Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AL-QUR’AN DAN HADIST

ARTI DAN KANDUNGAN QUR’AN HADIST TENTANG HIKMAH


PERILAKU BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN
ARTI DAN KANDUNGAN QUR’AN HADIST TENTANG AMAR
MA’RUF NAHI MUNKAR

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

RENDI PRATAMA (1730202243)


REKA MAULIA (1730202242)
SATRI YUNIARSI (1730202262)

DOSEN PENGAMPU : MUTIA DEWI, M.Pd.I

STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua

yang tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini

dalam hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang

merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua,

mengucapkan rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara

memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan apa yang

Allah kehendaki.

Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan

sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat

itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah,dan berkompetisi dalam

meraih kebaikan untuk kehidupan yang akan datang dengan cara

menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan

kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah

diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang

shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan

sebagainya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian berkompetisi dalam kebaikan
2. Makna dan kandungan dari Ayat dan hadist tentang berkompetisi
dalam kebaikan
3. Pengertian amar ma’ruf nahi munkar
4. Makna dan kandungan Ayat dan hadist tentang amar ma’ruf nahi
munkar

2
PEMBAHASAN

A. Berkompetisi Dalam Kebaikan


1. Pengertian
Kata “Kompetisi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berarti persaingan. Sedangkan kebaikan, berarti sifat baik, perbuatan
baik, sifat manusia yang di anggap baik menurut sistem norma dan
pandangan umum yang berlaku. Kata “kebaikan” menurut ajaran Islam
dapat diartikan sebagai “Amal Soleh”. Jadi, kompetisi dalam kebaikan
yaitu melakukan persaingan atau berlomba untuk melakukan kebaikan
atau amal soleh.
Dalam hal ini berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang
asing lagi ditengah kita, seperti contohnya untuk masuk perguruan
tinggi terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap
orang ingin dapat yang terdepan. Dengan harapan agar kelak bisa
mendapatkan penghidupan yang layak kedepannya, namun jarang
sekali kita melihat orang-oraang yang berlomba dalam hal akhirat
untuk mendapatkan ridho dari Allah.1
2. Makna Dan Kandungan Dari Qur’an Hadist Berkompetisi Dalam
Kebaikan.
Al-Baqarah: 148

ِ ‫ت َأ ْينَ َم==ا تَ ُكونُ==وا يَ=ْأ‬


ُ ‫ت بِ ُك ُم هَّللا‬ ْ َ‫َولِ ُك ٍّل ِو ْج َهةٌ ه َُو ُم َولِّي َه==ا ف‬
َ ‫اس=تَبِقُوا ا ْل َخ‬
ِ ‫يْرا‬

)١٤٨ ( ‫َج ِمي ًعا ِإنَّ هَّللا َ َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء قَ ِدي ٌر‬

Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat kiblatnya (sendiri) yang ia


menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam
berbuat) kebaikan. dimana saja kamu berada pasti Allah akan

1
Arif Sobaruddin, Pengertian Kompetisi. (Online). Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2019.
Pada Pukul 22.34 wib. http//www.bisosial.com/2012/11/pengertian-kompetisi.html

3
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat) Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Isi kandungan dari ayat diatas yaitu setiap umat memiliki kiblat, Umat
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, sedangkan Bani
Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah
telah memerintahkan kaum muslimin untuk menghadap ka’bah dalam
shalat. Maka dari itu, hendaknya kaum muslimin harus bersatu, bekerja
dengan giat, beramal, bertaubat, dan berlomba-lomba dalam berbuat
kebaikan sehingga tidak menjadi fitnah dan bahan perbincangan dari
orang-orang yang ingkar sebagai penghambat. Selain itu Allah akan
mengumpulkan seluruh umat manusia pada hari kiamat kelak untuk
dihitung dan diberi balasan atas segala amal perbuatannya. Karena Allah
maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada satupun yang dapat
melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh umat manusia pada hari
pembalasan nanti.2
HR. Muslim No.309

ِ ‫صبِ ُح ال َّر ُج ُل ُمْؤ ِمنًا َويٌ ْم‬


‫س =ي‬ ِ ‫بَا ِد ُر ْوا ِباَأْل ْع َم‬
ْ ُ‫ ي‬,‫ال فِتَنًا َكقِطَ ِع اللَّ ْي ِل‬

ٍ ‫ يَبِيْ ُع ِد ْينَ=هُ بَ َع= َر‬,‫ص=بِ ْح َك==افِ ًرا‬


‫ض ِم َن‬ ْ ُ‫س=ي ُمْؤ ِمنً==ا َوي‬
ِ ‫َك==افِ ًرا َويٌ ْم‬

)‫ال ُّد ْنيَا (رواه مسلم‬


Artinya: Bersegeralah kalian untuk melakukan amal shaleh
sebelum kedatangan fitnah (ujian) yang seperti potongan malam.
Seseorang dipagi hari dalam keadaan beriman (mukmin) namun
di sore harinya menjadi kafir, dan ada orang yang di sore hari
dalam keadaan beriman namun dipagi hari menjadi kafir. Dia
menjual agama dengan perhiasan dunia.

Makna yang dapat kita ambil dari hadist diatas ialah kita sebagai
manusia tidak boleh menunda-nunda waktu dalam melakukan amal,
2
http://cari-carimakalah.blogspot.com/2017/03/makalah-berkompetisi-dalam-
kebaikan.html?m=1 Diakses tanggal 01/03/19 Jam 20:00

4
perbuatan, kerja dan menciptakan karya yang postif, dan bernilai
pahala selagi kita masih dalam keadaan ataupun kondisi yang
memungkinkan.3
3. Hikmah Perilaku Berkompetisi Dalam Kebaikan
a. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada
Allah dan berbuat baik kepada sesama.
b. Dengan kebaikan kita dapat berkompetisi atau bersaing dengan
orang lain.
c. Sebagai muslim kita meyakini bahwa Allah maha kuasa atas
segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.
d. Memahami bahwa perbuatan ibadah dan kebajikan sangat
diperlukan bagi manusia.
e. Mempraktikan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang
terkandung dalam Q.S. Al-Baqarah : 148.
f. Tanamkan keimanan yang kuat didalam hati agar tidak mudah
tergoda oleh bujuk rayu setan yang hendak menjerumuskan
manusia kejurang kenistaan.
g. Pahami dengan seksama, mana perilaku yang baik dan manpula
yang buruk. Agar kita dapat memilih dan menentukan mana
perbuatan yang pantas untuk dilakukan dan mana yang tidak
pantas untuk dilakukan.
h. Tanamkan keyakinan dalam hati bahwa berkompetisi atau
bersaing secara sehat untuk menjadi yang terbaik dan dalam hal
kebaikan sangat dianjurkan dalam islam.
i. Pandanglah semua orang sebagai pesaing mu dalam berbuat
kebaikan sehingga kamu mempunyai motivasi untuk berlomba
dalam hal kebaikan .

3
https://asysyariah-com.cdn.ampproject.org

5
B. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar

1. Secara Etimologis

Pada hakikatnya Amar maruf nahi Munkar terdapat empat

penggalan kata yang apabila dipisahkan satu sama lain mengandung :‫منكر‬nahi,

dan :‫ هي‬,maruf ‫رف‬LL‫ مع‬,amar : ‫ امر‬:pengertian sebagai berikut ‫ امربا‬:Munkar.

Manakala keempat kata tersebut digabungkan, akan menjadi yang artinya

menyuruh yang baik dan melarang ‫معروفوالنهيعنالمنكر‬yang buruk.4

2. Sedangkan menurut Dr.Ali Hasbullah mendefinisikan Amar sebagai

berikut:

“Amar ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi

kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya”5 Selanjutnya

ma’ruf kata ini berasal dari kata dengan arti (mengetahui) bila berubah

menjadi isim, maka - ‫ معرفة‬- ‫عرفانا‬kata ma’ruf secara harfiah berarti terkenal

yaitu apa yang dianggap sebagai terkenal dan oleh karena itu juga diakui

dalam konteks kehidupan sosial umum, tertarik kepada pengertian yang

dipegang oleh agama islam, maka pengertian maruf ialah, semua kebaikan

yang dikenal oleh jiwa manusia dan membuat hatinya tentram, sedangkan

munkar adalah lawan dari ma’ruf yaitu durhaka, perbuatan munkar adalah

perbuatan yang menyuruh kepada kedurhakaan.6

Nahi menurut bahasa larangan, menurut istilah yaitu suatu lafadz yang

digunakan untuk meninggalkan suatu perbuatan, sedangkan menurut ushul

4
Khairul Umam, A Ahyar Aminuddin, Usul Fiqih II, (Bandung :Pustaka Setia, 1998) 97
5
Ibid, 97
6
Ibnu Mundhur, Lisan al Arab, jilid XI, (Beirut: dar al Shodir, tt), 239.

6
fiqih adalah, lafadz yang menyuruh kita untuk meninggalkan suatu pekerjaan

yang diperintahkan oleh orang yang lebih tinggi dari kita.7

Jadi bisa disimpulkan bahwa Allah berupa iman dan amal salih.

“Amar” adalah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi

kedudukannya kepada yang lebih rendah kedudukannya. Selanjutnya

kata “ma’ruf” mempunyai arti “mengetahui” bila berubah menjadi isim

kata ma’ruf maka secara harfiah berarti terkenal yaitu apa yang

dianggap sebagai terkenal dan oleh karena itu juga diakui dalam

konteks kehidupan sosial namun ditarik dalam pengertian yang

dipegang oleh agama islam. Sedangkan Nahi menurut bahasa adalah

larangan, menurut istilah adalah suatu lafad yang digunakan untuk

meninggalkan suatu perbuatan. Sedangkan menurut ushul fiqh adalah

lafad yang menyuru kita untuk meninggalkan suatu pekerjaan yang

diperintahkan oleh orang yang lebih tinggi dari kita.8

Dari pengertian di atas, nampaknya amar ma’ruf nahi munkar

merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Karena kalimat tersebut suatu istilah yang dipakai dalm al-Qur’an dari

berbagai

aspek, sesuai dari sudut mana para ilmuan melihatnya, oleh karena

itu

boleh jadi pengertiannya cenderung kea rah pemikiran iman, fiqih dan

akhlak.
7
Khairul Umam, A Ahyar Aminuddin, Usul Fiqih II, (Bandung :Pustaka Setia, 1998). 107
8
Salman Bin Fahd al-Audah, Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar, penj. Ummu’ udhma’
azmi (Solo: Pustaka Mantiq), 13

7
2. Secara Terminologis

Salman al-Audah mengemukakan bahwa Amar Ma’ruf Nahi

Munkar adalah segala sesuatu yang diketahui oleh hati dan jiwa tentran

kepadannya, segala sesuatu yang di cintai oleh Allah SWT. Sedangkan

nahi munkar adalah yang dibenci oleh jiwa, tidak disukai dan

dikenalnya serta sesuatu yang dikenal keburukannya secara syar’i dan

akal.9

Sedangkan imam besar Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa amar ma’ruf

nahi munkar adalah merupakan tuntunan yang diturunkan Allah dalam

kitab-kitabnya, disampaikan Rasul-rasulnya, dan merupakan bagian

dari syariat islam.10 Adapun pengertian nahi munkar menurut Ibnu

Taimiyyah adalah mengharamkan segala bentuk kekejian, sedangkan

amar ma’ruf berarti menghalalkan semua yang baik, karena itu yang

mengharamkan yang baik termasuk larangan Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

“Jika amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan kewajiban dan

amalan sunah yang sangat agung (mulia) maka sesuatu yang wajib dan

sunah hendaklah maslahat di dalamnya lebih kuat/besar dari

mafsadatnya, karena para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan

dengan membawa hal ini, dan

3. Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Kehidupan Manusia

9
Ibnu Taimiyah, Etika Beramar Ma’ruf Nahi Munkar , penj. Abu Fahmi, (Jakarta: gema
Insan press, 1995), 15
10
Ibid, 17

8
Al-Qur’an adalah kitab Tuhan yang universal, berlaku kapan saja, dimana

saja, dan untuk siapa saja. Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak kita

temui orang-orang yang selalu menyerukan kebaikan dan melarang

berbuat kemungkaran, bahkan diri kita sendiri pun disadari atau tidak

selalu menyerukan kebaikan dan melarang melakukan kejahatan, baik

melalui tulisan maupun melalui sumbang saran terhadap sesuatu.

Amar ma’ruf nahi munkar tidak hanya menyangkut hal-hal yang berkaitan

dengan pokok-pokok agama saja atau ideologi semata. Amar ma’ruf nahi

munkar juga bisa saja berkaitan dengan kehidupan sosial, politik, budaya

maupun hukum. Contohnya, ketika seseorang menyarankan temannya

yang masih membujang untuk segera menikah, berarti orang tersebut telah

melakukaan amar ma’ruf. Contoh lain, ketika seorang pemimpin berusaha

untuk memberantas korupsi, maka pemimpin tersebut telah ber-nahi

munkar’,dan seterusnya. Mengajak kepada kebaikan itu baik, melarang

kemungkaran juga baik. Apabila kebaikan selalu diserukan, tetapi masih

ada saja yang melakukan kemunkaran, maka kemungkaran tersebut harus

dirubah atau di perbaiki11

PENUTUP

A. kesimpulan

Kemungkaran jika dibiarkan saja maka akan menjadi hal yang


wajar, dan jika itu terjadi maka semuanya akan mendapat siksa atau adzab
dari Allah apapun bentuk kemungkaran harus kita cegah, semampu kita.
Baik dengan perbuatan atau kekuasaan (tangan), dengan lisan (ucapan),
ataupun hanya sekedar dengan hati yaitu mengingkari perbuatan munkar
11
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Yayasan nurul islam,), 65

9
tersebut. Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah menyuruh  apa yang
diperintahkan oleh syara’ dan  dinilai baik oleh akal, dan mencegah apa
yang dilarang syara’ dan dinilai buruk oleh akal. Namun apabila perbuatan
itu dianggap baik oleh akal sedangkan dianggap buruk oleh syara’ maka
kita harus meningalkannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://cari-carimakalah.blogspot.com/2017/03/makalah-berkompetisi-dalam-

kebaikan.html?m=1 Diakses tanggal 01/03/19 Jam 20:00.

Khairul Umam, A Ahyar Aminuddin, Usul Fiqih II, (Bandung :Pustaka Setia,

1998).

Ibnu Mundhur, Lisan al Arab, jilid XI, (Beirut: dar al Shodir, tt).

Khairul Umam, A Ahyar Aminuddin, Usul Fiqih II, (Bandung :Pustaka Setia,

1998).

Salman Bin Fahd al-Audah, Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar, penj.

Ummu’ udhma’ azmi (Solo: Pustaka Mantiq).

Ibnu Taimiyah, Etika Beramar Ma’ruf Nahi Munkar , penj. Abu Fahmi,

(Jakarta: gema Insan press, 1995).

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Yayasan nurul islam,).

11

Anda mungkin juga menyukai