Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Qur’an Hadist II

Dosen Pembimbing : Dr. H. Suaib H. Muhammad M, Ag.

Oleh :

Helmy Faishal Yahya (19110183)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Al-
Qur’an Hadist II yang menjelaskan tentang “KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN ” dengan

tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada mata kuliah
Kepemimpinan Pendidikan Islam yaitu Bapak Dr. H. Suaib H. Muhammad M, Ag yang telah
memberikan saya sebuah pengetahuan, bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyusun
dana menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, sehingga makalah ini
nantinya dapat menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dalam pembuatan
makalah di masa yang akan mendatang. Dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon ma'af yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terimakasih.

Kediri ,17 September 2021

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGATAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.... ....................................................................................4


B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian tentang Kompetitif dalam Kebaikan......................................................6


B. Isi Kandungan surat Al-Baqarah (148),Al-Fathir(32),An-Nahl (97).................7
 Al- Baqarah ayat 148...............................................................................
 Al-Fathir ayat 32......................................................................................
 An-Nahl ayat 97........................................................................................
C. Mengidentifikasi Hadist Riwayat Ibn Majah dari Jabir bin Abdullah.................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran............................................................ .........................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang
tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati
bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-
Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya
melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga,
mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Agama Islam
mengajarkan kepada kita umat manusia agar
bertindak benar, berbuat baik, memelihara prinsip-prinsip yang luhur dan
suritauladan yang mulia.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan
sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu
harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan harta
yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir
kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar
ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.1
Kompetisi kehidupan duniawi terkadang membuat manusia lupa akan
kompetisi sesungguhnya, oleh karena itu mari kita jadikan setiap detik, menit, jam
dan hari-hari kita selalu dihiasi dengan kebaikan. Dalam kompetisi kebaikan tidak
mengenal kalah-menang, sukses-gagal, beruntung ataupun tidak, kompetisi kebaikan
akan selalu mendapatkan ganjaran baik di kehidupan jangka pendek (dunia) maupun
kehidupan jangka panjang (akhirat). 

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tentang Kompetitif dalam Kebaikan ?
2. Isi dan kandungan surat al-Baqarah (148),surat al-Faatir (32),surat an-Nahl (97) ?
3. Bagaimana analisis hadist yang menjelaskan tentang kompetitif dalam kebaikan
riwayat Ibn Majah dari Jabir bin Abdullah ?
1
A. Chozin Nahuha, Wasiat Taqwa, (Jakarta: Bulan bintang, 1986), 78-79.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kompetitif dalam kebaikan .
2. Untuk mengetahui Isi dan kandungan surat al-Baqarah (148),surat al-Faatir
(32),surat an-Nahl (97).
3. Untuk memahami analisis hadist yang menjelaskan tentang kompetitif dalam
kebaikan riwayat Ibn Majah dari Jabir bin Abdullah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetitif Dalam Kebaikan


MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian
kompetitif/kom·pe·ti·tif/ a berhubungan dengan kompetisi (persaingan); bersifat
kompetisi (persaingan). Kompetitif bermakna suatu hal yang berhubungan dengan
sebuah persaingan atau kompetisi dengan jalan dan tujuan yang baik. Dalam hal
ini kompetitif dapat diposisikan sebagai suatu kondisi perebutan atau keadaan
berkompetisi yang dialami atau terjadi terhadap seseorang atau sekelompok orang
dengan tujuan memenangkan sebuah sebuah persaingan.
Kompetitif merupakan suatu hal yang berhubungan dengan sebuah persaingan
atau kompetisi. Yang mana dalam hal ini kompetitif dapat diposisikan sebagai
suatu kondisi perebutan atau keadaan berkompetisi yang dialami atau terjadi
terhadap seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan memenangkan sebuah
pertandingan atau sebuah persaingan.2
Kebaikan adalah setiap amal-amal yang dilakukan yang mendatangkan pahala,
atau Kebaikan adalah setiap pekerjaan yang diperintahkan oleh Allah swt dan
menjauhi laranganya. 
Menurut KBBI, baik artinya elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya,
dsb): mujur; beruntung; berguna; manjur; sembuh; pulih; selamat (tidak kurang
suatu apa). Kebaikan artinya sifat baik; perbuatan baik, kegunaan; dan sifat
manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang
berlaku.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dalam islam dikenal dengan
istilah FASTABIQUL KHAIRAT. Istilah ini sendiri diambil langsung dari Surah
Al_baqrah ayat 148 dan Surah Al-Maidah ayat 48. Kompetisi dalam kebaikan ini
adalah perilaku mulia yang ada dalam diri seorang muslim. Kebaikan yang
dimaksudkan dalam hal ini pun adalah kebaikan yang sesuai dengan Al-Quran dan
As-Sunnah. Berkompetisi dalam berbuat kebaikan ini patokan utamanya haruslah
dari diri terlebih dahulu, dalam arti berlomba-lomba dengan diri sendiri baru
kemudian berlomba-lomba dengan orang lain.

2
Charles W. Lamb, Jr, hair Joseph F,Jr dan Mc. Daniel. Carl dalam David Octarevia, 2001. Pemasaran Edisi
pertama. Salemba Empat, Jakarta.
B. Isi Kandungan Surah
1. Q.S Al-Baqarah 148
۟ ُ‫ت ۚ أَ ْينَ ما تَ ُكون‬
ِ ْ‫وا يَأ‬
‫ت بِ ُك ُم ٱهَّلل ُ َج ِميعًا ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْى ٍء قَ ِدي ٌر‬ ۟ ُ‫َولِ ُكلٍّ وجْ هَةٌ هُ َو ُم َولِّيهَا ۖ فَٱ ْستَبق‬
ِ ‫وا ْٱلخَ ْي ٰ َر‬
َ ِ ِ
Artinya :
‘Dan setiap umat memiliki kiblat yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kau dalam kebaikan. Di mana saja kau berada, niscaya Allah
akan mengumpulkan kau semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.” (QS. al-Baqarah  :148).
 Tafsir dan Kandungan
Menurut Tafsir QS.
Al - Baqarah (2) : 148. Oleh Muhammad Quraish Shihab:
Bahwasanya kiblat yang Aku perintahkan dirimu, Muhammad, untuk
beralih kepadanya (Ka’bah), bukan hanya untukmu saja tetapi juga kiblat
umatmu.
Demikianlah, bahwa tiap umat memiliki kiblat tempat mereka menghadap
dalam salat sesuai syariat masing-masing.
Dalam hal ini Tuhan tidak bermaksud melebihkan satu umat atas umat
yang lain, karena kelebihan itu sesungguhnya terletak pada kadar ketaatan dan
kebajikan.
Maka berlomba-lomba dan bersainglah dalam mengejar berbagai kebaikan dan
Allah akan membalas perbuatan baik kalian.
Allah akan mengumpulkan kalian semua di mana pun berada dan tidak
akan ada seorang pun yang luput dari perhitungan-Nya.
Di tangan-Nyalah kekuasaan untuk mematikan, menghidupkan,
membangkitkan manusia dan mengumpulkannya di hari kiamat.
 Asbabun Nuzul AL-BAQARAH ayat 148 :
Al baqarah 148 behubungan erat dengan ayat 144 yang memerintahkan
untuk menghadap ke kiblat (masjidil haram). Pada saat ayat 144 turun nabi
sedang berada di suatu rumah yang dikenal sekarang masjidil Bani
Salamah. Mereka memahami bahwa perintah itu terbatas selama mereka
berada di rumah tempat ayat itu turun. Karena mereka ragu maka turun
ayat148 ini yang mepunyai arti “Kebenaran itu dari tuhanmu sebab itu
jangan engkau ragu. Bahkan Allah menegaskan kembali  pada ayat 148
Dan diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sadiy dengan isnad-
isnadnya katanya, "Tatkala kiblat Nabi saw. dipalingkan ke Kakbah
setelah sebelumnya menghadap ke Baitulmakdis, orang-orang musyrik
warga Mekah berkata, 'Agamanya telah membingungkan Muhammad,
hingga sekarang ia berkiblat ke arahmu dan menyadari bahwa langkahmu
lebih beroleh petunjuk dari pada langkahnya, bahkan ia telah hampir
masuk ke dalam agamamu.' Maka Allah pun menurunkan, 'Agar tak ada
alasan bagi manusia untuk menyalahkanmu ...'

 Isi Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 148 adalah


(Dan bagi masing-masing) maksudnya masing-masing umat (ada arah
dan tujuan) maksudnya kiblat (tempat ia menghadapkan wajahnya) di waktu
salatnya.Menurut suatu qiraat bukan ‘muwalliihaa’ tetapi ‘muwallaahaa’ yang
berarti majikan atau yang menguasainya, (maka berlomba-lombalah berbuat
kebaikan) yakni segera menaati dan menerimanya. (Di mana saja kau berada,
pastilah Allah akan mengumpulkan kau semua) yakni di hari kiamat,
kemudian dibalas-Nya amal perbuatanmu. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu). (Tafsir al-Jalalain)
Secara umum ayat ini sanggup dipahami sebagai dorongan kepada
umat Islam untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya untuk
melihat sebuah perbuatan tersebut baik atau tidak, harus merujuk sesuai
dengan hukum Allah Swt yaitu al-Qur’an dan sesuai dengan hadits yang sahih.
Untuk menelisik lebih jauh kandungan ayat ini, mari kita ikuti uraian berikut.
Pada ayat ini, Allah Swt menandakan bahwa bagi setiap pemeluk suatu
agama memiliki kiblatnya sendiri-sendiri. Tentunya kiblat itulah yang menjadi
kecenderungan mereka untuk menghadap sesuai dengan keyakinan mereka.
Dan Kaum muslimin memiliki kiblat yang ditetapkan eksklusif oleh Allah Swt
yaitu Ka’bah.Dalam Tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa Allah Swt
memerintahkan Umat Yahudi berkiblat ke Baitul-Maqdis, dan umat yang lain
melalui Nabi dan Rasulnya untuk menghadap ke arah tertentu. Namun, dalam
ayat ini Allah Swt memerintah untukmengarah ke Kaʻbah dan berlaku untuk
semua. Perintah ini ialah membatalkan perintah Allah Swt sebelumnya
termasuk untuk Nabi Muhammad Saw yang sebelumnya pada ketika shalat
menghadap selain ke Kaʻbah. Hal yang penting dalam pengarahan kiblat ini
ialah menghadapkan hati eksklusif kepada Allah Swt.

2. Q.S Al-Faathir 32
‫ت بِˆإ ِ ْذ ِن‬ ٌ ۢ ِ‫ص ٌد َو ِم ْنهُ ْم َسˆاب‬
ْ ˆِ‫ق ب‬
ِ ‫ˆٱل َخ ْي ٰ َر‬ َ َ‫ثُ َّم أَوْ َر ْثنَا ْٱل ِك ٰت‬
ِ َ‫ب ٱلَّ ِذينَ ٱصْ طَفَ ْينَا ِم ْن ِعبَا ِدنَا ۖ فَ ِم ْنهُ ْم ظَالِ ٌم لِّنَ ْف ِس ِهۦ َو ِم ْنهُم ُّم ْقت‬
‫ٱهَّلل ِ ۚ ٰ َذلِكَ هُ َو ْٱلفَضْ ُل ْٱل َكبِي ُر‬
Arti:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan
dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan
izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
tafsir dan kandungan.
 Asbabun Nuzul Al-Faathir 32 :
Menjelaskan bahwa ummat muhammad telah dipilih oleh Allah untuk
mewarisi kitab    suci Al quran. namun pada ayat yang 32 justru Allah
melontarkan kritik terhadap kondisi mereka dilapangan.
Umat muhammad yang bakal masuk surga dibagi menhajdi 3 golongan :
1. golongan masuk surga tanpa diproses hisab, karena masa hidupnya
selalu kompetitif dalam berbakti dan berbuat kebajikan.
2. golongan masuk surga yang melalui proses hisab yang mudah dan cepat,
karena pada masa hidupnya cukup kompetitif, tetapi masih suka
meninggalkan yang sunah.
3. golongan masuk surga susulan. karena pada masa hidupnya tidak
berjiwa kompetitif dalam berbakti dan berbuat kebajikan, di samping
banyak melakukan kesalahan  Penggolong Umat muhammad

 Tafsir dan Kandungan


Terkait ayat tersebut, para mufasir memberikan penafsiran secara
sederhana. Di dalam kitab Tafsīr al-Muyassar dijelaskan bahwa Allah
memberikan al-Quran kepada orang-orang yang Dia pilih, yaitu umat Nabi
Muhammad. Pertama, di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri,
yaitu dengan melakukan sebagian maksiat. Kedua, ada yang pertengahan,
yaitu mereka yang melaksanakan kewajiban-kewajiban syariat dan
menjauhi larangan-larangan Allah saja. Ketiga, ada pula yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah, yaitu mereka yang sungguh-sungguh
dalam beramal sholeh, baik fardhunya maupun sunnahnya. Pemberian al-
Quran dan penobatan umat Nabi Muhammad sebagai umat pilihan
merupakan sebuah karunia yang besar.
Secara global ayat ini menerangkan bahwa Allah Swt telah
menurunkan al-Qur’an kepada Rasulullah Saw untuk digunakan sebagai
pedoman hidup bagi umatnya. Namun, dalam realita kehidupan di antara
umat Islam ada berbagai macam sikap dalam mengambil al-Qur’an
sebagai pedoman hidup. Sikap-sikap mereka ini di antaranya disebutkan
dalam al-Qur’an Surah Fatiir ayat 32 berikut ini.3
1. Kelompok pertama adalah (‫" )ظَˆˆالِ ٌم لِنَ ْف ِس ˆ ِه‬mereka yang menzalimi
dirinya sendiri", yaitu orang yang meninggalkan perintah-perintah
Allah dan mengerjakan berbagai perkara yang diharamkan. Atau
kelompok yang mengaku beragama Islam tetapi lebih banyak
melakukan perbuatan kejahatan dan dosa dari pada kebaikannya.
Kelompok ini adalah termasuk  golongan yang merugi, nanti di
akherat akan ditempatkan di neraka dan akan memperoleh siksa
karena perbuatan dosanya. Namun setelah mereka disiksa sesuai
dengan kesalahan dan dosanya, mereka akan mendapatkan
ampunan dari Allah Swt karena keimanannya sehingga dikeluarkan
dari api neraka.
ِ ‫" ) ُم ْقت‬mereka bersikap pertengahan", yaitu
2. Kelompok kedua (‫َص ˆ ٌد‬
mereka di samping melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
menjahui larangan-larangan. Namun, terkadang mereka ini
meninggalkan perkara-perkara yang disunahkan dan melakukan
perkara-perkara yang dimakruhkan. Atau kelompok umat Islam
yang perbuatan baiknya sebanding dengan perbuatan jahatnya.
Kelompok ini akan ditempatkan di A’raf yaitu tempat antara surga

3
Disalin dari : https://www.bacaanmadani.com/2018/03/isi-kandungan-al-quran-surat-faatir.htm
diakses pada 18 september 2021 pukul 19.47
dan neraka. Kemudian beberapa waktu yang telah ditetapkan Allah
Swt golongan ini lalu dimasukkan ke dalam surga.
ِ ‫ق بِ ْالخَ ْي َرا‬
3. Kelompok ketiga (‫ت‬ ٌ ِ‫ ) َساب‬yaitu "mereka yang bersikap segera
melakukan kebaikan-kebaikan dengan izin Allah". Golongan ini
senantiasa mengerjakan perbuatan yang diwajibkan dan disunahkan
serta menjahui perkara yang diharamkan dan dimakruhkan. Atau
mereka gemar berbuat kebaikan, tidak mau berbuat kejahatan atau
dosa.  Kelompok ini akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
3. Q.S An – Nahl 97
‫طيِّبَˆ ۚةً َولَنَجْˆ ِزيَنَّهُ ْم اَجْˆ َرهُ ْم بِاَحْ َسˆ ِن َمˆˆا َكˆˆانُوْ ا‬
َ ً‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيˆ وة‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫يَ ْع َملُوْ ن‬ 

Artinya :
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl : 97).

 Tafsir dan Kandungan


(Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik) menurut suatu pendapat
dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga. Menurut
pendapat yang lain dikatakan adalah kehidupan dunia, yaitu dengan
mendapatkan rasa qana`ah atau menerima apa adanya atau ia mendapatkan
rezeki yang halal (dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan). (Tafsir al-Jalalain)
Pada ayat di atas Allah Swt menjelaskan akan memberikan kehidupan
yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki maupun perempuan, apabila
mereka mau beriman dan beramal saleh. Dan balasan Allah Swt bernilai
lebih tinggi daripada yang dikerjakan.4
Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami ungkapan ًً‫َحيَˆ ٰˆوة‬
ً‫طَيِّبَة‬ di antaranya adalah :
1). Menurut Ibnu Kasir bahwa yang disebut dengan hayatan toyyiban
adalah ketentraman jiwa.
2). Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hayatan
toyyiban adalah hidup sejahtera dan bahagia dengan rezeki yang halal
dan baik (bermutu gizinya).
3). Adapun menurut ‘Ali bin Abi Talib yang dinamakan hayatan
Toyyiban adalah kehidupan yang disertai qana‘ah (menerima dengan
suka hati) terhadap pemberian Allah Swt.

C. Mengidentifikasi dan Menganalisis Hadist Riwayat Ibn Majah dari Jabir bin
Abdullah

4
Tim Tafsir Depag RI, Kerja dan Ketenagakerjaan (Tafsir al-qur’an tematik), Lajnah pentashihan Mushaf Al-
qu’an, Lentera, Jakarta: 2009
D.

Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, “Rasulullah berkhutbah di hadapan kami, beliau
mengatakan: “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kalian mati, bersegeralah
beramal shalih sebelum kalian sibuk, dan sambunglah antara kalian dengan Rabb kalian
dengan memperbanyak dzikir kepada-Nya, banyak sedekah dengan sembunyi-sembunyi
maupun terang-terangan. Niscaya kalian akan diberi rezeki, ditolong dan dicukupi.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kalian salat Jum’at di tempat
berdiriku ini, di hariku ini, di bulanku ini dan di tahunku ini hingga hari kiamat. Barangsiapa
meninggalkannya di waktu hidupku atau setelahku, dan dia memiliki Imam adil atau bejat,
kemudian meremehkan atau menolaknya, maka Allah tidak akan menyatukannya dan
urusannya tidak akan diberkahi. Ketahuilah, tidak ada salat, tidak ada zakat, tidak ada haji,
tidak ada puasa, dan tidak ada kebaikan baginya hingga ia bertaubat. Maka barangsiapa
bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Ketahuilah, tidak boleh seorang perempuan
mengImami lakilaki, orang badui mengimami seorang muhajir dan tidak boleh orang fajir
mengimami seorang mukmin, kecuali jika ia memaksanya dengan kekuasaan yang ditakuti
pedang dan cambuknya" (HR. Ibnu Majah).

Penjelasan hadistnya adalah :

Hadits di atas memerintahkan kepada orang-orang Islam agar segera bertaubat


sebelum meninggal. Karena pada hakekatnya yang mengetahui tentang umur manusia tidak
ada yang lain kecuali Allah Swt. Umur tidak mengenal tua ataupun muda, memang apabila
telah tiba maka ia tidak dapat mengerjakan atau ditunda walau sedetik. Kemudian pada
lanjutan hadits, agar setiap muslim segera berusaha beramal saleh sebelum sibuk juga rajin
menyambung silaturahmi dan memperbanyak sedekah baik secara terang-terangan maupun
sembunyi. Apabila demikian dapat dilaksanakan oleh setiap muslim pasti janji Allah Swt
akan datang yaitu memperoleh rezeki dengan jalan yang mudah dan dapat pertolongannya
serta diperbaiki taraf kehidupannya. Setiap muslim tentunya tidak akan mau mengerjakan
perbuatan yang dilarang Allah Swt.

Namun karena sangat kuatnya godaan syaitan mereka dapat terjerumus ke dalam
perbuatan dosa. Sebagai orang yang beriman, tentunya segera menyadari kesalahannya dan
menyesali atas perbuatan tersebut. Kemudian segera minta ampun kepada Allah Swt. Seorang
muslim yang telah terlanjur mengerjakan dosa besar, tetapi segera insaf dan sadar serta
menyesali atas perbuatannya kemudian diikuti dengan taubat, Allah Swt akan mengampuni
dosanya. Taubat yang dimaksud adalah Taubatan Naṣuha, yaitu taubat yang sebenarnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebuah amal dikatakan jika di niati ikhlas karena Allah, pengertian dari
berlomba-lomba dalam kebaikan disini adalah berlomba dalam mencari kebaikan
yang diridhai oleh Allah. Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita untuk
berlomba dalam mencari karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya
adalah dengan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya guna untuk bekal di hari akhir
nanti.
Marilah kita terus berkompetisi dalam kebaikan atas dasar iman dan cinta
kepadaNya. Berkompetisi dengan terus beribadah kepada Allah sesuai dengan
kemampuan kita dan terus menebar kepeduliaan kepada sesama.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap mampu menjadikan bahan rujukan
bagi pembaca dan tidak hanya sekedar dijadikan sarana untuk menggugurkan
kewajiban berupa tugas mata kuliah kepemimpinan pendidikan Islam melainkan juga
mampu diapresiasi dan juga dinilai sebagai mana mestinya. Kami sebagai pemateri
juga menerima kritik dan saran serta untuk penulis selanjutnya yang ingin
menyempurnakan makalah ini semoga bisa melakukannya dengan maksimal. Kami
juga menyadari bahwa makalah kami juga tidak sempurna sehingga kami juga
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

A. Chozin Nahuha, 1986. Wasiat Taqwa, Jakarta: Bulan bintang

Charles W. Lamb, Jr, hair Joseph F,Jr dan Mc. Daniel. , 2001 Carl dalam David
Octarevia. Pemasaran Edisi
Disalin dari : https://www.bacaanmadani.com/2018/03/isi-kandungan-al-quran-surat-
faatir.htm
diakses pada 18 september 2021 pukul 19.47

Tim Tafsir Depag RI, 2009. Kerja dan Ketenagakerjaan (Tafsir al-qur’an tematik),
Lajnah pentashihan Mushaf Al-qu’an, Jakarta. Lentera.

Anda mungkin juga menyukai