Anda di halaman 1dari 14

MACAM MACAM KOMPETENSI DALAM KEBAIKAN

DISUSUN OLEH
MUHAMMAD ARYA SAPUTRA (17)
MOCH. NABIL MAULANA ROMADHON (13)
MUHAMMAD IHSAN ZAIDUL FADIL (18)
MUHAMMAD AGUSTIAN FIRMANSYAH (15)
MOCHAMMAD FAIQIL ALRIZKY (14)

KELAS
X-TPM-2

SMK NEGERI 3 BOJONEGORO


Jl. Panglima Polim No. 49 Bojonegoro
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhaanahu wata’aala, karena


berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shalallahi
‘alaihi wa sallam atas perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam
dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “Macam-macam  Kompetisi dalam Kebaikan” dalam rangka memenuhi
tugas  mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

                                                                                                      Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.    PENGERTIAN BERKOMPETISI........................................................... 3
B.     PENGERTIAN KEBAIKAN................................................................... 3
C.     LAFAL , ARTI  DAN KANDUNGAN AYAT-AYAT  TENTANG
KOMPETISI DALAM KEBAIKAN....................................................... 4
1.      Surat Al Baqarah : 148........................................................................ 4
2.      Surat Al Fathir : 32.............................................................................. 8
D.    PENJELASAN MAKNA SECARA UMUM AYAT-AYAT TENTANG
KOMPETISI DALAM KEBAIKAN ................................ 9
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya harus
kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat
tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada
kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara
memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota
badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk
ketaatan kepada Allah,dan berkompetisi dalam meraih kebaikan untuk kehidupan yang akan
datang dengan cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan
lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan
yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal yang akan
dibahas pada makalah ini, yaitu :
1.          Apa pengertian dari berkompetisi?
2.           Apa pengertian kebaikan?
3.          Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:148
untuk berkompetisi ?
4.          Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al- Faathir :
32  untuk berkompetisi ?
5.          Apa faedah berkompetisi dalam urusan akhirat ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN BERKOMPETISI

Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai
korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas),
atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan
keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan
dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk
bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.
Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua
individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.

B.     PENGERTIAN KEBAIKAN

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju
kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang
menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan
memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,
dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh
mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah
hidupnya.
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia
akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup secara
serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai
kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya
terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya,
yaitu menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik
manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia
ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai
manusia

C.      LAFAL , ARTI  DAN KANDUNGAN AYAT-AYAT  TENTANG KOMPETISI


DALAM KEBAIKAN
1.      Surat Al-Baqarah : 148
1)      Lafal dan Arti              
ِ ‫وا يَْأ‬
ِّ‫ت بِ ُك ُم هّللا ُ َج ِميعا ً ِإ َّن هّللا َ َعلَى ُكل‬ ْ ُ‫ت َأ ْينَ َما تَ ُكون‬
ِ ‫وا ْالخَ ي َْرا‬
ْ ُ‫َولِ ُكلٍّ ِوجْ هَةٌ هُ َو ُم َولِّيهَا فَا ْستَبِق‬
١٤٨﴿ ‫﴾ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah
akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
2)      Arti  kata dan Identifikasi tajwid
1)      Arti kata

2
No Lafadz Arti
1. ُ
ِّ‫َولِكل‬ Dan bagi tiap tiap ( umat )
2. ُ‫ِّوجْ هَة‬ Kiblat
3. ‫ه َُو‬ Ia
4. ‫ُم َولِ ْيهَا‬ Menghadap kepadanya
5. ‫فَا ْستَبِقوا‬ُ Maka berlomba – lombalah kamu
6. ِ ‫ال َخي َْر‬
‫ت‬ ْ Kepada kebaikan
7. ‫ا ْينَ َما‬ َ Dimana saja
8. ُْ‫تَ ُكوْ نو‬ Kamu berada
9. ‫ت‬ ِ َ‫ي‬ ‫ْأ‬ Menghadapkan / mengumpulkan
10. ُ‫بِ ُك ُم هللا‬ Dengan  / padamu Allah
11. ‫َج ِم ْيعًا‬ Semua / sekalian
12. َ‫اِ َّن هللا‬ Sesungguhnya Allah
13. ُ
ِّ‫َعلى كل‬ َ Atas segala
14. ْ‫َش ٍئ‬
‫ي‬ Ssuatu
15. ‫قَ ِد ْي ٌر‬ Maha kuasa
2)      Penerapan hukum tajwid

3)      Kandungan Isi
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah,
Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah
memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Alloh subhaanahu
wa ta’aal memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepada-Nya
dengan menunjuk arah kiblat yang telah ditentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap
perintah Alloh, tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar
akan mencari dan membuat arah kiblat sendiei sesuai dengan keinginnanya.
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas
segala alam perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat
melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan. Allah
subhaanahu wa ta’aala akan dapat menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang patuh dan
taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang melanggar dan meninggalkan perintah-
Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan Allah akan membalasnya dengan  pahala dan
surga, adapun manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah
neraka yang apinya selalu menyala-nyala.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Perbuatan baik
sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian juga perbuatan buruk atau jahat
sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil dan setimpal. Tidak ada satupun manusia di
hari kiamat yang dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah subhaanahu wa ta’aala.
4)      Gambaran Surat Al Baqarah : 148
a)      Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam kiblatnya Ka;bah, umat
Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis)
b)      Setiap manusia supaya menggunakan akal dan kemampuan untuk berfastabaqul khairat
c)      Umat islam tidak boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang lain )
d)     Setiap orang kelak akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati – hati setiap
melakukan sesuatu
5)      Perilaku yang mencerminkan Surat Al Baqarah : 148
a)      Bersikap jujur

3
b)      Mencintai kebaikan
c)      Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal kehidupan akherat
d)     Tetap berpegang teguh terhadap  keyakinan dalam beragama islam
e)      berhati hati setiap melakukan sesuatu pekerjaan ( karena setiap pekerjaan akan dimintai
pertanggung jawaban  )
f)       setiap melakukan sesuatu hendaknya mempunyai arah tujuan yang jelas ( yaitu mencari
ridlo Allah)
g)      banyak berlomba dalam kebaikan , yang kebaikan itu macamnya banyak sekali .
2.      Surat Al –Faathir : 32
1)      Lafal dan Arti
ٌ ِ‫ص ٌد َو ِم ْنهُ ْم َساب‬
‫ق‬ َ ‫ثُ َّم َأوْ َر ْثنَا ْال ِكت‬
ِ َ‫َاب الَّ ِذينَ اصْ طَفَ ْينَا ِم ْن ِعبَا ِدنَا فَ ِم ْنهُ ْم ظَالِ ٌم لِّنَ ْف ِس ِه َو ِم ْنهُم ُّم ْقت‬
)٣٢:‫ت بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َذلِكَ هُ َو ْالفَضْ ُل ْال َكبِيرُ﴿فَاطر‬ ِ ‫بِ ْالخَ ْي َرا‬
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-
hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar
2)      Arti kata dan identifikasi Tajwid

3)      Penerapan hukum tajwid dalam surat Fathir ayat 32

4)            Kandungan isi
Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Qur’an yang berisikan 45 ayat. Tergolong surat
makiyah maka isi ayat ini lebih kepada menerangkan tentang tingkatan-tingkatan seorang
muslim dalam mengamalkan kitab (Al Qur’an). Di ayat ini disebutkan tiga golongan yang
menerima kitab.
Berdasarkan Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke dalam tiga derajat
kedudukan manusia yaitu :
a)      Golongan Dhoolimun li nafsih, yaitu golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya
diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah, dengan
meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Mereka yang menzalimi diri
sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup.
Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan kejahatan
lebih banyak kejahatannya
b)      Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan , bersifat cermat dan senantiasa berhati-hati dengan melaksanakan
kewajiban dan menjauhi larangan-larangan-Nya Orang yang semacam ini kebaikan dan
keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak pula
berbuat salah.
c)      Golongan Sabiqun bil khoirot, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif
dalam melakukan kebaikan yang wajib dan mengerjakan amalan-amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah
dan menjauhi perkara-perkara yang syubhat dan ragu-ragu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang
beruntung, yaitu mereka yang dengan izin Allah berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal
shaleh.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak didasari dengan iman
(bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kepada kita walaupun sebesar langit
dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan mendapat nilai di sisi Allah. Al
Qur’an dalam hal ini antara lain menyatakan sebagai berikut:
1.      orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima amalannya

4
2.       orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya
3.      amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
4.      orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat
5.      orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka
6.      orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di dunia saja.
5)   Gambaran Surat Al-Faathir : 32
a)      Allah  mewariskan Al Qur ‘an kepada hamba – hambanya yang terpilih
b)      Dalam Al Qur ‘an Allah  menggolongkan   hamba hamba Nya ( terkait dengan  Al  Qur
'an sebagai pegangan hidup)  yaitu

‫ظَا ِل ٌم لِّنَ ْف ِس ِه‬ artinya dlolim terhadap dirinya sendiri


‫َص ٌد‬
ِ ‫ُمقت‬ ْ artinya orang yang seimbang
                           
c)      antara perbuatan baik dan buruk ( golongan ini  akan ditempatkan di  “A’raf “ yaitu
tempat antara surga dan neraka , lalu dengan izin dan kasih sayang Allah mereka akan
dimasukkan ke surga ) 
d)         -    ‫ق بِ ْال َخي َْرا ت‬ٌ ِ‫ َسا ب‬  :  artinya orang yang terus menerus melakukan kebaikan
e)      Dari ketiga golongan tersebut diatas maka golongan yang ketigalah golongan yang akan
mendapat keberuntungan  ( yaitu surga 'adn )
6)  Perilaku yang mencerminkan Surat Al- Faathir : 32
a)      Menerima Al Qur 'an dengan sepenuh hatidan menjadikan Al Qur ‘an sebagai
pegangan hidup
b)      Menjalankan semua ajaran yang ada didalam Al Qur 'an
c)      Cepat cepat melakukan perintah baik yang wajib maupun yang sunat , serta  cepat –
cepat meninggalkan larangan baik yang haram maupun yang makruh
d)     Selalu berkompetisi dalam ibadah ( tidak pernah berhenti )
e)      Menghindari perbuatan dlolim ( aniaya)
f)       Selalu mencari pahala dengan melakukan amal kebaikan

D.    PENJELASAN MAKNA SECARA UMUM AYAT-AYAT TENTANG


KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk masuk
perguruan tinggi terkemuka, kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap orang ingin
dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat penghidupan yang bahagia
kelak. Namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat. Sedikit
orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Kalau kita perhatikan
bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada
menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal
tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan
Kalamullah. Di dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang
sampai menyerahkan shaf terdepan pada orang lain. Akhirat diberikan pada orang lain(?).
Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria.
Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat
sehingga rela jadi yang terbelakang.Ayat yang patut direnungkan bersama pada kesempatan
kali ini adalah firman Allah Ta’ala,
‫ك فَضْ ُل هَّللا ِ يُْؤ تِي ِه َم ْن‬ ْ ‫ض ُأ ِع َّد‬
َ ِ‫ت لِلَّ ِذينَ َآ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه َذل‬ ِ ْ‫ض ال َّس َما ِء َواَأْلر‬ ُ ْ‫َسابِقُوا ِإلَى َم ْغفِ َر ٍة ِم ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ِ ْ‫ضهَا َك َعر‬
‫يَ َشا ُء َوهَّللا ُ ُذو ْالفَضْ ِل ْال َع ِظ ِيم‬
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang
lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada

5
Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21)
Ada beberapa faedah yang bisa kita petik dari ayat di atas.
1.   Faedah pertama.
Dalam ayat ini begitu jelas bahwa Allah memerintahkan berlomba-lomba untuk meraih
ampunan dan surga-Nya. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Berlombalah menjadi
yang terdepan dalam beramal sholih yang menyebabkan datangnya ampunan dari Rabb
kalian, serta bertaubatlah atas maksiat yang kalian perbuat.” Syaikh As
Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allah memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam
meraih ampunan Allah, ridho-Nya, dan surga-Nya. Ini semua bisa diraih jika seseorang
melakukan sebab untuk mendapatkan ampunan dengan melakukan taubat yang tulus,
istighfar yang manfaat, menjauh dari dosa dan jalan-jalannya. Sedangkan berlomba untuk
meraih ridho Allah dilakukan dengan melakukan amalan sholih dan semangat menggapai
ridho Allah selamanya (bukan sesaat). Bentuh dari menggapai ridho Allah tadi adalah dengan
berbuat ihsan (berbuat baik) dalam beribadah kepada Sang Khaliq dan berbuat ihsan dalam
bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala segi.”
2.  Faedah kedua.
Dalam masalah akhirat seharusnya seseorang berlomba untuk menjadi yang terdepan. Inilah
yang diisyaratkan dalam ayat lainnya,
ِ ‫فَا ْستَبِقُوا ْال َخ ْي َرا‬
‫ت‬
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148).
َ‫س ْال ُمتَنَافِسُون‬ ِ َ‫ك فَ ْليَتَنَاف‬
َ ِ‫َوفِي َذل‬
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin: 26).
Artinya, untuk meraih berbagai nikmat di surga, seharusnya setiap berlomba-lomba.Ibnu
Rajab Al Hambali rahimahullah menerangkan, “Para sahabat memahami bahwa mereka
harus saling berlomba untuk meraih kemuliaan di surga. Mereka berusaha menjadi terdepan
untuk menggapai derajat yang mulia tersebut. Oleh karena itu, jika di antara mereka melihat
orang lain mendahului mereka dalam beramal, mereka pun bersedih karena telah kalah dalam
hal itu. Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang terdepan.” Hasan Al
Bashri rahimahullah mengatakan, “Jika engkau melihat orang lain mengunggulimu dalam hal
dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat.”Wuhaib bin Al
Ward rahimahullah mengatakan, “Jika engkau mampu tidak ada yang bisa mengalahkanmu
dalam hal akhirat, maka lakukanlah.”Sebagian salaf mengatakan, “Jika engkau mendengar
ada yang lebih taat pada Allah darimu, seharusnya engkau bersedih karena telah kalah dalam
hal ini.”
3.  Faedah ketiga.
Bagaimanakah luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat selanjutnya,
‫ض السماء واألرض‬ ِ ْ‫ضهَا َك َعر‬ ُ ْ‫َو َجنَّ ٍة َعر‬
“Dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi”. Asy
Syaukani rahimahullah mengatakan, “Jika lebar surga saja selebar langit dan bumi. Lantas
bagaimanakah lagi  dengan panjangnya.” Demikianlah luasnya surga. Namun sedikit yang
mengetahui hal ini, sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia begitu dikejar dibanding
akhirat. Padahal jauh sekali antara kenikmatan surga dibanding dunia. Disebutkan dalam
sebuah hadits, dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ض ُع َسوْ ٍط فِى ْال َجنَّ ِة َخ ْي ٌر ِمنَ ال ُّد ْنيَا َو َما فِيهَا‬ ِ ْ‫َمو‬
“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.” Seharusnya
kenikmatan di surga lebih semangat kita raih.
4.  Faedah keempat.

6
Modal surga adalah dengan beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Iman yang dimaksud di sini
mencakup iman yang pokok (ushulud diin) dan iman yang di luar pokok agama (furu’). Dari
sini, berarti bukan hanya ushulud diin saja yang wajib diimani. Namun pada perkara yang di
luar pokok agama jika telah sampai ilmunya pada kita, wajib pula diimani. Contohnya, kita
punya kewajiban beriman pada hari akhir secara umum. Namun jika datang ilmu mengenai
perinciannya seperti di antara tanda datangnya kiamat adalah munculnya Dajjal, maka ini
juga patut diimani.
5.  Faedah kelima
Seseorang tidaklah memasuki surga melainkan dengan rahmat Allah. Sebagaimana pula
disebutkan dalam hadits,
‫ قَالُوا َوالَ َأ ْنتَ يَا َرسُو َل‬. » َ‫ْت َرسُو َل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – يَقُو ُل « لَ ْن يُ ْد ِخ َل َأ َحدًا َع َملُهُ ْال َجنَّة‬ ُ ‫َأ َّن َأبَا هُ َري َْرةَ قَا َل َس ِمع‬
‫ َوالَ َأنَا ِإالَّ َأ ْن يَتَ َغ َّم َدنِى هَّللا ُ بِفَضْ ٍل َو َرحْ َم ٍة‬، َ‫ال « ال‬ َ َ‫هَّللا ِ ق‬
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.”
“Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku
pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.”
Sedangkan firman Allah Ta’ala,
‫ت لِلَّ ِذينَ َآ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه‬ْ ‫ض ُأ ِع َّد‬
ِ ْ‫ض ال َّس َما ِء َواَأْلر‬ ِ ْ‫ضهَا َك َعر‬ ُ ْ‫َو َجنَّ ٍة َعر‬
“Surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya”. Mungkin ayat ini dapat dipahami bahwa
seseorang memasuki surga karena amalannya yaitu beriman pada Allah dan Rasul-Nya.
Bagaimana mengkompromikannya?.Ada beberapa penjelasan para ulama mengenai hal ini:
1.      Yang dimaksud seseorang tidak masuk surga dengan amalnya adalah peniadaan masuk
surga karena amalan.
2.      Amalan itu sendiri tidak bisa memasukkan orang ke dalam surga. Kalau bukan karena
karunia dan rahmat Allah, tentu tidak akan bisa memasukinya. Bahkan adanya amalan
juga karena sebab rahmat Allah bagi hamba-Nya.
3.      Amalan hanyalah sebab tingginya derajat seseorang di surga, namun bukan sebab
seseorang masuk ke dalam surga.
4.      Amalan yang dilakukan hamba sama sekali tidak bisa mengganti surga yang Allah beri.
Itulah yang dimaksud, seseorang tidak memasuki surga dengan amalannya. Maksudnya
ia tidak bisa ganti surga dengan amalannya. Sedangkan yang memasukkan seseorang ke
dalam surga hanyalah rahmat dan karunia Allah.
6.     Faedah keenam.
Beriman dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Ta’ala. Muhammad
bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Seorang hamba dilebihkan dari yang
lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang mungkin dapat menghalangi
pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat memberi apa yang Allah halangi.
Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada di tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar
Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak kikir.”

E. Contoh Berlomba Lomba Dalam Kebaikan

1. Berlomba Membantu Sesama Saudara

Salah satu berkompetisi dalam melakukan kebaikan yaitu membantu sesama saudara. Hal
tersebut dilakukan apabila sesama saudara akan haus dari pertolongan manusia. Dan sesama
manusia harus saling membantu supaya jika mendapatkan kesusahan akan dibantu juga
dengan orang lain.

7
2. Berlomba Menghafal Al-Qur’an

Apabila ada seorang Muslim untuk melakukan kebaikan seperti berlomba menghafalkan al-
qur’an, pahala yang di dapat akan terus mengalir. Berlomba dalam menghafalkan al-qur’an
banyak berbagai macam tantangan maupun ujian. Oleh karena itu umat muslim harus sabar
dalam menjalaninya.

3. Istiqomah Berpuasa

Dalam melakukan lomba kebaikan salah satunya yaitu berlomba untuk berpuasa. Karena
dalam hal berpuasa bisa menahan emosi diri dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Orang yang lomba untuk berpuasa maka ketika berdoa diterima oleh Allah SWT.

4. Berlomba Dalam Bersedekah

Ada pula dalam berlomba-lomba untuk kebaikan dengan melakukan bersedekah. Sifat yang
timbul karena peduli terhadap orang lain menjadikan orang untuk selalu bersedekah. Dalam
bersedekah tidak akan mempersempit rezeki, melainkan akan memperluas harta.

5. Berlomba Untuk Berakhlak Mulia

Salah satu untuk berkompetisi dalam berbuat kebaikan yaitu berakhlak mulia terhadap orang
lain. Berakhlak mulia merupakan sifat terpuji yang ditanamkan dalam diri manusia. Dalam
berakhlak mulia akan membawa hal dan dampak yang positif.

Manfaat Berlomba Lomba Dalam Kebaikan

Berlomba dalam berbuat akan berdampak besar dan mempunyai manfaat bagi yang
melaksanakan. Maka dari itu sebagai umat muslim dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam
melakukan kebaikan. Karena tidak akan rugi jika melakukan kebaikan. Berikut manfaat yang
di dapat.

1. Terhindar Dari Godaan Setan

Manfaat yang dapat dirasakan oleh orang yang melakukan untuk berbuat kebaikan yaitu
terhindar akan godaan setan. Karena setan mempunyai banyak cara untuk menggoda manusia
supaya berpaling kepada Allah. Oleh sebab itu dianjurkan untuk umat muslim selalu
melakukan kebaikan.

2. Waktu Tidak Akan Sia-sia

Dalam Melakukan Kebaikan waktu yang digunakan tidak akan sia-sia. Hamba diperintahkan
oleh Allah SWT untuk melakukan sesuatu yang baik. Hal tersebut bertujuan supaya waktu
yang digunakan manusia akan baik untuk hidup di dunia.

3. Memberikan Energi Pada Kegiatan Positif

8
Salah Satu manfaat yang diperoleh ketika melakukan kebaikan maka energi yang diperoleh
juga positif. Sehingga ketika umat muslim memberikan energi pada kegiatan positif, maka
orang tersebut sudah melakukan kebaikan dan berdampak hal yang positif.

Itulah penjelasan dan contoh berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebab itu umat muslim
dianjurkan untuk berkompetisi untuk melakukan kebaikan. Karena tidak akan sia-sia juga
melakukan kebaikan, selain bermanfaat kepada diri sendiri dan bermanfaat untuk orang lain.

9
BAB III
PENUTUP
Berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah  ternyata bukanlah hal yang
mustahil dan aneh bagi orang-orang yang telah merasakan manisnya iman. Bahkan ini
merupakan bentuk rahmat yang agung dan taufik dari Allah  yang memudahkan mereka
untuk merasakan indahnya ‘surga dunia yang hakiki’, agar mereka semakin termotivasi dan
bersemangat mengejar tingginya kenikmatan surga di akhirat nanti.
Imam ibnul Qayyim berkata: “Maha suci (Allah ) yang memperlihatkan kepada hamba-
hamba-Nya (yang shaleh) surga-Nya (di dunia) sebelum (mereka) bertemu dengan-Nya (di
akhirat kelak), dan Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu surga-Nya di negeri (tempat)
beramal (dunia), sehingga mereka bisa merasakan kesejukan dan keharumannya, yang itu
(semua) menjadikan mereka (termotivasi untuk) mencurahkan (semua) kemampuan mereka
untuk meraihnya dan berlomba-lomba mendapatkannya”

10
DAFTAR PUSTAKA

Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Salim bin ‘Ied Al Hilali, Dar Ibnil Jauzi, cetakan
pertama, 1430 H, 3
Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir
Ma’alimut Tanzil, Al Baghowi, Dar Thoyyibah, cetakan keempat, 1417 H, 8
Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H
Taisirul ‘Alam wa tafshiril  Karimir- Rahman
Liston Haposan Subrian. 2010. Pengertian Kebaikan Secara Etika. (online). Diakses pada
tanggal 6 November 2014 .pada pukul 09.27 WIB.
 http://www.scribd.com/doc/64042435/1/A-Pengertian-Kebaikan-Secara-Etika
Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses Pada tanggal 6
November 2014 pada pukul 09.27 WIB.
http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html
Muhammad Nasruddin Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam Kebaikan. (online). Diakses
pada tanggal 6 November 2014 pada pukul 09.27 WIB.
 http://referensiislam.blogspot.com/2011/06/berlomba-lomba-dalam-kebaikan.html
Muhammad Haryono. 2011. Meneguhkan Iman (2). (online). Diakses pada tanggal 6
November 2014 pukul 10: 00WIB
 http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/

11

Anda mungkin juga menyukai