“Taqwa ini merupakan harapan, dalam artian, dengan puasa kita menjadi
bertaqwa, bukan hanya ketika berpuasa, tapi secara terus menerus, untuk
bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. Taqwa juga merupakan predikat
yang harus diupayakan tiap hamba”.
4 Indikator Taqwa
Pertama, al-khawf minal Jalīl (rasa takut kepada Allah Yang Maha Luhur
lagi Mulia).
Khouf adl rasa muroqobah, selalu diawasi, kapan pun dan dimanapun.
Seseorang yang meyakini Allah Yang Maha Luhur dan Maha Besar berarti
mencintai Allah di atas segalanya. Ia akan lebih mengutamakan ibadah
kepada Allah daripada sibuk dengan pekerjaannya. Ia akan
mendahulukan urusan Allah dan Hari Akhir ketimbang dunianya. Dan, ia
tidak akan memperbudak dirinya untuk sekedar urusan dunia.
Ustadz Dr. Syamsuddin Arif menyebut, hal ini sesuai dengan fungsi
pertama dari puasa; fungsi konfirmatif. “Jangan mengaku orang Islam
dan beriman kalau tidak puasa pada bulan suci Ramadhan tanpa alasan
yang dibenarkan. Berpuasa merupakan bukti pengukuh keislaman dan
keimanan Anda”.
Indikator ketiga, ar-Ridhā bil qalīl (ridha dengan yang sedikit). Jiwa
manusia menghendaki yang banyak, obsesi tinggi, namun seringkali tidak
dibarengi dengan ridha atas ketetapan Allah swt. Dengan puasa, kita
diajarkan untuk menerima walaupun sedikit, bersyukur dengan apa yang
didapat, serta berkeyakinan penuh bahwa Allah swt telah menciptakan
segala sesuai dengan kadarnya.
Rasulullah bersabda: “Unzuruu ilaa man asfala minkum. Walaa tanzuru
ila man huwa fauqakum