnya puasa, yaitu islam, berakal, sudah balik dan
mengetahui akan wajibnya puasa. Syarat wajib penunaian puasa, artinya
ketika ia mendapati waktu tertentu, maka ia dikenakan kewajiban puasa.
Syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Sehat, tidak dalam keadaan sakit.
b. Menetap, tidak dalam keadaan bersafar. Dalil kedua syarat ini ada
dalam firman Allah SWT :


Dan barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain (QS. Al
Baqarah: 185).

Kedua syarat ini termasuk dalam syarat wajib penunaian puasa


dan bukan syarat sahnya puasa dan bukan syarat wajibnya qodho puasa.
Karena syarat wajib penunaian puasa di sini gugur pada orang yang sakit
dan orang yang bersafar. Ketika mereka tidak berpuasa saat itu, barulah
mereka qodho berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun jika mereka
tetap berpuasa dalam keadaan demikian, puasa mereka tetap sah.
c. Suci dari haidh dan nifas. Dalilnya adalah hadits dari Muadzah, ia
pernah bertanya pada Aisyah radhiyallahu anha. Hadits tersebut
yaitu

. .




Dari Muadzah dia berkata, Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata,
Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha puasa dan tidak
mengqadha shalat? Maka Aisyah menjawab, Apakah kamu dari
golongan Haruriyah? Aku menjawab, Aku bukan Haruriyah, akan tetapi
aku hanya bertanya. Dia menjawab, Kami dahulu juga mengalami haid,
maka kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan
untuk mengqadha shalat.Berdasarkan kesepakatan para ulama pula,
wanita yang dalam keadaan haidh dan nifas tidak wajib puasa dan wajib
mengqodho puasanya.
2.1.3.2 Rukun Puasa
Berdasarkan kesepakatan para ulama, rukun puasa adalah menahan
diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar (yaitu fajar shodiq)
hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT,
yaitu :




Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam (QS. Al Baqarah: 187). Yang dimaksud dari ayat adalah,
terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan yang dimaksud benang
secara hakiki.
Dari Adi bin Hatim ketika turun surat Al Baqarah ayat 187,
Nabi Muhammad Saw berkata padanya, Yang dimaksud adalah
terangnya siang dari gelapnya malam. Nabi Muhammad mengatakan
seperti itu pada Adi bin Hatim karena sebelumnya ia mengambil dua
benang hitam dan putih. Lalu ia menanti kapan muncul benang putih dari
benang hitam, namun ternyata tidak kunjung nampak. Lantas ia
menceritakan hal tersebut kemudian beliau pun menertawai kelakukan
Adi bin Hatim.

2.1.4 Hal- hal Sunnah Dalam Berpuasa


a. Makan sahur dengan mengakhirkannya.
Para ulama telah sepakat tentang sunnahnya sahur untuk puasa.
Meski

demikian,

tanpa

sahur

pun

puasa

tetap

boleh.

Sabda

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:




.

.
Dari Anas Radhiallahu'anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu
sahur itu mengandung barakah."(HR Bukhari dan Muslim).
Makan sahur itu menjadi barakah karena salah satunya berfungsi
untuk mempersiapkan tubuh yang tidak akan menerima makan dan minum
sehari penuh. Selain itu, meski secara langsung tidak berkaitan dengan
penguatan tubuh, tetapi sahur itu tetap sunnah dan mengandung

keberkahan. Misalnya buat mereka yang terlambat bangun hingga


mendekati waktu subuh. Tidak tersisa waktu kecuali beberapa menit saja.
Maka tetap disunnahkan sahur meski hanya dengan segelas air putih saja.
Karena dalam sahur itu ada barakah.
b.

Menyegerakan berbuka
Disunnahkan dalam berbuka puasa dengan menyegerakan dan

tidak menunda-nundanya setelah terdengar adzan sholat Maghrib. Sabda


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

.

.
.
Dari Sahal bin Sa'ad Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Senantiasa manusia berada dalam kebaikan
selama mereka menyegerakan berbuka" (HR. Bukhari dan Muslim).
c.

Memberi makan orang berbuka


Memberi makan saat berbuka bagi orang yang berpuasa sangat

dianjurkan karena balasannya sangat besar sebesar pahala orang yang


diberi makan itu tanpa dikurangi. Bahkan meski hanya mampu member
sebutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi yang lebih utama bila dapat
memberikan makanan yang cukup dan bisa mengenyangkan perut.Dalam
hadist riwayat at-timidzi yang isinya : Dari Zaid bin Khalid Al Juhani
Radhiyallaahu

'anhu

berkata;

Rasulullah

Shallallahu

'alaihi

wasallam bersabda: "Barangsiapa yang memberi makan orang yang


berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun" Abu 'Isa berkata; "Ini
merupakan hadits hasan shahih." (HR. At Tirmidzi).
d.

Menjaga lidah dan anggota tubuh


Disunnahkan untuk meninggalkan semua perkataan kotor dan keji

serta perkataan yang membawa kepada kefasikan dan kejahatan. Termasuk


di dalamnya adalah ghibah (bergunjing), namimah (mengadu domba),
dusta dan kebohongan. Meski tidak sampai membatalkan puasanya, namun

pahalanya hilang di sisi Allah SWT. Sedangkan perbuatan itu sendiri


hukumnya haram baik dalam bulan Ramadhan ataupun di luar Ramadhan.
e.

Memperbanyak sedekah

Ibnu Rajab al Hambali Rohimahullah juga membawakan sebuah hadits:


. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam adalah manusia
yang paling dermawan, sedangkan pada bulan Ramadhan, ketika Jibril
menemuinya, beliau menjadi lebih dermawan lagi. Adapun Jibril selalu
menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mengajarinya
Al-Quran. Adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, ketika Jibril
menemuinya, lebih dermawan dari angin yang berhembus.(HR. AlBukhari dan Muslim).

2.1.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa


Hal pertama yang membatalkan puasa adalah makan dan minum,
atau memasukkan sesuatu ke dalam lubang tubuh dengan sengaja.
Dasarnya adalah Q.S. Al-Baqarah: 187, .. .makan dan minumlah hingga
waktu fajar tiba (yang) dapat membedakan antara benang putih dan
hitam. Perkecualian terjadi pada mereka yang tidak sengaja makan dan
minum. Diriwayatkan, Barangsiap lupa berpuasa, kemudian ia makan
dan minum, hendaklah ia menyempurnakan puasa, karena sesungguhnya
Allah yang memberikan makan dan minum tersebut (H.R. Bukhari).
Kedua, melakukan hubungan badan secara sengaja. Yang tergolong dalam
hubungan badan adalah, masuknya alat kelamin pria dengan wanit dalam
keadaan sengaja dan sadar. Ketiga, melakukan pengobatan pada kemaluan
atau dubur, yang memungkinkan masuknya sesuatu dari salah satu lubang
tersebut. Keempat, muntah dengan sengaja. Sebaliknya, jika kita muntah
karena sakit atau tidak disengaja, puasanya masih sah. Diriwayatkan dari
Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa yang tidak sengaja
muntah, ia tidak diwajibkan mengganti puasanya, dan barang siapa yang
sengaja muntah maka ia wajib mengganti puasa. Kelima, keluarnya air

10

mani karena adanya sentuhan. Dalam hal ini, baik yang melakukan
masturbasi hingga keluar atau menggunakan tangan atau bagian tubuh
istri, sama-sama batal berpuasa. Sementara, jika seseorang mimpi basah,
maka tidak dikategorikan batal puasa.
Keenam, haid bagi wanita. Diriwayatkan oleh Aisyah, haid
membatalkan puasa, dan wanita yang masih mampu, wajib menggantinya.
Kami

(kaum

perempuan)

diperintahkan

mengganti

puasa

yang

ditinggalkan, tetapi tidak diperintahkan untuk mengganti shalat yang


ditinggalkan(H.R. Muslim). Ketujuh, nifas atau darah yang keluar dari
kemaluan perempuan setelah melahirkan. Jika ia berpuasa dan
mengeluarkan nifas, berarti puasanya tidak sah. Kedelapan, gila atau
hilang kewarasan. Seseorang wajib berpuasa jika sudah cukup umur dan
waras. Ketika ia menjadi gila, otomatis hilang kewajiban berpuasa
tersebut. Kesembilan, murtad atau keluar dari agama Islam. Puasa
Ramadhan adalah kewajiban umat Islam, sehingga ketika ia mengingkari
Allah sebagai Tuhan Yang Maha Satu, atau tidak lagi menganut Islam,
kewajban itu terhapus dan puasanya tidak sah.
2.1.6 Manfaat Puasa
Manfaat puasa ramadhan bagi umat Islam tentunya banyak. Baik
itu manfaat puasa bagi kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa kita. Karena
tentunya ketika syariat Islam ada, banyak hikmah di balik itu semuanya.
Termasuk juga mengenai hikmah keutamaan puasa Ramadhan bagi kita
umat islam yang wajib untuk dilaksanakan bila tidak ada halangan
rintangan ketika menjalaninya. Karena memang hukum puasa Ramadhan
adalah wajib.
Kewajiban menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini telah Allah
Taala perintahkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183 yang
artinya :Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu
puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,
supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa. Jadi tujuan puasa

11

Ramadhan adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa dengan


sesungguhnya. Yaitu menjalankan apa yang diperintahNya serta menjauhi
segala apa yang dilarangNya.Kita mengulang kembali dengan pengertian
puasa yang pernah diulas dalam manfaat puasa bagi kesehatan yaitu yang
dimaksud dengan berpuasa menurut syariat Islam ialah menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti halnya makan, minum,
hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak mulai terbitnya fajar sampai
dengan terbenamnya matahari, disertai dengan niat iklhas ibadah kepada
Allah, karena mengharapkan ridho-Nya serta menyiapkan diri dalam
rangka meningkatkan ketakwaan.
Berikut beberapa manfaat puasa Ramadhan yaitu :
a. Dengan berpuasa Ramadhan selama 1 bulan penuh maka hal ini
secara

tidak

langsung

manfaat

bagi

kesehatan

adalah

mengistirahatkan organ pencernaan kita serta juga perut dari


kelelahan bekerja yang terus menerus dalam 11 bulan, dan juga
membantu mengeluarkan sisa makanan dari dalam tubuh,
memperkuat badan.
b. Membersihkan tubuh dari racun serta kotoran (detoksifikasi).
Puasa merupakan terapi detoksifikasi yang paling tua. Dengan
berpuasa pada bulan suci Ramadhan, maka ini berarti kita juga
akan membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita yang mana
hal ini akan bermanfaat dalam proses metabolisme yang
menghasilkan enzim antioksidan yang berfungsi salah satunya
untuk membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh.
c. Bagi kesehatan psikologis kita faedah puasa akan kita dapatkan
yaitu kondisi mental emosi kita akan lebih terjaga dan terkontrol
dengan lebih baik lagi. Keadaan ini akan membantu dalam
penurunan tingkat adrenalin dalam tubuh. Yang mana adrenalin
juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein
berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat
meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak
seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

12

d. Puasa bagi kesehatan akan memberikan manfaatnya antara lain


adalah bisa membantu dalam proses menurunkan kadar gula darah,
kolesterol dan juga mengendalikan tekanan darah. Itulah mengapa
dalam satu sisi, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka
yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, kegemukan
dan darah tinggi. Tentunya hal ini juga harus dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan tim medis yang berkompeten bila anda
adalah mempunyai suatu jenis penyakit tertentu.
2.1.7 Hukum Puasa Untuk Orang Sakit
Ketahuilah, bahwa dalam kaitannya dengan ibadah puasa
Ramadhan, maka orang yang sakit itu mempuyai dua keadaan. Pertama,
orang sakit yang keadaannya tidak mampu berpuasa sama sekali, maka
berbuka atau tidak berpuasa baginya adalah wajib. Kedua, orang sakit
yang masih mampu berpuasa, akan tetapi bisa membahayakan sakitnya
atau sangat memberatkan dirinya apabila berpuasa. Dalam keadaan seperti
ini, disunnahkan baginya untuk berbuka atau tidak berpuasa. (lihat Tafsir
Al-Qurthubi (2/276), karya Al-Imam Al-Qurthubi rohimahulloh)
Bagaimanakah ketentuan sakit yang dibolehkan atau diberi keringanan
untuk tidak berpuasa itu ?
Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh berrkata : Para sahabat kami (yakni
para ulama madzhab Syafiiyyah) berkata : Syarat dibolehkannya
berbuka (bagi orang yang sakit) adalah adanya masyaqqoh (rasa
sulit/berat) yang ditanggungnya ketika melakukan puasa tersebut. Adapun
sakit yang ringan yang tidak ada masyaqqoh yang nampak yang
dirasakannya ketika berpuasa, maka tidak boleh baginya untuk
berbuka/tidak berpuasa, dalam masalah ini tidak ada khilaf (perselisihan)
di sisi kami (madzhab as-Syafii), berbeda dengan pendapatnya Ahlu
Dhohir (madzhab Dhohiriyyah) (Al-Majmu Syarh Al-Muhadzdzab,
6/257).

13

Dan apa yang telah ditetapkan oleh para ulama Syafiiyyah tersebut
di atas, hal itu juga merupakan madzhabnya para ulama Hanabilah
(pengikut pendapat Imam Ahmad bin Hambal) sebagaimana yang
diriwayatkan dari Ibnu Qudamah rohimahulloh, dan juga madzhabnya
Malikiyyah (pengikut pendapat Imam Malik) sebagaimana hal itu
diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Abdillah Al-Qurthubi rohimahulloh.
Kemudian juga pendapatnya Al-Imam Al-Mardawy rohimahulloh, wallohu
alam.
Orang Sakit Yang Tidak Bisa Diharapkan Kesembuhannya, dia tidak
berpuasa. Lalu suatu saat dia merasa mampu berpuasa, maka dia pun
berpuasa, maka apakah ada kewajiban untuk mengqodho baginya atas
puasa yang ditinggalkannya ?
Dalam masalah ini, ada dua pendapat di kalangan para ulama
madzhab Syafiiyyah dan Hanabilah. Yang shohih dari keduanya adalah
wajib baginya untuk mengqodho (membayar hutang puasanya), karena
memberi makan (kepada orang miskin, yakni fidyah) adalah ganti atas
kelemahannya (ketidakmampuannya berpuasa), dan telah jelas bagi kita
(dalam keadaannya sekarang ini) hilangnya kelemahan atau ketidak
mampuannya tersebut. Pendapat seperti itulah yang dirojihkan oleh Syaikh
Muqbil bin Hadi Al-Wadii rohimahulloh, sebagaimana yang disampaikan
beliau dalam salah satu pelajaran beliau. Alloh Subahanhu wa taala
berfirman :

()
Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain(QS Al-Baqoroh :
184).
(Lihat : Al-Majmu Syarh Al-Muhadzdzab, 6/259)

14

Bolehkah Bagi Orang Yang Sakit Meninggalkan Niat (Tidak Berniat)


Untuk Berpuasa?
Dalam hal ini, Imam An-Nawawi rohimahulloh menjelaskan :
Para sahabat kami berkata : Bila orang yang sakit itu adalah orang yang
boleh untuk berbuka/tidak berpuasa, maka boleh baginya meninggalkan
niat atautidak berniat untuk berpuasa di malam harinya (yakni tidak harus
baginya berniat pada malam harinya untuk berpuasa besoknya). Orang
yang sakit itu kadang panas badannya (kambuh sakitnya) dan kadang
tidak. Kemudian ketika badannya panas dia tidak mampu berpuasa,
sedangkan ketika tidak panas dia mampu berpuasa. Jika dia dalam keadaan
panas badannya (kambuh sakitnya) ketika akan memulai puasa, maka
boleh baginya untuk tidak berniat puasa. Jika tidak sedang kambuh, maka
wajib baginya untuk berniat puasa di waktu malam harinya. Kemudian
ketika sedang puasa lalu kambuh lagi sakitnya, dan dia sangat
membutuhkan untuk berbuka atau membatalkan puasanya, maka
hendaknya dia berbuka atau tidak berpuasa (Al-Majmu Syarh AlMuhadzdzab, 6/258).
Al-Imam Ibnu Qudamah rohimahulloh berkata : Bila orang yang
sakit membebani dirinya (merasa mampu) berpuasa kemudian benar-benar
berpuasa, maka dia telah melakukan sesuatu yang makruh (dibenci),
dikarenakan dia melakukan hal-hal yang mengandung madhorot (sesuatu
yang membahayakan) pada dirinya dan meninggalkan keringanan dari
Alloh taala serta (meninggalkan) rukhshoh. (Maka meski demikian)
puasanya tetap sah dan mencukupi, karena dia bersungguh-sungguh
(benar-benar melakukannya) dan boleh baginya untuk meninggalkan
rukhshoh (keringan tersebut). Bila dia membebani dirinya (memaksa diri
untuk berpuasa), maka puasanya itu mencukupi (sah), sebagaimana orang
yang sakit yang diberi rukhshoh untuk tidak sholat jumat, tetapi dia
meninggalkan rukhshoh tersebut dengan menghadiri sholat jumat (maka
sholat jumatnya tersebut sah). Demikian pula seperti orang yang
dibolehkan untuk tidak berdiri dalam sholat (karena udzur atau sakit

15

tertentu), apabila dia tetap sholat dengan berdiri (maka sholatnya tersebut
sah)(Al-Mughni, 3/42).
2.2 Penyakit Degeneratif
2.2.1 Definisi Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang tidak menular yang
berlangsung kronis karena kemunduran fungsi organ tubuh akibat proses
penuaan, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kegemukan dan
lainnya. Kontributor utama terjadinya penyakit kronis adalah pola hidup
yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan
dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran
lingkungan.(Adianti H, 2010).
2.2.2 Macam macam Penyakit Degeneneratif
2.2.2.1 Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg. Kondisi ini sering
tanpa gejala. Peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Manifestasi klinis hipertensi mulai dari tidak bergejala sampai
dengan bergejala. Keluhan hipertensi diantaranya adalah sakit/nyeri
kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher kaku, penglihatan
kabur, dan rasa sakit di dada. Keluhan tidak spesifik antara lain adanya
rasa tidak nyaman pada kepala, mudah lelah dan impotensi.
Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Hal
yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Hal yang dapat
dimodifikasi, yaitu:

16

a. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan).


b. Konsumsi alkohol berlebihan.
c. Aktivitas fisik kurang.
d. Kebiasaan merokok.
e. Obesitas.
f. Dislipidemia.
g. Diabetus Melitus.
h. Psikososial dan stres.
Pada pemeriksaan fisik, pasien bisa tampak sehat dan dapat terlihat
sakit ringan-berat, tekanan darah meningkat, nadi tidak normal. Akral dan
pemeriksaan fisik jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi) bisa terjadi
kelainan/tidak. Pada kasus hipertensi dapat juga dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk melihat adanya kemungkinan penyakit lain, seperti
urinalisis (untuk melihat adanya proteinuri atau albuminuria), tes gula
darah, tes kolesterol (profil lipid), ureum kreatinin, funduskopi, EKG dan
foto thoraks.
Diagnosis hipertensi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Adapun klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint
National Committee VII (JNC VII) adalah sebagai berikut:
Klasifikasi

TD Sistolik

TD Diastolik

Normal

< 1 2 0 mmHg

< 80 mm Hg

Pre-Hipertensi

1 2 0 - 139 mmHg

80-89 mmHg

Hipertensi stage -1

1 4 0 - 159 mmHg

80-99 mmHg

Hipertensi stage -2

160 mmHg

100 mmHg

Penatalaksanaan kasus hipertensi dapat dilakukan dengan cara sebagai


berikut:
a. Modifikasi gaya hidup, seperti diet kaya buah, sayuran, produk
rendah lemak dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang
rendah
b. Menurunkan berat badan apabila berat badan berlebih
c. Mengurangi konsumsi garam ( anjuran 1 sendok the garam perhari)

17

d. Melakukan aktivitas fisik teratur seperti jalan cepat selama 30


menit perhari
e. Membatasi konsumsis alcohol
f. Pemberian obat anti hipertensi
Pengobatan hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan

hasil

pengobatan.

Pengobatan

Hipertensi

tanpa

compelling indication :
Hipertensi stage-1
dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, furosemid 2x20-80
mg/hari), atau pemberian penghambat ACE (captopril 2x25-100
mg/hari atau enalapril 1-2 x 2,5-40 mg/hari), penyekat reseptor

beta (atenolol 25-100mg/hari dosis tunggal, penghambat kalsium


Hipertensi stage-2.
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu,
dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik,
tiazid dan penghambat ACE atau antagonis reseptor AII (losartan
1-2 x 25- 100 mg/hari) atau penyekat reseptor beta atau

penghambat kalsium.
Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi
dari masing-masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat
hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali
sehari. (diltiazem extended release 1x180-420 mg/hari, amlodipin
1x2,5-10 mg/hari, atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau
kombinasi. (Kemenkes, 2014)

2.2.2.2 Diabetes Melitus (DM)


Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan
sekresi insulin atau kedua-duanya.
Pasien dengan diabetes mellitus biasanya mengeluh adanya
polifagia, poliuri, polidipsi, dan penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya. Selain itu, kadang juga didapati keluhan tidak khas DM seperti
lemah, kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas), gatal, mata

18

kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita, dan luka
yang sulit sembuh.
Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi 2:
a. DM tipe 1
o DM pada usia muda, < 40 tahun
o Insulin dependent akibat destruksisel:
Immune-mediated
Idiopatik
b. DM tipe 2 (bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin
dengan defisiensi insulin relatif dominan defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin).
Adapun faktor risiko DM tipe 2:
a. Berat badan lebih dan obese (IMT 25 kg/m2)
b. Riwayat penyakit DM di keluarga
c. Mengalami hipertensi (TD 140/90 mmHg atau sedang dalam
terapi hipertensi)
d. Pernah didiagnosis penyakit jantung atau stroke (kardiovaskular)
e. Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan / atau Trigliserida > 250 mg /dL
atau sedang dalam pengobatan dislipidemia
f. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah
didiagnosis DM Gestasional
g. Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
h. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa tergangu) / TGT (Toleransi
i.
j.
k.
l.

Glukosa Terganggu)
Aktifitas jasmani yang kurang
Usia > 45 tahun
Diet tinggi kalori dan lemak
Aktifitas fisik yang kurang

2.3 Korelasi Antara Puasa dengan Kesehatan Secara Umum


Menurut dunia kedokteran, puasa dapat meningkatkan imunitas
tubuh

terhadap

berbagai

penyakit.

Hal

ini

dibuktikan

dengan

meningkatnya fungsi sel limpa dalam memproduksi limfosit T secara


signifikan setelah puasa (Riyad Albiby dan Ahmed Elkadi:84). Puasa
ramadhan tidak akan berbahaya, tapi justru malah memberikan berbagai
macam manfaat, seperti contohnya pada pasien yang menderita diabetes
(Sulimami, dll, 1988:549-552).

19

Menurut Jalal Saour, pada saat puasa, cairan tubuh yang berkurang
akan mengakibatkan menurunnya kerja jantung (heart rate) dan mencegah
terjadinya koagulasi darah, yang menjadi penyebab serius pada penyakit
jantung (Jalal, Riyad, 1990). Selain itu, puasa juga aman dilakukan bagi
pasien yang memiliki gangguan pada pencernaan (missal, ulkus
gaster).Penelitian tersebut dilakukan oleh Muzam MG, li M.N dan Husain,
yang mengobservasi efek puasa ramadhan terhadap asam lambung
(Muzam, 1963:228).
Puasa merupakan suatu metode untuk mendetoksikasi tubuh,
meningkatkan imunitas tubuh, mengistirahatkan kerja organ-organ tubuh ,
membersihkan tubuh dari residu dan zat karsinogenik dari makanan, serta
menyeimbangkan metabolism tubuh dan emosi.
Menurut Elson M. Haas, M.D., seorang direktur Medical Centre of
Marine sejak tahun 1984, puasa (yang didalamnya terdapat unsur
cleansing dan detoksifikasi) merupakan bagian dari trilogy nutrisi,
balancing, dan building (toning). Elson berpendapat bahwa puasa adalah
bagian yang hilang dalam diet dunia barat, yang kebanyakan over
eating.Sehingga beliau menyarankan agar mulai mengatur pola makan
dengan seimbang dan mulai berpuasa. Puasa memiliki beragam manfaat,
diantaranya: purifikasi, peremajaan, istirahat pada organ pencernaan, anti
aging, mengutangi alergi, mengurangi berat badan, detoksifikasi, relaksasi
mental dan emosi, perubahan kebiasan makan menjadi lebih seimbang dan
terkontrol, meningkatkan imunitas tubuh, dan lebih baik lagi jika dalam
pengawasan dokter. Puasa dapat mengobati berbagai penyakit, seperti;
influenza,

bronchitis,

diare,

konstipasi,

alergi

makanan,

asthma,

atersklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, obesitas,


kanker, epilepsy, back pain, sakit mental, angina pectoris dan insomnia
(healthynet).
Di Amerika, terdapat pusat puasa yang bernama Fasting Center
International, Inc yang sudah berdiri sejak 35 tahun yang lalu dengan
direktur Dennis Paulson. Pusat puasa tersebut bahkan didatangi oleh
pasien dari 220 negara.Adapun yang direkomendasikan, yaitu; program

20

penurunan berat badan, mengeluarkan toksin tubuh, dan puasa untuk


memperbaiki

energy,

kesehatan

mental,

kesehatan

fisik

serta

meningkatkan kualitas hidup.


Berikut ini adalah kutipan dari Ash-Shawi mengenai penelitian
beberapa ilmuwan tentang puasa:
1. Puasa dapat menurunkan produksi hormone pemicu stress. Penelitian
ini dilakukan oleh dr Sabah al-Baqir dan sejawat dari FK Universitas
King Saud. Dilakukan studi terhadap hormone prolaktin, insulin dan
kortisol pada tujuh orang laki-laki yang berpuasa sebagai sampel.
Hasilnya adalah tidak ada perubahan yang signifikam pada level
kortisol, prolaktin dan insulin. Hal ini menunjukkan bahwa puasa
ramadhan bukan sesuatu yang memberatkan dan tidak mengakibatkan
tekanan mental dan saraf. Penelitian ini menunjukkan peningkatannya
terjadi pada perbedaan waktu saja. Bila pada hari tidak puasa,
prolaktin mengalami kenaikan tertinggi pada pukul 16.00 sedangkan
pada bulan Ramadhan mengalami puncaknya pada pukul 21,00 dan
menurun hingga mencapai batas terendahnya pada pukul 04.00.
Sementara insulin meningkat pada pukul 16.00, sedang pada bulan
Ramadhan pukul 21.00 dan menurun sampai batas terendah pada
pukul 16.00. Adapun kortisol pada hari biasa mencapai puncaknya
pada pukul 09.00, menurun pada pukul 21.00, sementara pada bulan
Ramadhan tidak ada perubahan berarti.
2. Puasa dapat meningkatkan imunitas tubuh. Penelitian ini dilakukan
oleh dr Ahmad al-Qadhi dan dr. Riyadh bersama rekannya di Amerika.
Dilakukan tes laboratorium pada sejumlah sukarelawan yang berpuasa
selama bulan Ramadhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatakn hingga sepuluh kali lipat pada indikator fungsional sel
limfosit, walaupun jumlah keseluruhannya tidak berubah. Akan
tetapiprosentasi sel limfosit T mengalami kenaikan yang pesat.
3. Puasa aman bagi penderita diabetes sejauh dilakukan dengan
kesadaran dan kontrol makanan serta obat-obatan. Penelitian ini
dilakukan oleh dr. Riyadh Sulaiman dan kawan-kawan pada tahun
1990 dari RS Universitas King Khalid, Riyadh Saudi. Dilakukan

21

penelitian pengaruh puasa terhaddap 47 penderita diabetes mellitus


tipe II dan sejumlah orang sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
puasa ramadhan tidak mengkibatkan penurunan berat badan yang
signifikan. Tidak ada pengaruh apapun yang berarti pada kontrol
penyakit diabetes di kalangan penderita.
4. Dr. Muhammad Munib dan kawan-kawan dari Turki juga melakukan
sebuah penelitian terhadap seratus koresponden muslim. Sampel darah
mereka diambil sebelum dan di akhir bulan Ramadhan, untuk
dianalisis dan diukur kandungan protein, total lipid, lemak fosfat,
FFA, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, trigliserol dan unsurunsur pembentuk darah lainnya. Ditemukan penurunan umum pada
kadar glukosa dan triacygliserol pada orang yang berpuasa, terjadi
penurunan pasial dan ringan pada berat badan, tidak terlihat adanya
aseton dalam urin, baik dalam awal maupun akhir puasa, sebab
sebelum puasa ramadhan. Kenyataan ini menegaskan tidak adanya
pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama bulan
puasa (Ash-Shawi 2006; 85-86).
Sejak dahulu kala, puasa dipakai sebagai pengobatan yang terbaik,
seperti kata Plato bahwa puasa dapat mengobati penyakit fisik dan mental.
Philippus Paracelsus mengatakan bahwa, fasting is the greatest remedy
the physician within!.Oleh karena itu puasa dapat dilakukan untuk
pencegahan dan penyembuhan penyakit. Menurut Ash-Shawi secara
ringkas terdapat perbedaan dan persamaan puasa yang dilakukan untuk
pengobatan dan puasa Islam, yaitu:
1. Puasa dalam Islam dilakukan di waktu yang sudah ditentukan, misalnya
pada bulan Ramadhan dan puasa Sunah. Sedangkan puasa medis dilakukan
pada waktu tidak tertentu, tergantung kesadaran pasiean atau anjuran
dokter, yang bisanya dalam pengawasan dokter.
2. Puasa medis biasanya dengan pantangan beberapa zat makanan, tergantung
tujuan pengobatannya. Sedangkan puasa Islam tidak ada pantangan
makanan, namun seimbang antara energy, protein, vitamin dan mineral.
3. Puasa Islam dilakukan dengan hati yang senang sesuai dengan janji Allah
bahwa puasa yang umat Islam lakukan akan membawa dua kegembiraan.

22

Namun puasa medis biasanya membuat pasien agak tertekan karena bahan
makanan yang dipantang sampai batas waktu yang ditentukan dokter.
4. Puasa Islam dilakukan oleh orang yang sehat, sedangkan pada kondisi
tertentu puasa diberikan keringanan, terutama pada wanita hamil,
menyusui, orang tua yang sudah tidak kuat lagi melaksanakan puasa. Pada
puasa medis biasanya dilakukan karena petunjuk dokter pada seseorang
yang mengalami kelainan medis tertentu (Ash-Shawi, 2006).
2.4 Korelasi Antara Puasa dengan Kesehatan Mental
Ditinjau secara ilmiyah, puasa dapat memberikan kesehatan
jasmani maupun ruhani. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian
yang dilakukan para pakar. Penelitian Nicolayev, seorang guru besar yang
bekerja pada lembaga psikiatri Moskow (the Moskow PsychiatricInstitute),
mencobamenyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Dalam
usahanya itu, ia menterapi pasien sakit jiwa dengan menggunakan puasa
selama 30 hari. Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen dengan
membagi subjek menjadi dua kelompok sama besar, baik usia maupun
berat ringannya penyakit yang diderita. Kelompok pertama diberi
pengobatan dengan ramuan obat-obatan.Sedangkan kelompok kedua
diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompok tadi dipantau
perkembangan fisik dan mentalnya dengan tes-tes psikologis.Dari
eksperimen tersebut diperoleh hasil yang sangat bagus, yaitu banyak
pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi medik, ternyata bisa
disembuhkan dengan puasa.Selain itu kemungkinan pasien tidak kambuh
lagi selama 6 tahun kemudian ternyata tinggi. Lebih dari separuh pasien
tetap sehat.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Alan Cott terhadap pasien
gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York juga menemukan
hasil sejalan dengan penelitian Nicolayev.Pasien sakit jiwa ternyata bisa
sembuh dengan terapi puasa.Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan,
dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa
rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa. Percobaan psikologi
membuktikan bahwa puasa mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang.

23

Hal ini dikaitkan dengan prestasi belajarnya. Ternyata orang-orang yang


rajin berpuasa dalam tugas-tugas kolektif memperoleh skor jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.Di samping hasil
penelitian di atas, puasa juga memberi pengaruh yang besar bagi penderita
gangguan kejiwaan, seperti insomnia, yaitu gangguan mental yang
berhubungan dengan tidur.Penderita penyakit ini sukar tidur, namun
dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata penyakitnya
dapat dikurangi bahkan dapat sembuh. Dari segi sosial, puasa juga
memberikan sumbangan yang cukup besar.Hal ini dapat dilihat dari
kendala-kendala yang timbul di dunia.Di dunia ini ada ancaman
kemiskinan yang melanda dunia ketiga khususnya. Hal ini menimbulkan
beban mental bagi sebagian anggota masyarakat di negara-negara yang
telah menikmati kemajuan di segala bidang.Menanggapi kemiskinan di
dunia ketiga, maka di Amerika muncul gerakan Hunger Project.Gerakan
ini lebih bersifat sosial, yaitu setiap satu minggu sekali atau satu bulan
sekali mereka tidak diperbolehkan makan. Uang yang semestinya
digunakan untuk makan tersebut diambil sebagai dana untuk menolong
mereka yang miskin (Ancok, 1995:57).
Apabila hal di atas dikaitkan dengan dakwah Islam, maka dengan
tujuan amal ibadah, puasa yang kita lakukan mempunyai aspek sosial juga,
yaitu selama satu bulan kita menyisihkan uang yang biasa kita belanjakan
pada hal-hal yang kurang bermanfaat, misalnya Rp. 2000,-/hari, maka
dalam satu bulan akan terkumpul sebanyak Rp. 60.000,- untuk satu orang.
Apabila seluruh umat Islam di Indonesia berpuasa, maka berapa banyak
uang yang terkumpul dengan metode ini?Dan kemudian uang tersebut
digunakan untuk santunan sosial.Ibadah puasa yang dikerjakan bukan
karena iman kepada Allah biasanya menjadikan puasa itu hanya akan
menyiksa diri saja. Adapun puasa yang dikerjakan sesuai ajaran Islam,
akanmendatangkan keuntungan ganda, antara lain: ketenangan jiwa,
menghilangkan kekusutan pikiran, menghilangkan ketergantungan jasmani
dan rohani terhadap kebutuhan-kebutuhan lahiriyah saja.

24

Menurut Hawari (1995:251), puasa sebagai pengendalian diri (self


control). Pengendalian diri adalah salah satu ciri utama bagi jiwa yang
sehat. Dan amnakala pengendalian diri seseorang terganggu, maka akan
timbul berbagai reaksi patologik(kelainan) baik dalam alam pikiran,
perasaan, dan perilaku yang bersangkutan. Reaksi patologik yang muncul
tidak saja menimbulkan keluhan subyektif pada diri sendiri, tetapi juga
dapat mengganggu lingkungan dan juga orang lain.
2.5 Teknis Puasa Pada Pasien Degeneratif
Selama melaksanakan puasa, kita akan memiliki dua waktu makan,
yaitu di saat berbuka puasa dan di saat sahur dan selama puasa akan terjadi
perubahan pola makan/minum dan pemberian obat-obatan. Berikut ada
beberapa panduan minum obat ketika puasa:

Obat dengan aturan tiga kali sehari. Meminum obat tersebut pada waktu
sahur, pada waktu berbuka dan pada waktu sebelum tidur (sekitar jam 10

malam).
Obat dengan aturan pakai dua kali sehari. Meminum obat tersebut pada
saat sahur dan saat berbuka. Kecuali obat-obatan untuk pengobatan maag
(golongan H2 bloker), seperti

Ranitidin, Cimetidin, dan Famotidin

sebaiknya diminum menjelang tidur dan sebelum makan sahur. Kadar


asam lambung paling tinggi terjadi pada saat dini hari, maka baiknya

diminum malam hari untuk menghindarinya.


Obat dengan aturan pakai satu kali sehari. Obat boleh dimimum pada saat
buka atau saat sahur, yang penting harus tetap waktunya, misalkan
diminum waktu buka maka berikutnya juga pada waktu berbuka.

2.5.1

Teknis Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus (DM)


Mengingat

(hipoglikemia,

risiko

pasien

hiperglikemia,

diabetes

ketoasidosis

saat

menjalankan

diabetikum,

dehidrasi

puasa
dan

thrombosis) sangat diperlukan pengelolaan yang baik. American Diabetes


Association (ADA) pada tahun 2005 mengeluarkan rekomendasi manajemen
puasa pada pasien diabetes yang telah diperbaharui pada tahun 2010. Lima hal
penting dalam pengelolaan pasien diabetes yang menjalankan puasa, yakni:

25

1)
2)
3)
4)

manajemen bersifat individual;


pemantauan kadar glukosa darah secara teratur;
nutrisi tidak boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian;
olahraga tidak boleh berlebihan. Sholat tarawih (sholat dengan jumlah
rakaat cukup banyak) setiap malam di bulan Ramadhan, dapat

dipertimbangkan sebagai bagian dari olahraga yang dianjurkan; dan


5) membatalkan puasa. Pasien harus selalu diajari agar segera membatalkan
puasa jika terdapat gejala hipoglikemia atau bila dalam kondisi
hiperglikemia.
Puasa tetap boleh dilaksanakan oleh penderita diabetes mellitus (DM)
dengan kriteria sebagai berikut :
Penderita DM tipe-1 (diabetes karena kurangnya produksi insulin) yang
stabil atau terkendali dengan perencanaan makan dan olah raga.
Penderita DM tipe-2 (diabetes akibat kurang sensitifnya jaringan tubuh
terhadap insulin) dengan berat badan lebih serta kontrol yang baik dan
pengawasan glukosa darah secara ketat.
Penderita DM yang mendapat suntikan insulin satu kali per hari.
Sedangkan yang tidak dianjurkan puasa antara lain :
Penderita DM dengan kadar gula yang tinggi sekali atau tidak stabil.
Penderita DM yang tidak mengikuti diet, pemakaian obat dan pengaturan
aktivitas.
Penderita tipe-1 dan tipe-2 dengan kontrol yang buruk.
Penderita DM yang disertai komplikasi jantung, ginjal dan hati (karena
kekurangan cairan dapat semakin membahayakan kerja organ-organ
penting tersebut).
Penderita DM yang mendapatkan suntikan insulin dua kali sehari atau
lebih.

Ketika pasien diabetes melitus melaksanakan puasa akan terjadi


perubahan pola makan, pola minum, dan tentunya perubahan pola pemberian
obat-obatan. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik seumur hidup
maka perlu penatalaksanaan. Pasien diabetes yang berpuasa berisiko memilik
efek samping seperti hipoglikemi, hiperglikemi dengan atau ketoasidosis dan
dehidrasi sehingga pengetahuan tata kelola yang baik sangat diperlukan. Studi

26

Epidemiology of Diabetes and Ramadhan (EPIDIAR) yang meneliti 12.243


pasien diabetes dari 13 negara Islam mendapatkan 43% pasien diabetes
melitus tipe I dan 79% pasien diabetes melitus tipe 2. Diperkirakan terdapat
40-50 juta orang dengan diabetes di seluruh dunia yang menajalani puasa
ramadhan setiap tahunnya. Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir
untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik
ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu:

Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal


Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes,

yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah

pendekatan

dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus


dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan
olahraga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum
tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi
insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.
Bersamaan dengan itu, apa pun langkah penatalaksanaan yang diambil, satu
faktor yang tak boleh ditinggalkan adalah penyuluhan atau konseling pada
penderita diabetes oleh para praktisi kesehatan, baik dokter, apoteker, ahli gizi
maupun tenaga medis lainnya.
Penggolongan obat hipoglikemik oral berdasarkan mekanisme
kerjanya dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemi

golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin)


Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan
tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin

secara lebih efektif


Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor -glukosidase yang
bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk

27

mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia).


Disebut juga starch-blocker.
Bahwa selama puasa terjadi perubahan pola makan/minum dan
pemberian obat-obatan. Risiko yang terjadi pada pasien diabetes mellitus yaitu
hipoglikemi, hiperglikemi, dan yang paling ditakutkan ialah ketoasidosis. Gula
darah diperlukan tubuh sebagai sumber energi terutama bagi organ-organ
penting, seperti otak, otot, syarah, sel darah, dll. Sumber gula diperoleh dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi dan dari cadangan simpanan dari
hati, lemak, dan otot. Pada orang normal dan diabetesi yang gula darahnya
tidak terlalu tinggi sumber energi selama berpuasa diperoleh dari cadangan
gula dari hati yang cukup digunakan untuk menjalankan puasa selama kurang
lebih 12 jam. Pada pasien diabetes yang gula darahnya tinggi menyebabkan
sumber energi dari hati tidak tercukupi sehingga lebih cepat dipergunakan
cadangan energi dari lemak dan otot. Penggunaan energi dari lemak
menghasilkan keton (ketoasidosis) yang dalam jumlah besar merupakan racun
dalam tubuh.
Pasien diabetes yang aman berpuasa ialah yang kadar gula darahnya
terkontrol (gula darah puasa 80 -126 mg/dl, 2 jam setelah makan 80-180
mg/dl), tidak menggunakan suntikan insulin lebih dari 2x sehari, faal hati dan
ginjal kondisi baik, tidak ada gangguan pembuluh darah otak dan jantung,
cadangan lemak tubuh tercukupi, tidak ada kelainan hormonal, dan tidak
dalam kondisi demam tinggi. Pasien diabetes yang sebaiknya tidak berpuasa
ialah diabetesi tipe 1 atau 2 yang gula darahnya tidak terkendali, diabetesi
yang pernah mengalami koma ketoasidosis, diabetesi usia lanjut yang
diperkirakan sulit memahami komplikasi yang mungkin timbul, diabetesi
dengan penyakit lain yang berat, diabetesi yang pernah mengalami lebih dari 2
kali episode hipoglikemia/hiperglikemia selama ramadhan, diabetes yang
sedang hamil.
Tata laksana pada pasien diabetes melitus yang berpuasa ialah bersifat
individual, pemantauan kadar glukosa darah secara teratur ketika berbuka dan
sahur, nutrisi tidak boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian, olahraga tidak

28

boleh berlebihan, pasien harus tahu kapan membatalkan puasa ketika tejadi
gejala hipoglikemi atau kondisi hiperglikemi. Pasien diabetes juga harus bisa
mengatur pola makan agar jumlah energi ketika waktu puasa sama dengan
kondisi tidak puasa, perlu juga pengaturan pola makan serta obat-obatan.
Pengaturan pola makan yaitu:

buka puasa : 50% kebutuhan energi sehari ketika sebelum sholat Maghrib
memakan makanan ringan (10%) dan sesudah sholat Maghrib memakan

makanan utama (40%)


sesudah sholat tarawih memakan makanan ringan (10%)
sahur memakan makanan utama (40%)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien DM usia lanjut cenderung

dehidrasi sehingga perlu banyak minum air putih, selain itu waspada terhadap
hipoglikemi dan ketoasidosis serta mengetahui tanda-tandanya. Tanda-tanda
dari hipoglikemi ialah berkeringat, gelisah, gemetar, berdebar, lidah
kesemutan, penglihatan ganda, bingung, bila berlanjut kejang dan pingsan,
dan pemeriksaan gula darah kurang 60 mg/dl. Sedangkan tanda-tanda
ketoasidosis ialah lemas, sakit perut, mual, muntah, pusing, gelisah, kram otot,
nafas berbau aseton, kesadaran menurun. Mengatasi hipoglikemi pada saat
pasien puasa dengan DM yaitu segera berbuka, minum air gula/manis, dan
berhenti minum obat diabetes.
Perubahan jadwal dan dosis obat tablet dan Insulin untuk pasien
diabetes:

Golongan Biguanid, contohnya Metformin ketika kondisi tidak puasa


aturan pakainya 3 x 500 mg sehari, namun kondisi berpuasa 500 mg

diminum ketika sesudah sahur dan 1500 mg ketika sesudah berbuka puasa.
Golongan Tiazolindion dan Pioglitazone ketika kondisi tidak puasa 1 x
sehari dan kondisi berpuasa tidak ada perubahan dosis, obat diminum pada

saat berbuka.
Golongan Sulfonilurea (SU), contohnya Glibenclamid, Glimepirid yang
merupakan obat yang paling banyak diresepkan oleh dokter sebaiknya
tidak direkomendasikan pada pasien diabetes mellitus yang berpuasa
karena efek hipoglikemi. Namun jika terpaksa diresepkan obat golongan

29

ini maka sifatnya individualis dan ada peringatan hipoglikemi agar pasien
hafal dan ingat tanda-tandanya. Pemakaian SU yaitu 1 x sehari diminum
ketika berbuka puasa sebelum makan besar. Untuk SU yang diminum 2 x
sehari ketika berbuka puasa dan ketika sahur dengan setengah dosisnya.
Sedangkan SU yang diminum 3 x sehari dikurangi aturan minumnya

menjadi seperti yang 2 x sehari.


Golongan Glinid, contohnya Repaglinide 4 mg ketika tidak berpuasa
aturan pakainya 2 x sehari. Namun ketika berpuasa tidak ada perubahan

dosis hanya saja obat diminum pada saat berbuka dan sahur.
Golongan DPP4 Inhibitor contohnya Sitegliptin 100 mg ketika tidak
berpuasa aturan pakainya 1 x sehari. Namun ketika berpuasa tidak ada
perubahan dosis hanya saja obat diminum pada saat berbuka dan kurangi
dosis jika dikombinasi dengan SU. Pasien dengan Insulin ketika tidak
berpuasa aturan pakainya 1 x sehari pada pagi hari. Namun ketika

berpuasa Insulin disuntikkan 1 x sehari pada saat setelah berbuka puasa.


Penggunaan Insulin yang aturan pakainya 1 x sehari pada malam hari
ketika tidak puasa, namun ketika puasa disuntikkan 1 x sehari pada malam
hari seperti biasa. Penggunaan Insulin yang aturan pakainya 2 x sehari
pada pagi hari sebelum sarapan pagi dan sebelum makan malam ketika
tidak puasa, namun ketika puasa disuntikkan sesaat setelah berbuka puasa,
dosis mungkin dikurangi sepertiga nya. Insulin sore disuntikkan sebelum
sahur dan dosis dikurangi setengahnya (Hafid, dkk. 2015).

Tabel 2.1. Rekomendasi perubahan regimen terapi pada pasien diabetes tipe 2 yang
menjalankan puasa

30

2.5.3

Teknis Puasa Pada Pasien Hipertensi


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang penderita hipertensi

yang ingin berpuasa, antara lain :


Rutin memeriksa tekanan darah minimal dua kali sehari selama berpuasa
yaitu pada pagi hari sekitar pukul 7 dan malam hari setelah shalat tarawih.
Dianjurkan untuk memiliki alat ukur tekanan darah atau tensimeter di
rumah (untuk lebih memudahkan bisa dipilih tensimeter digital).
Selama berpuasa, hendaknya menjaga supaya tekanan darah tetap di

bawah 140/90 mmHg. Pada batas itu, insyaAllah aman berpuasa.


Pasien hipertensi ringan sampai sedang dengan dengan kelebihan
berat badan ataupun tidak dianjurkan untuk tetap berpuasa, karena
puasa dapat membantu menurunkan tekanan darah. Disarankan obat
hipertensi diminum saat makan sahur sehingga obat tersebut dapat
mengendalikan tekanan darah selama beraktivitas disiang hari. Riset
menunjukkan bahwa tekanan darah mencapai angka paling tinggi
pada pukul 9-11 pagi dan paling renadag pada malam hari setelah

31

tidur. Perlu hati-hati jika obat anti hipertensi diminum malam hari
karena mungkin terjadi penurunan tekanan darag yang berlebihan
pada saat tidur. Pasien dengan pengobatab menggunakn diuretic,
maka dosis diuretic harus dikurangi untuk menghindari terjadinya
dehidrasi. Untuk pasien dengan tekanan darah tinggi berat dan
penyakit jantung yang berat dianjurkan untuk tidak berpuasa (Hafid,
dkk. 2015).
Dalam Saudi Hypertension Management Guidelines tahun 2011, berikut
ini hal-hal yang dapat direkomendasikan untuk pasien hipertensi yang
menjalankan ibadah puasa Ramadhan:
1) manajemen berisifat individual;
2) pasien harus di edukasi agar tetap teratur menjalani terapi baik dengan
obat maupun non-farmakologis;
3) diuretik sebaiknya dihindari, atau dosis diturunkan dan diberikan setelah
ifthar
4) pasien perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa untuk
kemungkinan penyesuaian dosis;
5) terapi sekali sehari dengan preparat kerja panjang sangat dianjurkan;
6) pasien tetap diedukasi untuk mengonsumsi diet rendah garam dan rendah
lemak dengan mengadopsi DASH diet, dimana konsumsi garam harus
dibatasi menjadi 6 gr/hari (setara dengan satu sendok teh) ;
7) pasien dengan hipertensi yang sulit dikendalikan, dianjurkan agar tidak
berpuasa hingga tekanan darahnya dapat terkendali; dan
8) krisis hipertensi harus ditatalaksana segera dan tidak dianjurkan untuk
berpuasa.

BAB III
PEMBAHASAN

32

Sejak dahulu kala, puasa dipakai sebagai pengobatan yang terbaik, bahkan
Philippus Paracelsus mengatakan bahwa, fasting is the greatest remedy the
physician within!. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa
puasa dapat menurunkan produksi hormon pemicu stres, meningkatkan imunitas
tubuh, aman bagi penderita diabetes, dan tidak mengakibatkan diproduksinya zatzat keton yang berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu puasa dapat dilakukan untuk
pencegahan dan penyembuhan penyakit.
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi setiap umat
muslim. Adapun beberapa syarat wajib penunaian puasa, yaitu: sehat (tidak dalam
keadaan sakit), menetap, serta suci dan haid dan nifas. Dalam kaitannya dengan
ibadah wajib puasa di bulan Ramadhan, maka orang yang sakit dikategorikan
dalam dua keadaan. Pertama, orang sakit yang tidak mampu berpuasa sama sekali,
maka berbuka atau tidak berpuasa baginya adalah wajib. Kedua, orang sakit yang
masih mampu berpuasa, tetapi bisa membahayakan sakitnya atau sangat
memberatkan dirinya apabila berpuasa. Dalam keadaan seperti ini, disunnahkan
baginya untuk berbuka atau tidak berpuasa. Hal ini juga berlaku pada pasien yang
menderita penyakit degeneratif, contohnya diabetes mellitus. Pada orang yang
menderita diabetes militus aman untuk melakukan puasa akan tetapi perlu
dikontrol asupan makanan juga dalam pengawasan dokter. Puasa aman bagi
penderita diabetes sejauh dilakukan dengan kesadaran dan kontrol makanan serta
obat-obatan. Penelitian yang membuktikan bahwa puasa aman dilakukan
penderita diabetes dilakukan oleh dr. Riyadh Sulaiman dan kawan-kawan pada
tahun 1990 dari RS Universitas King Khalid, Riyadh Saudi. Dilakukan penelitian
pengaruh puasa terhaddap 47 penderita diabetes mellitus tipe II dan sejumlah
orang sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puasa ramadhan tidak
mengkibatkan penurunan berat badan yang signifikan. Tidak ada pengaruh apapun
yang berarti pada kontrol penyakit diabetes di kalangan penderita. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya puasa yang dilakukan pada pasien penyakit
degenatif tidak berbahaya dilakukan asalkan kondisinya memungkinkan untuk
puasa, dan pelaksanaan puasa dalam pengawasan dokter.

33

Daftar Pustaka
Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani. 2010. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Pola Kematian pada Penyakit Degeneratif di

34

Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 13 No. 1 Januari


2010: 4253
Ancok, Djamaluddin dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusi Islam
atas Problem Psikologi , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi
Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Daradjat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung
Agung, 1994.
Fromm, Erich, Masyarakat yang Sehat (the Sane Society) terjemah, Thomas
Bambang Murtianto, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995.
Hafid, dkk. 2015. Majalah Kesehatan Muslim, Prima Saat Ramadhan.
Yogyakarta: Pustaka Muslim
Hawari, Dadang, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: Bina Bhakti Prima Yasa, 1995.
Hypertension during Ramadhan and hajj. Guidelines for management of
hypertension in primary care settings and outpatient clinics in the kingdom
of Bahrain., Ministry of Health, Health Promotion Council, Bahrain; 2008:
p.35-6.
Kementrian Kesehatan Repuplik Indonesia. 2014. PMK No. 5 tentang Panduan
Praktik Klinis Dokter di FASYANKES Primer.
Langgulung, Hasan, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka al-Husna,
1986.
Moede, Nagarsyah, Hikmah Puasa Bagi Umat Islam Menurut al-Qur'an dan
Hadis, Bandung: Marjan, 1990.
MUI DKI Jakarta, Tuntunan Ibadah di Bulan Ramadhan, Jakarta: MUI DKI
Jakarta, 2006.
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus Direktorat Bina Farmasi
Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai