Di Susun Oleh
Kelompok II
Ervina
Erviani
Bima Maulianda
Adam Rahma Wahyuni
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNYa
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan. Penulisan
makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan ini bertujuan tidak lain adalah untuk
memenuhi tugas Al-Qur’an hadits.
Kesulitan yang kami hadapi dalam membuat makalah ini adalah kurangnya sumber
informasi. Namun, kesalahan adanya memang di manusia dan kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada segenap kalangan yang
telah membantu kami dalam penulisan makalah ini, mengimgat segala keterbatasan dan
kekurangan yang kami miliki.
Tim Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
Berkompetisi Dalam Kebaikan
Berkompetisi artinya berlomba-lomba dalam mencapai suatu tujuan. Orang berlomba
dan selalu berusaha untuk berada pada posisi yang paling depan, baik dalam hal yang
kongkrit maupun dalam hal yang tidak kongkrit.
Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik tapi juga kompetisi untuk
meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang banyak orang terjebak pada kompetisi semu
yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani.
Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan
kompetisi lainnya.yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda tapi sesungguhnya
tiada. Itulah kompetisi yang menipu. Bahkan yang sangat memilukan tak jarang dalam
kompetisi selalu diiringi “suudzhon” buruk sangka bukan hanya kepada manusia tapi juga
kepada Allah swt. Yang lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain.
Lalu bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman? Allah swt
telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk
berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firmanNya: “....Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berkompetisilah berbuat kebajikan...” (QS. 5:48). Selalu
berkompetisi, itulah sejatinya seorang mukmin karena dengan kompetisi itu seseorang
mukmin :
a. Berkesempatan untuk menjadi hamba yang dimuliakan Allah swt. “...Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu...” (QS.49:13).
b. Berpeluang juga menjadi hamba yang paling terbaik seperti diungkapkan Allah dalam
surat Al-Mulk: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS.67:2).
c. Berpeluang menjadi hamba yang paling bermanfaat. “Sebaik-baik kamu adalah yang
paling banyak manfaatnya bagi orang lain (Al-Hadits)
d. Berpeluang untuk menjadi orang yang paling dicintai Allah. “....Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”(QS.2:195)
Untuk berkompetisi dalam kebaikan, Allah swt telah menyediakan lintasan dengan
berbagai sarananya baik sarana habluminallah maupun sarana habluminannas. Dan sebaik-
baik lintasan adalah lintasan ramadhan karena memang ramadhan itu adalah bulan kompetisi
yang di dalamnya terkumpul sarana habluminallah seperti puasa, shalat, tilawah, i’tikaf dan
lainnya dengan segala keistimewaannya dan sarana habluminannas seperti zakat, infak,
bersilaturrahim, memberi makan berbuka, saling memaafkan dan lainnya pula dengan segala
keutamaanya. Semua sarana tersebut merupakan kesempatan yang Allah berikan kepada
orang-orang mukmin untuk berkompetisi siapa yang terbaik. Berkompetisi yang
sesungguhya. Siapa yang sholeh kepada Allah dan siapa yang sholeh kepada manusia?!
Semua orang mukmin punya peluang yang sama karena siapapun yang terbaik Allah swt
akan memakaikan kepadanya mahkota kemuliaan, mahkota kemenangan, mahkota kefitrahan
dan mahkota ketaqwaan.
Abu bakar As Siddiq dan Umar bin Khatab telah mengajarkan kepada kita bagaimana
berkompetisi dalam kebaikan. Ketika rasulullah mengumumkan kepada kaum muslimin
untuk berinfak, Abu Bakar As Shiddiq bersegera menginfakkan seluruh harta kekayaan yang
dimilikinya dan Umar bin Khattab menginfakkan setengah dari harta yang dimilikinya.
* Q.S AL-BAQARAH :148
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Keumdian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya) : dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.
(Q.S. Al-Baqarah : 177 )
Menurut keterangan ayat diatas kebajikan itu adalahy meliputi :
1. Beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi
2. Memberikan harta yang dicintainya, kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta: dan
(memerdekakan) hamba sahaya
3. Mendirikan shalat
4. Menunaikan zakat
5. Menepati janji
6. Sabar, baik dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, Sebuah amal dikatakan jika di niati ikhlas karena Allah, pengertian dari
berlomba-lomba dalam kebaikan disini adalah berlomba dalam mencari kebaikan yang
diridhai oleh Allah. Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita untuk berlomba
dalam mencari karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya adalah dengan
berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya guna untuk bekal di hari akhir nanti.
B. SARAN
Marilah kita terus berkompetisi dalam kebaikan atas dasar iman dan cinta kepadaNya.
Karena kompetisi seperti itulah yang mengundang ampunan Allah atas segala dosa dan khilaf
yang kita lakukan. Mumpung Allah masih memberikan kesempatan kepada kita.
Berkompetisi dengan terus beribadah kepada Allah sesuai dengan kemampuan kita dan terus
menebar kepeduliaan kepada sesama.