Anda di halaman 1dari 4

BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN

(KERJASAMA BERAMAL SHALEH)

A. PENGERTIAN
Sebelum kita mempelajari bab ini kita harus mengetahui apa sih yang dimaksud
berkompetisi dalam kebaikan, kompetisi dalam kebaikan artinya adalah berlomba-lomba untuk
senantiasa melakukan kebaikan. Berlomba-lomba dalam kebaikan ini oleh umat islam dikenal
dengan istilah fastabiqul khoirot. Istilah ini sendiri diambil langsung dalam Surah Al Baqrah ayat
148. Jadi seorang muslim sejati, senantiasa berlomba lomba dalam ketaatan, dan selalu
bersegera dalam kebaikan. Karena, umur itu pendek dan ajal itu terbatas. Berlomba lomba
dalam melaksanakan kebaikan ukhrawi adalah hal yang terpuji, yang akan memperkaya
kehidupan, dan menjadikan seorang muslim berambisi untuk bisa mengangkat dirinya baik di
hadapan Allah. Sedangkan berlomba lomba dalam masalah duniawi adalah tercela, karena
akan membuat lalai dari Allah dan akhirat, dan membawa kepada kejelekan dan kemungkaran,
serta mendorong untuk meninggalkan kewajiban, mengambil yang haram.
1. QS. AL- BAQARAH [2]:148

‫َو ِلُك ٍّل ِو ْج َهٌة ُهَو ُمَو ِّليَهاۖ َفٱْسَتِبُقو۟ا ٱْلَخْيَٰر ِتۚ َأْيَن َم ا َتُك وُنو۟ا َيْأِت ِبُك ُم ٱُهَّلل َجِم يًعاۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع َلٰى ُك ِّل َش ْى ٍء َقِد يٌر‬
Artinya:
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba
lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semunya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Penjelasan ayat

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT. memerintahkan umat islam untuk berlomba
lomba dalam mengerjakan kebaikan ( fastabiqul-khairat ). Menghadap ke Kiblat
( Ka’bah ) bukanlah tujuan, tapi harus dipahami bahwa umat islam itu adalah satu. Di
mana pun berada. Sebab arah kiblatnya satu.

Isi kandungan ayat

a. Setiap umat mempunyai kiblat / syariat atau aturan masing-masing. Bagi umat
Islam kiblatnya adalah Ka’bah sebagai pusat menghadap ketika shalat.
b. Kaum muslimin hendaknya giat beribadah, beramal, bekerja, dan berlomba-
lomba dalam kebaikan. Pada hari Kiamat nanti Allah Swt akan mengumpulkan
setiap umat manusia
c. Pada saat itu, manusia akan diadili dengan seadil-adilnya tentang perbuatan
yang mereka lakukan ketika di dunia. Manusia akan dimintai pertanggung
jawaban atas apa yang telah mereka kerjakan. Pada saat itu pula akan diketahui
siapa di antara mereka yang paling benar dan paling baik amalnya.
2. QS. FATIR [35]:32

‫ُثَّم َاْو َر ْثَنا اْلِكٰت َب اَّلِذ ْيَن اْص َطَفْيَنا ِم ْن ِعَباِد َنۚا َفِم ْنُهْم َظاِلٌم ِّلَنْفِس ٖه ۚ َوِم ْنُهْم ُّم ْقَتِص ٌد ۚ َوِم ْنُهْم َس اِبٌۢق ِب اْلَخْيٰر ِت ِب ِاْذ ِن ِهّٰللاۗ ٰذ ِل َك ُه َو‬
‫اْلَفْض ُل اْلَك ْيُۗر‬
‫ِب‬
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-
hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang
pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang besar.

Penjelasan ayat

Secara umum, ayat ini menerangkan bahwa Allah Swt. menurunkan


al-Qur’an kepada Rasulullah untuk digunakan sebagai pedoman hidup
umatnya. Namun, dalam realita kehidupan, di antara umat Islam ada
berbagai macam sikap dalam mengambil al-Qur’an sebagai pedoman
hidup. Sikap-sikap mereka ini disebutkan oleh al-Qur’an Surat Fāṭir ayat
32 berikut ini:
 Kelompok pertama adalah (mereka yang menzalimi dirinya sendiri)
 Kelompok kedua (bersikap pertengahan)
 Kelompok ketiga, yaitu mereka yang bersikap segera melakukan
kebaikan-kebaikan dengan izin Allah Swt

Pewaris Al – Qur’an dalam surat fatir

a. Orang yang dzalim pada dirinya


b. Muqtashid
c. Sabiqun bil khairat
d. Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang
menuruti hawa nafsunya. Atau orang yang masih banyak perbuatan kejahatannya
dibanding dengan amal kebaikannya
e. Orang yang seimbang antara amal kebaikan dan kejahatannya
f. Orang yang terus menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan

3. QS. AN NAHL [16]:97

‫َم ْن َع ِمَل َٰص ِلًحا ِّم ن َذ َك ٍر َأْو ُأنَثٰى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّن ۥُه َحَيٰو ًة َطِّيَبًةۖ َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َأْج َر ُهم ِبَأْح َس ِن َم ا َك اُنو۟ا َيْع َم ُلوَن‬
Artinya :
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam ke-adaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan
Penjelasan ayat

Pada ayat di atas, Allah Swt. menjanjikan kelak akan memberikan


kehidupan yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki atau perempuan,
apabila mereka mau beriman dan beramal saleh. Dan balasan Allah Swt.
bernilai lebih tinggi daripada yang dikerjakan.

Pendapat ahli tafsir

Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami ungkapan ً ‫ َحَيٰو ًة َطِّيَبًة‬di antaranya
adalah :
a. Menurut Ibnu Kasir bahwa yang disebut dengan hayatan toyyiban adalah
ketentraman jiwa.
b. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hayatan toyyiban adalah
hidup sejahtera dan bahagia dengan rezeki yang halal dan baik (bermutu gizinya).
c. Adapun menurut ‘Ali bin Abi Talib yang dinamakan hayatan toyyiban adalah
kehidupan yang disertai qana‘ah (menerima dengan suka hati) terhadap pemberian
Allah Swt.

4.HADITS RIWAYAT IMAM BUKHARI

Bercerita kepadaku Yahya bin Ayyub, Qutaybah, dan Ibn Hujr, semuanya
bersumber dari Ismail bin Ja’far dari Ayyub dari Ismail dari al-‘Alla’ dari
ayahnya dari Abu Hurayrah, bahwasanya Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah)
seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi
dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula
yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan
kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia”.

Anda mungkin juga menyukai