Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Fastabikhul Khairat

Didalam Islam, kebaikan senantiasa tidak terlepas dalam kehidupan seorang mukmin.
Allah memerintahkan kita untuk selalu berbuat kebaikan didalam kehidupan. Ajaran
berbuat baik pun telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagai diri tauladan dan
semangat berbuat kebaikan itu terus ditularkan kepad para sahabat, para tabi'in, para
ulama, sampainya ke umatnya. Menjadi bagian dalam berbuat kebaikan sudah
sepatutnya menjadi jati diri seorang mukmin, termasuk berlomba-lomba dalam berbuat
kebaikan atau disebut Fastabikhul Khairat.

ِ ‫) َفاسْ َت ِبقُوا ْال َخي َْرا‬sendiri terdapat didalam surat Al Baqarah ayat
Kata Fastabikhul Khairat ( ‫ت‬
148 dan surat Al-Maidah ayat 48 yang artinya maka berlomba-lombalah untuk berbuat
kebajikan. kebajikan atau kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
kebajikan atau kebaikan yang sesuai dengan tuntunan agama, sesuai dengan perintah
allah.

Mengapa kita harus berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan?

Salam kitabnya ibnu katsir, dengan mamak berlomba-lomba dalam kebaikan, kita akan
mendapatkan faedah yang luar biasa, yaitu semua waktu akan menjadi produktif, tidak
ada waktu yang terbuang percuma, karena manusia akan sibuk dengan amal kebaikan.

Selain itu, membiasakan diri ber-fastabiqul khoirot akan menyelamatkan diri kita pada
kesia-siaan waktu, karena semua dihadapi dengan perencanaan dengan sebaik-
baiknya dan amalan yang kita lakukan akan diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta’ ala.

Umat muslim harus menjadikan fastabiqul khoirot menjadi sebuah karakter yang
melekat pada diri kita, maka insya Allah kita akan merasakan hadirnya cinta dalam
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik yang Allah ridhai.

Berlomba-lomba berbuat kebaikan bisa dilakukan suatu kebaikan semampu yang kita
bisa. Seperti apabila kita menjadi guru, jadilah teladan yang baik bagi murid-murid
dengan memberikan pengajaran terbaik. Apabila menjadi pedagang, jadilah pedagang
yang jujur, yang selalu menjaga kepercayaan para pelanggannya. Apabila menjadi
seorang hakim, jadilah hakim yang baik, yang bisa berlaku adil terhadap pekerjaannya.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan
saja, dan Allah selalu memberi balasan bagi siapa saja yang berbuat baik dijalannya.

Kita bisa melihat kisah Abu Bakar radhiyallahu anhu Sahabat Nabi Shallallahu
alaihi wasallam, seorang yang mempunyai kedudukan yang paling mulia, yang selalu
berusaha berada di barisan pertama orang-orang yang melakukan kebaikan. Hingga
Nabipun berharap beliau termasuk golongan orang yang dipangggil dari semua pintu
surga, karena beliau selalu unggul dalam semua jenis kebaikan.

Dalil Naqli mengenai Fastabikhul Khairat

Allah SWT berfirman:

‫ت ِب ُك ُم هّٰللا ُ َج ِم ْي ًعا ۗ اِنَّ هّٰللا َ َع ٰلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬


ِ ْ‫ت ۗ اَي َْن َما َت ُك ْو ُن ْوا َيأ‬
ِ ‫َولِ ُك ٍّل وِّ جْ َه ٌة ه َُو م َُولِّ ْي َها َفاسْ َت ِبقُوا ْال َخي ْٰر‬

"Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 148)

Dari ayat tersebut, Sejenak kita meresapi makna dari kalimat ini dari beberapa tafsir
para ulama. Dan dari ayat ini, kita mampu mengambil beberapa pelajaran, antara lain :

1. Dalam ayat ini kita diperintahkan Allah untuk berlomba-lomba dalam beramal shalih,
ketaatan dan mencari ridha Allah. Dan jika ada kata perintah dalam Al Quran bermakna
bahwa itu hukumnya wajib.

2. Tidak hanya berlomba-lomba, tetapi juga bersegera dalam beramal baik. Tidak
menunda-nunda, dan tersistem secara rapi dan teratur.

3. Ayat ini mengatakan wajibnya berlomba-lomba untuk beramal shalih dan ketaatan,
dan berlomba-lomba untuk tetap konsisten dan istiqomah dalam berbuat kebaikan.

Maka, artinya bukanlah jika kita telah mengamalkan kebaikan, kemudian kita berhenti.
Melainkan, setelah kita sampai dalam berbuat kebaikan, lalu kita berhenti. Tetapi, kita
harus terus menjaga untuk tetap istiqomah dalam menjalankan kebaikan itu.
4. Kata “Khayrat” ini adalah kata jama’ atau menunjukkan bahwa yang di maksud dalam
ayat ini bukan hanya satu jenis kebaikan saja (khayr) tetapi juga kebaikan-kebaikan.

Dan apa-apa yang ada dalam agama Islam, sesuai tuntunan penuh dengan kebaikan-
kebaikan yang bisa bahkan harus diamalkan oleh para pemeluknya, dengan kadar
kemampuan masing-masing.

5. Ada yang mengatakan : berlomba-lomba dalam kebaikan tidak mendatangkan


kebaikan karena akan menimbulkan rasa hasad pada mereka yang ‘mengalahkan’ yang
lain dalam kebaikan.

Tentu tidak demikian. Karena, jika seorang hamba berhasil mencapai target atau
beramal lebih baik dan lebih banyak daripada yang lain, itu adalah karunia Allah yang
Dia berikan kepada siapapun yang dia kehendaki.

Maka hendaklah bagi siapa yang merasa “terkalahkan” berdoa memohon kepada Allah
agar diberikan karunia yang serupa tanpa harus mengharap karunia yang ada pada diri
saudaranya yang berhasil “mengalahkan”nya hilang darinya.

Sedangkan hasad atau iri adalah menginginkan hilangnya kenikmatan yang ada pada
orang lain dan berpindah pada dirinya.

6. Mendahulukan ibadah yang hukumnya wajib lebih utama daripada mengakhirkannya.

Maka, bersegeralah dalam menyongsong kebaikan, menuju kebaikan dan tetap


istiqomah dalam kebaikan. Bersainglah dalam kebaikan dan dengan kebaikan.

Kesimpulan :

Allah Swt. Memerintahkan kita untuk selalu berbuat kebaikan dan berlomba-lomba
dalam mengerjakannya. Perintah itupun telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW
kepada umatnya, seperti Rasul tidak pernah absen untuk melaksanakan sholat tahajud
dan sholat sunat lainnya meskipun itu telah dijamin masuk syurga. Ber-fastabikhul
Khoirot pun telah menjadi bagian dari kehidupan para sahabat pula, seperti Sayyidina
Abu Bakar As-Sidiq yang selalu sholat berjamaah pada saf pertama, meskipun ia telah
dijamin pula masuk surga oleh Allah.
Berbuat kebaikan memang tidak pernah mudah, namun ia juga tidak sulit. Kita
diperintahkan untuk berbuat kebaikan dan berlomba lomba dalam mengerjakannya,
tergantung pada kapasitas diri masing-masing individu. Berbuat baik bisa dilakukan
kapan saja, bergantung pada seperti apa niat kita. Sebagai muslim, tentu berbuat
kebaikan adalah kesempatan yang selalu Allah berikan, karena dalam hidup kita hanya
sementara, maka berbuat baiklah semampu yang kita bisa.

Maka marilah kita senantiasa berkompetisi untuk meraih kedudukan yang tinggi disisi
Allah subhanahu wataala, dengan menjadi orang memberikan kemanfaatan sebanyak-
banyaknya kepada orang lain, dan dengan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya,
sesuai batas kemampuan yang kita miliki. Semoga dengan itu semua, kita termasuk
golongan orang yang mendapatkan surga Firdaus, dan dipanggil dari semua pintu
surga, sebagaimana Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu dan para shahabat-
shahabat Nabi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai