Sebagai landasan khutbah kita pada hari ini, marilah kita bacakan terlebih
dahulu firman Allah swt dalam Q.S. al-Baqarah ayat 183 :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuas sebagai mana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Q.S.
al-Baqarah :183)
Ma’asyiral muslimin rahima kumullah!
Berdasarkan ayat yang telah kita bacakan di awal khutbah tadi, Allah swt
mewajibkan kepada seluruh orang-orang yang beriman untuk berpuasaa.
Puasa merupakan suatu kewajiban sekaligus rutinitas tahunan bagi seorang
mukimin. Akan tetapi, pengaruh puasa terhadap mukmin yang
melaksanakannya akan berbeda satu sama lain, karena pengaruh itu akan
timbul sampai dimana kemampuan mereka mampu melaksanakan ibadah
puasa tersebut semaksimal mungkin. Nah, sekarang muncul pertanyaan bagi
kita, Apa keutamaan bagi orang yang menjalankan puasa dengan sepenuh
hati? Dalam sebuah hadits yang Shahih, Rasulullah menggambarkan sebuah
keutamaan bagi orang yang melaksanakan puasa, khususnya puasa
ramadhan :
Artinya :
“Barang siapa yang mempuasakan Ramadhan karena iman dan
mengharapkan ridha Allah swt, niscaya akan di ampuni dosanya yang telah
lalu”(H.R. Bukhari dan Muslim).
Pada dasarnya, tujuan puasa itu hanya satu, sebagai mana yang terdapat
pada akhir ayat, yaitu menjadi….. la’allakum tattaquun, ialah menjadi hamba
Allah yang bertaqwa. Dengan puasa, seorang mu’min akan mencapai taraf
taqwa yang merupakan salah satu ciri dari orang yang beriman.
Ma’ayiral muslimin rahima kumullah!
Jelaslah bahwa jika dengan puasa kita mencapai taqwa di dunia, maka
taqwa itu merupakan modal bagi kita untuk bisa mendapatkan kedudukan
yang tinggi di akhirat. Karena Allah swt mengatakan :
Artinya :
“..... Sesungguhnya yang paling mulia di sisi tuhan mu ialah orang-orang yang
paling bertaqwa diantara kalian ......” (Q.S. al-Hujurat : 13)
Selain dari hal di atas, dalam puasa juga terdapat latihan moral untuk
semakin meningkatkan kesucian. Karena pada dasarnya, puasa bukan hanya
sekedar menahan diri dari haus san lapar dari terbit fajar sampai terbanam
matahari, tapi dalam melaksakan puasa kita juga harus menahan diri dari
sesuatu atau hal-hal yang tidak wajar. Imam al-Ghazali pernah mengatakan,
bagi orang yang berpuasa supaya menahan mata agara tidak melihat sesuatu
yang terlarang, menahan telinga, supaya tidak mendengar sesuatu yang
merangsang, menahan lidah, supaya tidak mengucapkan kata-kata keji dan
kotor, menahan hati supaya tidak mendendam, benci dan sebagainya. Semua
hal diatas merupakan sebuah latihan yang bisa mendidik kita menjadi pribadi
yang lebih bermoral, berakhlak dan berbudi luhur.
Bila kita kaji lebih jauh lagi, maka akan kita sadari bahwa pada hakikatnya
ibadah puasa yang dilakukan dengan lillahita’ala akan membentuk jiwa
manusia semakin peka terhadap masalah sosial dan kemasyarakatan.
Pertama, dengan mengendalikan waktu makan dan minum, setiap orang yang
berpuasa berarti mengendalikan sifat egois dalam dirinya. Kedua, dengan
berpuasa, seoarang akan bisa merasakan bagaimana susah nya kalau tidak
makan, seperti yang dirasakan oleh kaum fakir miskin sehingga akan
terguguah jiwa nya untuk mau menolong kaum duafha’ tersebut.
Itulah beberapa dari sekian banyaknya hikmah yang terkandung dalam ibadah
puasa. Yang semuanya tersebut merupakan salah satu jalan menuju taqwa.
Semoga kita bisa menjalankan puasa dengan sepenuh hati dan mampu
meraih derajat yang tinggi disisi allah, yaitu menjadi orang-orang yang
muttaqiin. Amiin!