Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH AL-QUR’AN-HADIST

BERKOMPETISA DALAM KEBAIKAN

Di Susun Oleh
Kelompok II

Ervina
Erviani
Bima Maulianda
Adam Rahma Wahyuni

KABUPATEN ACEH SELATAN


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 ACEH SELATAN
KLUET SELATAN
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNYa
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan. Penulisan
makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan ini bertujuan tidak lain adalah untuk
memenuhi tugas Al-Qur’an hadits.
Kesulitan yang kami hadapi dalam membuat makalah ini adalah kurangnya sumber
informasi. Namun, kesalahan adanya memang di manusia dan kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada segenap kalangan yang
telah membantu kami dalam penulisan makalah ini, mengimgat segala keterbatasan dan
kekurangan yang kami miliki.

Kluet Selatan,31 Januari 2023

Tim Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
Berkompetisi Dalam Kebaikan
Berkompetisi artinya berlomba-lomba dalam mencapai suatu tujuan. Orang berlomba
dan selalu berusaha untuk berada pada posisi yang paling depan, baik dalam hal yang
kongkrit maupun dalam hal yang tidak kongkrit.
Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik tapi juga kompetisi untuk
meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang banyak orang terjebak pada kompetisi semu
yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani.
Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan
kompetisi lainnya.yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda tapi sesungguhnya
tiada. Itulah kompetisi yang menipu. Bahkan yang sangat memilukan tak jarang dalam
kompetisi selalu diiringi “suudzhon” buruk sangka bukan hanya kepada manusia tapi juga
kepada Allah swt. Yang lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain.
Lalu bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman? Allah swt
telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk
berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firmanNya: “....Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berkompetisilah berbuat kebajikan...” (QS. 5:48). Selalu
berkompetisi, itulah sejatinya seorang mukmin karena dengan kompetisi itu seseorang
mukmin :
a. Berkesempatan untuk menjadi hamba yang dimuliakan Allah swt. “...Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu...” (QS.49:13).
b. Berpeluang juga menjadi hamba yang paling terbaik seperti diungkapkan Allah dalam
surat Al-Mulk: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS.67:2).
c. Berpeluang menjadi hamba yang paling bermanfaat. “Sebaik-baik kamu adalah yang
paling banyak manfaatnya bagi orang lain (Al-Hadits)
d. Berpeluang untuk menjadi orang yang paling dicintai Allah. “....Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”(QS.2:195)
Untuk berkompetisi dalam kebaikan, Allah swt telah menyediakan lintasan dengan
berbagai sarananya baik sarana habluminallah maupun sarana habluminannas. Dan sebaik-
baik lintasan adalah lintasan ramadhan karena memang ramadhan itu adalah bulan kompetisi
yang di dalamnya terkumpul sarana habluminallah seperti puasa, shalat, tilawah, i’tikaf dan
lainnya dengan segala keistimewaannya dan sarana habluminannas seperti zakat, infak,
bersilaturrahim, memberi makan berbuka, saling memaafkan dan lainnya pula dengan segala
keutamaanya. Semua sarana tersebut merupakan kesempatan yang Allah berikan kepada
orang-orang mukmin untuk berkompetisi siapa yang terbaik. Berkompetisi yang
sesungguhya. Siapa yang sholeh kepada Allah dan siapa yang sholeh kepada manusia?!
Semua orang mukmin punya peluang yang sama karena siapapun yang terbaik Allah swt
akan memakaikan kepadanya mahkota kemuliaan, mahkota kemenangan, mahkota kefitrahan
dan mahkota ketaqwaan.
Abu bakar As Siddiq dan Umar bin Khatab telah mengajarkan kepada kita bagaimana
berkompetisi dalam kebaikan. Ketika rasulullah mengumumkan kepada kaum muslimin
untuk berinfak, Abu Bakar As Shiddiq bersegera menginfakkan seluruh harta kekayaan yang
dimilikinya dan Umar bin Khattab menginfakkan setengah dari harta yang dimilikinya.
* Q.S AL-BAQARAH :148

ِ ‫ت َأ ْينَ َما تَ ُكو نُوْ ْا يَْأ‬


)148( ‫ت بِ ُك ُم هَّللا ُ َج ِم ْيعًا ِإ َّن هَّللا َ عَل َى ُكلِّ َش ْى ٍء قَ ِدي ٌر‬ ِ ‫َولِ ُك ٍّل ِوجْ َحةٌ هُ َو ُم َولِّيهَا فَا ْستَبِقُوْ ا ْال َخ ْي َرا‬
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan dimana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (Q.S Al-baqarah :148)
a. Penjelasan
Setelah Allah menjelaskan Hujjah kepada kaum ahli kitab, kemudian Allah
menjelaskan bahwa sebenarnya mereka mengetahui Nabi Muhammad SAW itu benar-benar
Nabi. Mereka mengetahui keNabian Muhammad sseperti halnya mereka mengetahui tentang
anak-anak mereka. Keingkaran mereka terhadap perpindahan kiblat merupakan bentuk dan
sikap takabur dan kekafiran mereka. Mereka sangat sadar, jika mengimani keNabian
Muhammad, maka jelas apa yang dilakukan Nabi adalah wahyu hingga kaum mereka akan
tunduk kepada Nabi Muhammad. Dan hal inilah yang tidak pernah mereka sukai.
Secara global ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam untuk
selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya untuk melihat sebuah perbuatan tersebut
baik atau tidak, harus merujuk sesuai dengan aturan Allah SWT yaitu al-Quran dan hadits
yang shahih.
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa setiap umat / pemeluk suatu agam mempunyai
kiblat masing-masing. Mereka menghadap kearah kiblat tersebut ketika melakukan ibadah.
Kewajiban umat, adalah melaksanakan apa yang diperintahkan melalui wahyu, sekalipun
tidak disebutkan hikmah yang terkandung di dalam perintah menghadap kiblat itu. Tetapi
Allah akan tetap memberi pahala kepada setiap orang yang mengerjakan amal baik. Dan
kaum Muslimin mempunyai kiblat yang ditetapkan lengsung oleh Allah yaitu ka’bah.
Tafsir Kata ,,Fastabiqul Khairat” adalah bergegaslah kalian untuk melakukan berbagai
kebaikan, dan berusahalah sekuat tenaga agar setiap orang diantara kalian berlomba mencapai
kebaikan. Dalam hal ini kalian harus mengikuti orang yang memberi petunjuk. Dan jangan
sekali-kali mengikuti perintah sombong yang selalu mengikutkan hawa nafsu dan
mengesampingkan kebenaran. Jika kalian mengikuti petunjuk orang-orang yang tersebut
terakhir ini, berarti kalian telah melibatkan diri pada perlombaan dalam bidang kejahatan,
kejelekan dan kesesatan. Sebab Allah telah menegaskan dalam firman-nya :
ِّ ‫فَ َما َذا بَ ْع َد ْال َح‬
ّ ‫ق ِإالَّ ا‬
‫ضلَ ُل‬
Artinya : “..... maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan....”
Pada kelanjutan ayat berikut “Aina maa takuunuu yakti bikumullahu jamii’aan”
ditegaskan, bahwa dimanapun kalian berada, Allah akan mencabut kalian, dan
mengumpulkan kalian semua untuk diperhitungkan seluruh perbuatan yang tyelah kalian
kerjakan. Karenanya, demi kemaslahatan kalian, wajib kalian berlomba untuk mencari
kebaikan. Adapun masalah Negara dan tempat dimana kalian berada, sama sekali tidak
mengait urusan agama. Pendeknya harus berbnuat baik.
Dalam masalah ini Allah telah menjanjikan kepada orang-orang taat, dengan pahala,
dan mengancam orang-orang yang berbuat maksiat dengan siksaan.
Kemudian di akhir ayat ini, Allah tegaskan, bahwa bagi Allah adalah sangat mudah
mengumpulkasn kalian besok dihari pembalasan, sekalipun letak kalian sangat berjauhan,
seluruh hamba Allah akan dikumpulkan menjadi satu dalam waktu yang sangat singkat.
Perintah untuk berlomba dalam berbuat baik, pengertiannya masih berlaku global.
Ada ayat lain yang memerincikan maksud ayat tersebut, sebagaimana firman Allah dalam
Q.S. Al Baqarah : 177
Artinya :

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Keumdian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya) : dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.
(Q.S. Al-Baqarah : 177 )
Menurut keterangan ayat diatas kebajikan itu adalahy meliputi :
1. Beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi
2. Memberikan harta yang dicintainya, kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta: dan
(memerdekakan) hamba sahaya
3. Mendirikan shalat
4. Menunaikan zakat
5. Menepati janji
6. Sabar, baik dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi, Sebuah amal dikatakan jika di niati ikhlas karena Allah, pengertian dari
berlomba-lomba dalam kebaikan disini adalah berlomba dalam mencari kebaikan yang
diridhai oleh Allah. Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita untuk berlomba
dalam mencari karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya adalah dengan
berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya guna untuk bekal di hari akhir nanti.
B. SARAN
Marilah kita terus berkompetisi dalam kebaikan atas dasar iman dan cinta kepadaNya.
Karena kompetisi seperti itulah yang mengundang ampunan Allah atas segala dosa dan khilaf
yang kita lakukan. Mumpung Allah masih memberikan kesempatan kepada kita.
Berkompetisi dengan terus beribadah kepada Allah sesuai dengan kemampuan kita dan terus
menebar kepeduliaan kepada sesama.

Anda mungkin juga menyukai