Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap ibadah yang disyariatkan Allah kepada umat manusia pasti

mengandung makna. Makna yang dimaksud adalah manfaat yang kembali

kepada orang yang melakukannya, apakah itu manfaat langsung maupun

tidak langsung, apakah itu manfaat didunia maupun akhirat. Dan Allah

Yang Maha Tahu manfaat apa yang dibutuhkan manusia; bukan dari

kacamata manusia itu sendiri. Sebab, kadang kala keinginan manusia tidak

selalu sama dengan apa yang Allah timpakan kepadanya. Sehingga,

manfaat menurut manusia belum tentu sama dengan manfaat dalam

pandangan Allah. Oleh karena itu, di dalam syariat pasti ada manfaat, di

setiap sesuatu yang bermanfaat (tentu dalam kacamata manusia) belum

tentu hal tersebut sesuai syariah.1

Hubungan antara ibadah dengan iman sangat erat dan antara satu

sama lain tidak dapat dipisahkan. Ibadah merupakan amal saleh,

sedangkan amal saleh merupakan implementasi dari iman kepada Allah

SWT. Al qur’an banyak menyebutkan orang-orang beriman berbarengan

1
Miftah Faridl, Puasa Ibadah Kaya Makna, (Jakarta:Gema Insani, 2007), hlm.1

1
2

dengan orang yang beramal saleh, misalnya antara lain disebutkan dalam

surat al-Ashr ayat 1-3:2





Demi masa, sesungguhnya manusia itudalam kerugian,


kecuali orang-orang beriman yang beramal saleh dan nasehat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran (QS. 103: 1-3)3

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang beriman tetapi tidak

mengerjakan amal saleh belum dapat disebut sebagai seorang mukmin

yang sempurna. Demikian juga sebaliknya, karena amal saleh termasuk

didalamnya ibadah khusus, merupakan implementasi dari iman itu

sendiri.4

Memang diantara sekian banyak ibadah yang diperintahkan Allah

untuk dilaksanakan manusia, ibadah puasa menempati kedudukan yang

tesendiri. Karena mempunyai kedudukan yang tersendiri ini maka

dikatakan puasa merupakan ibadah yang kaya makna maupun hikmah

yang terkandung didalamnya.5

Pada umumnya shiyam atau berpuasa itu berarti menahan. Firman

Allah dalam surat Maryam ayat 26:

2
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: HidakaryaAgung, 2004), hlm. 917
3
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya,
(Madinah: Mujamma’ al Malik Fahd li Thiba’at al Mushhaf, 1971), hlm.1099
4
A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),
hlm.9
5
Miftah Faridl. Op cit, hlm. X
3




" Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika
kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya
Aku Telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah,
Maka Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada
hari ini".(Q.S.Maryam: 26)6

Maksudnya ialah menahan diri dari berbicara.7

Sedangkan menurut syara’ ialah menahan diri dari makan, minum,

jima’ dan lain-lain yang dituntut oleh syara’ di siang hari menurut cara

yang disyariatkan. Atau menahan diri dari makan, minum dan jima’ dari

terbit fajar sampai terbenam matahari, karena mengharap pahala dari

Allah.

Allah SWT. memerintahkan kaum muslimin yang telah berumur

serta sanggup, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda,

mengerjakan puasa di bulan Ramadhan yang dianggap sebagai bulan

latihan jiwa manusia.8 Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat

183:





6
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Qur’an, Op. cit. hlm. 465
7
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, (Bandung, Al Maarif, 1978), hlm.194
8
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra. 2011), hlm. 161
4

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)9
Dalam islam tidak ada ibadah yang diperintahkan Allah SWT yang

tidak mengandung hikmah. Puasa sebagai ibadah menahan makan minum

serta hubungan seksual dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT, mengandung hikmah bagi yang melaksanakannya. Hikmah

bukanlah tujuan utama dari ibadah puasa, melainkan tujuan sampingan

yang secara langsung atau tidak dapat diterima oleh pelakunya.

Ibadah puasa menurut Zakiah Daradjat, mengandung hikmah

terhadap rohani dan jasmani manusia. Hikmahnya terhadap rohani antara

lain ialah melatih rohani agar disiplin mengendalikan dan mengontrol

hawa nafsu agar tidak semena-mena memunculkan keinginannya. Puasa

mengekang hawa nafsu dengan mengharaman memakan dan meminum

harta miliknya yang tersedia serta menggauli istrinya yang sah di siang

hari mekipun nafsunya sudah bergelora untuk menikmatinya. Sebab bila

nafsu dibebaskan tanpa kendali manusia akan menjadi budak hawa nafsu

itu sendiri, bila hal itu terjadi maka rohani manusia akan hancur.10

Orang puasa yang tidak dapat meninggalkan kebatilan dan

kebohongan berarti tidak menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak pula

memanifestasikan apa yang diperintahkan Allah.

9
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha putra, 1998), hlm.
53
10
A. RahmanRitonga dan Zainuddin, op.cit, hlm. 153
5

Puasa yang diperintahkan Allah kepada kita sebenarnya bertujuan

untuk kemaslahatan (kebaikan dan kepentingan) kita. Puasa dalam konsep

inilah yang mampu mencegah kita dari segala macam kenistaan sekaligus

memperkokoh tekad kita untuk memerangi hawa nafsu.

Hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa sebenarnya tidak

kembali kepada Allah, karena Allah sama sekali tidak butuh terhadap apa

dan siapa pun, tetapi hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa ini

kembali pada kemaslahatan sosial (orang banyak; orang yang menjalankan

puasa itu sendiri dan orang-orang yang berada di sekitarnya).11

Puasa akan menjadikannya merasa bertanggung jawab atas semua

perbuatannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sebab, pada

akhirnya ia akan mengetahui bahwa disana ada AIlah Yang Maha Esa,

Pemillik alam ini, yang akan menanyakan segala hal yang telah dikerjakan

dan dilalaikannya, dan mengetahui semua yang dirahasiakan ataupun

dilakukan secara terang-terangan. Dari sini, semakin jelaslah kebenaran

hadits yang disampaikan Rasulullah yang diriwayatkan dari Rabbnya.12

Korelasi antara puasa dengan ketakwaan terlihat dari empat aspek

sebagaimana yang dikemukakan Dr. Ali Abdul Wafi dalam bukunya

Buhuts fi Al-Islam.

Aspek pertama, puasa menuntut orang yang menjalankannya untuk

menahan diri dari hasrat-hasrat biologis kebutuhan vital tubuh demi

11
Muhammad Ibrahim Salim, The Miracle Of Shaum, (Jakarta: Amzah, 2007), Hlm. 21
12
Hasan bin Ahmad Hammam et.al., Berobatlah dengan Puasa dan Sedekah, (Solo:
Aqwam, 2010), hlm. 43
6

mengimplementasikan perintah Allah SWT dan mendekatkan diri

(taqarrub) kepada-Nya.

Aspek kedua, puasa tercermin dalam hal-hal negatif yang hanya

diketahui Allah, tidak terlihat oleh orang lain. Dengan demikian, orang

yang berpuasa ini benar-benar tulus demi mencari ridla Allah SWT tanpa

dikotori noda-noda riya (pamer).

Aspek ketiga, karena mencakup menahan diri dari makanan dan

minuman, maka puasa dapat menurunkan kekuatan tubuh sekaligus

melemahkan pengaruh kekuatan ini pada diri seorang hamba.

Aspek keempat, puasa melatih keinginan untuk menguasai hasrat

dan hawa nafsu, sehingga seseorang mendapatkan kekuatan kekebalan

terhadap hasrat dan hawa nafsu ini pada bulan-bulan yang lain.13

Puasa dalam Islam mempunyai ketentuan dan aturan yang ketat

dan akurat, disamping mempunyai kaitan erat dengan gerakan alam.

Dimulai sejak menjelang terbitnya matahari sampai terbenamnya di waktu

sore hari.14 Pada saat berpuasa itulah banyak terdapat hikmah yang didapat

oleh orang yang melakukan puasa baik untuk badan maupun jiwanya. Dari

latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih jauh dan

mengkaji secara ilmiah tentang Studi Analisis tentang Hikmah Puasa

Ditinjau dari Hukum Islam dan Kesehatan.

13
Ibid, hlm. 110
14
Imam Musbikin, Rahasia Puasa bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2007), hlm. 77
7

B. Penegasan Judul

Dalam penelitian ini, penulis memberikan penegasan istilah, maka

penulis mencoba menegaskan judul ini:

Studi : pelajaran; menggunakan waktu dan pikiran untuk

memperoleh ilmu pengetahuan.15

Analisis : penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb)

untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana duduk

perkaranya dsb.16

Tentang : tepat (lurus) diatas.17

Hikmah : hikmah, kebijaksanaan.18

Puasa : menahan, mengekang.19

Tinjau : memeriksa (untuk mempelajari dsb).20

Dari :tentang; mengenai.21

Hukum : patokan yang tertentu.22

15
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Intan Pariwara,
2011), hlm. 1147
16
Ibid, hlm. 37
17
Ibid, hlm. 1250
18
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 287
19
Op. cit, hlm. 804
20
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2009), hlm. 1281
21
Ibid, hlm. 266
22
Ibid, hlm. 359
8

Islam : agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

berpedoman pada kitab suci Al Qur’an yang diturunkan ke

dunia melaui wahyu Allah SWT.23

Dan : kata yang menghubungkan dua kata.24

Sehat : dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-

bagiannya.25

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi pokok

permasalahan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana hikmah puasa bagi rohani ?

2. Bagaiamana hikmah puasa bagi kesehatan jasmani ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, penulisan ini mempunyai

tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja hikmah puasa bagi rohani.

2. Untuk mengetahui bagaimana hikmah puasa bagi kesehatan jasmani

23
Ibid, hlm.388
24
Ibid, hlm. 261
25
Ibid, hlm. 1051
9

E. Kajian Pustaka

Dalam penelitian yang penulis lakukan agar mendapatkan data-data

yang lengkap sebagai bahan penelitian, maka penulis terlebih dahulu

mencari bahan yang berhubungan dengan permasalahn yang dikaji oleh

penulis seperti kamus besar bahasa Indonesia, buku-buku yang mengkaji

tentang judul yang dikaji, kitab dan terjemahannya dan data-data lain yang

sekiranya dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Puasa Sehat Fisik dan Psikis (Studi Kritis terhadap buku Rahasia

Puasa bagi Kesehatan Fisik dan Psikis karya Imam Musbikin) oleh Ibnu

Izar (tahun 2012).

Tinjauan Hukum Islam terhadap PuasaWeton (hari kelahiran) Studi

Kasus di Desa Loram Kulonjati Kudus oleh Sri Utami (tahun 2010).

Miftah Faridl. Dalam bukunya yang berjudul Puasa Ibadah Kaya

Makna. Dalam buku ini penulis menemukan bahan yang akan dikaji pada

skripsi ini.

Hasan bin Ahmad Hammam et. al. Dalam bukunya yang berjudul

Berobatlah dengan Puasa dan Sedekah.

Dari beberapa buku yang penulis sebutkan diatas, maka penulis

menemukan bahan pembuatan skripsi yang penulis kaji yaitu yang

berkaitan dengan puasa.


10

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode tertentu,

agar penulisan ini memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah. Metode ini

antara lain:

1. Jenis penelitian

Dalam penulisan skripisi ini, penulis menggunakan jenis penelitian

pustaka(library research). Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kualitatif, dimana data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan

beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun

bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset, video, dan bahkan data yang

telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus.26 Didalam

rancangan penelitian kualitatif, fokus kajian penelitian dan/atau pokok soal

yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi

apa yang menjadi pusat perhatian serta yang kelak dibahas secara

mendalam dan tuntas.27

2. Sumber data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.28 Penulis menggunakan

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

26
Angelm Strauss dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 5
27
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010), hlm. 41
28
Lexy. J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif(Bandung: RemajaRosdakarya,
2012), hlm. 157
11

data.29 Penulis menggunakan buku-buku yang membahas tentang judul

skripsi yang penulis kaji.

3. Analisis data

a). Metode deduktif

Berfikir deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari

kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan

menggeneralisasi kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data

tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan

(prediksi).30

b). Metode induktif

Berfikir induktif adalah proses logika yang terangkat dari data

empiric lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain,

induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta, atau hasil-hasil

pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan

suatu generalisasi.

c). Deskriptif

Metode yang berusaha menggambarkan, menganalisa dan menilai

data yang terkait dengan masalah diatas. Metode ini digunakan untuk

29
Sugiyono, MetodePenelitianKombinasi, (Bandung:Alfabeta, 2012), hlm. 308
30
SaifuddinAzwar, MetodePenelitian, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2010), hlm. 40
12

memahami hikmah puasa menurut hukum Islam bagi kesehatan baik

jasmani dan rohani.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara sistematis, agar memberikan

kemudahan bagi pembaca dalam memahami dan menelaah kajian

permasalahan yang akan dibahas, maka kerangka penulisan disusun

sebagai berikut.

1. Bagian awal berisi halaman judul, abstrak, nota persetujuan

pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar dan

daftar isi.

2. Bagian isi

Bagian isi terdiri dari beberapa bab yaitu :

BAB I Pendahuluan

a. Latar belakang masalah

b. Penegasan judul

c. Rumusan masalah

d. Tujuan penelitian

e. Kajian pustaka

f. Metode penelitian

g. Sistematika penulisan
13

BAB II Tinjauan Teoritis tentang Hikmah Puasa

a. Pengertian puasa

b. Dasar hukum puasa

c. Rukun dan syarat puasa

d. Macam-macam puasa

e. Hikmah puasa

BAB III Kajian tentang Hikmah Puasa

a. Puasa menurut hukum Islam

b. Hikmah puasa bagirohani

c. Hikmah puasa bagi kesehatan jasmani

BAB IV Analisis tentang Hikmah Puasa

a. Analisis puasa menurut hukum Islam

b. Analisis hikmah puasa bagi rohani

c. Analisis hikmah puasa bagi kesehatan jasmani

BAB V Penutup

a. Kesimpulan

b. Saran

c. Penutup

Anda mungkin juga menyukai