Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kelompok 2
 Adefriansyah  Dyas Pitaloka YPA
 Aditya Imam Nugraha  Farida Najwa
 Aulika Nuzula  Haniefaa Mufti Ananda
 Bintang Ramadhan  Haris Satriawan
 Cica Anatalisdi  Harisa Salsabilla

SMA NEGERI 7 BANJARMASIN


TAHUN 2018
KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
 Pengertian Kompetisi dan Kebaikan
Kata ‘kompetisi’ menurut KBBI artinya persaingan. Kebaikan, artinya sifat baik; perbuatan baik;
sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku.
Kata ‘kebaikan’ menurut ajaran islam dapat diartikan sebagai ‘amal sholeh’. Jadi, kompetisi
dalam kebaikan adalah melakukan persaingan atau berlomba untuk melakukan kebaikan atau
amal sholeh. Secara terminologis, amal sholeh adalah segala perbuatan yang tidak merusak
atau menghilangkan kerusakan. Amal sholeh juga adalah perbuatan yang mendatangkan
maslahat atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.

 Kriteria Perbuatan Baik atau Amal Sholeh


a. Adanya niat yang ikhlas karena Allah SWT.
b. Benar dalam melaksanakannya, sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan
Rasul-Nya.
c. Bertujuan hanya mencari ridha Allah SWT.

 Macam-macam Perbuatan Baik atau Amal Sholeh


a. Perbuatan baik atau amal sholeh yang berkaitan dengan Allah SWT.
b. Perbuatan baik atau amal sholeh yang berkaitan dengan diri sendiri.
c. Perbuatan baik atau amal sholeh yang berkaitan dengan sesama.
d. Perbuatan baik atau amal sholeh yang berkaitan dengan lingkungan.

 Keuntungan Berbuat Kebaikan atau Beramal Sholeh


a. Dianugrahi kehidupan yang baik, sebagaimana firman ALLAH SWT. Berikut ini.
Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.
An-Nahl/16: 97)

b. Memiliki rasa senang, sebagaimana firman ALLAH SWT berikut ini.


Artinya: ”Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (ALLAH)
Yang Maha Pengasih akan menanankan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).”(QS.
Maryam/19: 96)

c. Memperoleh pahala yang besar, sebagaimana firman ALLAH SWT berikut ini:
Artinya: ”Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan
barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatan. Mereka sedikit tidak
dirugikan (dizalimi).”(QS. Al-An’am/6: 160)

d. Memperoleh kekuasaan atau kesuksesan di muka bumi. Firman ALLAH SWT:


Artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang diantara kamu yang beriman dan yang
mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orangn sebelum mereka berkuasa.....” (QS.An-
Nur/24: 55)
e. Memperoleh ampunan, sebagaimana firman ALLAH SWT berikut ini.
Artinya: “Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh
ampunan dan rezeki yang mulia.” (QS.Al-Hajj/22: 50)
f. Memperoleh jalan keluar atas permasalahan yang mereka hadapi dan memperoleh rezeki
yang tidak disangka-sangka. Firman ALLAH SWT:
Artinya: “......Barangsiapa bertaqwa kepada ALLAH, niscaya Dia akan membuka jalan keluar
baginya (2) Dan Dia memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya (3)......”
(QS.At-Talaq/65: 2-3)

g. Mendapatkan tempat yang baik di akhirat.


Artinya: “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS.Ar-Ra’d/13: 29)

h. Memperoleh petunjuk dari ALLAH SWT sebagaimana firman-Nya:


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, niscaya
diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh
kenikmatan, mengalir dibawah sungai-sungai.” (QS.Yunus/10: 9)

 Qur’an Surah Al-Maidah ayat 48

Artinya:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
apa yang telah kamu perselisihkan itu,”
 Asbabun Nuzul
Yang ditekankan dalam ayat ini adalah mengingatkan umat islam agar jangan sampai bersikap
dan berperilaku seperti umat terdahulu, misalnya umat Nabi Musa a.s. dan umat Nabi Isa a.s.
yang tidak mengamalkan dan menegakkan apa yang terkandung dalam kitab suci yang
diturunkan kepada mereka. Sikap yang benar terhadap kitab suci adalah menaati dan
mengamalkan, bukan mencari-cari alasan agar dapat mengelabui, mengubahnya, atau hanya
ingin menuruti hawa nafsu.
Setiap umat memiliki syariat tersendiri. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan
masyarakat, maka syariat juga mengalami perubahan. Aspek yang tidak berubah adalah dasar
dari landasan agama, yakni tauhid atau keimanan. Taurat, Injil, dan Al-Qur’an memiliki ciri khas
masing-masing di bidang keimanan dan pengabdian, yaitu hanya kepada Allah SWT
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah Swt mengutus para nabi dan menurunkan syariat
kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada manusia sepanjang sejarah. sebagian
dari ajaran-ajaran mereka disembunyikan atau diselewengkan. Sebagai ganti ajarah para nabi,
mereka membuat ajaran sendiri yang bersifat khurafat dan khayalan. Sementara ayat ini
menyinggung kedudukan tinggi al-Quran sebagai pembenar kitab-kitab samawi, juga
menyebutnya sebagai penjaga kitab-kitab tersebut. Dengan menekankan terhadap dasar-dasar
ajaran para nabi terdahulu, al-Quran juga sepenuhnya memelihara keaslian ajaran itu dan
menyempurnakannya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran bila dibandingkan dengan kitab-kitab samawi terdahulu memiliki kemuliaan dan
keistimewaan.
2. Bahaya yang mengancam para tokoh masyarakat ialah ketidakpedulian terhadap hakikat ilahi
demi menarik simpati manusia, serta menuruti keinginan mereka yang tidak pada
tempatnya.
3. Salah satu dari sarana cobaan Allah ialah adanya perbedaan agama di sepanjang sejarah,
sehingga dapat memperjelas siapa gerangan yang bisa menerima kebenaran, serta siapa
yang ekstrim dan keras kepala.

 Tafsir Qur’an Surah Al-Maidah ayat 48 (Quraish Shihab)


Kami turunkan kepadamu, Muhammad, kitab suci yang sempurna, yaitu al-Qur'ân, yang berisikan
kebenaran dalam segala hukum dan beritanya, membenarkan kitab-kitab suci Kami sebelumnya,
sebagai saksi atas kebenarannya dan sebagai pengawas kitab-kitab suci yang lain, karena
terpelihara dari perubahan. Maka, apabila Ahl al-Kitâb mengadukan suatu perkara kepadamu,
putuskanlah menurut apa yang Allah turunkan kepadamu. Jangan mengikuti hawa nafsu dan
keinginan mereka dalam mengambil keputusan, sehingga kamu menyeleweng dari kebenaran
yang datang dari Kami. Tiap-tiap umat di antara kalian, wahai manusia, Kami berikan cara untuk
menjelaskan kebenaran dan cara beragama yang jelas. Jika Allah berkehendak, niscaya Dia akan
menjadikan kalian satu kelompok yang jalan petunjuknya tidak berbeda sepanjang masa. Akan
tetapi Allah menjadikan kalian sedemikian rupa, untuk menguji pelaksanaan kalian terhadap
syariat-syariat yang diberikan, sehingga dapat diketahui siapa yang taat dan siapa yang ingkar di
antara kalian. Pergunakanlah kesempatan dan bergegaslah dalam berbuat kebaikan.
Sesungguhnya hanya kepada Allahlah kalian akan kembali. Allah akan memberitahukan kepada
kalian hakikat apa yang kalian perselisihkan. Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang di
antara kalian sesuai dengan perbuatannya.
 Hukum Bacaan Tajwid QS Al-Maidah ayat 48

1. Yang diberikan tanda garis warna hijau tajwidnya adalah ikhfa


2. Yang diberikan tanda garis warna kuning tajwidnya adalah mad lin
3. Yang diberikan tanda garis warna biru tajwidnya adalah alif lam komariah
4. Yang diberikan tanda garis warna ungu tajwidnya adalah mad thobi'i
5. Yang diberikan tanda garis warna merah tajwidnya adalah idgom bilagunah
6. Yang diberikan tanda garis warna oranye tajwidnya adalah idhar
7. Yang diberikan tanda garis warna coklat tajwidnya adalah ihkfa safawi
8. Yang diberikan tanda garis warna merah muda tajwidnya adalah gunnah
9. Yang dberikan tanda lingkaran warna hijau tajwidnya adalah mad jaiz mungfasil
10. Yang diberikan tanda lingkaran warna biru tajwidnya adalah mad wajib muttasil

 Quran Surah Al-Baqarah ayat 148

Artinya:
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya.
Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."

 Tafsir Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 148 (Quraish Shihab)


Bahwasanya kiblat yang Aku perintahkan dirimu, Muhammad, untuk beralih kepadanya (Ka'bah),
bukan hanya untukmu saja tetapi juga kiblat umatmu. Demikianlah, bahwa tiap umat memiliki
kiblat tempat mereka menghadap dalam salat sesuai syariat masing-masing. Dalam hal ini Tuhan
tidak bermaksud melebihkan satu umat atas umat yang lain, karena kelebihan itu sesungguhnya
terletak pada kadar ketaatan dan kebajikan. Maka berlomba-lomba dan bersainglah dalam
mengejar berbagai kebaikan dan Allah akan membalas perbuatan baik kalian. Allah akan
mengumpulkan kalian semua di mana pun berada dan tidak akan ada seorang pun yang luput
dari perhitungan-Nya. Di tangan-Nyalah kekuasaan untuk mematikan, menghidupkan,
membangkitkan manusia dan mengumpulkannya di hari kiamat.
 Hukum Bacaan Tajwid QS Al-Baqarah ayat 148

1. Yang di berikan tanda garis warna merah muda dibagian bawahnya tajwidnya adalah idgom
bigunah
2. Yang diberikan tanda garis warna biru dibagian bawahnya, tajwidnya adalah qolqolah sugro
3. Yang diberikan tanda garis warna ungu dibagian bawahnya, tajwidnya adalah idhar
4. Yang diberikan tanda garis warna kuning dibagian bawahnya, tajwidnya adalah mad thobi'i
5. Yang diberikan tanda garis warna oranye di bagian bawahnya, tajwidnya adalah alif lam
komariah
6. Yang diberikan tanda garis warna merah di bagian bawahnya, tajwidnya mad lin
7. Yang diberikan tanda garis warna hijau di bagian bawahnya, tajwidnya adalah ikhfa
8. Yang diberikan tanda lingkaran warna pink tajwidnya adalah gunnah
9. Yang diberikan tanda lingkaran waran oranye tajwidnya adalah lamjalalah tafhim

 Qur’an Surah Faatir ayat 32

Artinya:
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba
Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri; ada yang pertengahan; dan ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia
yang besar."

 Tafsir Qur’an Surah Faatir ayat 32 (Quraish Shihab)


Lalu Kami wariskan kitab ini kepada para hamba yang Kami pilih. Sebagian mereka ada yang
menzalimi diri sendiri karena keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya. Sebagian
lainnya ada yang berada di tengah-tengah, di mana keburukannya tidak berlebihan dan
kebaikannya pun tidak banyak. Sebagian lainnya ada yang Allah berikan kemudahan sehingga
lebih cepat melakukan kebaikan mendahului lainnya. Kesegeraan melakukan pelbagai kebaikan
ini tentu akan diberi balasan oleh Allah berupa karunia yang besar.
 Hukum Bacaan Tajwid QS Faatir ayat 32

1. Garis warna merah muda tajwidnya adalah gunnah


2. Garis warna hijau tajwidnya adalah mad lin
3. Garis warna hitam tajwidnya adalah alif lam komariah
4. Garis warna oranye tajwidnya adalah mad thobi'i
5. Garis waran kuning tajwidnya adalah adalah idhar
6. Lingkaran warna merah muda tajwidnya adalah idgom mimi atau idgom mutamasilen
7. Lingkaran warna biru tajwidnya adalah iklab
8. Lingaran warna hijau tajwidnya adalah lamjalalah tarqik
9. Garis warna coklat tajwidnya adalah mad arid lissukun.
10. Garis warna biru tajwidnya adalah qolqolah sugro

 Sikap Mulia yang Mencerminkan Perilaku Berkompetensi dalam Kebaikan


 Sikap mulia yang menunjukkan perilaku kompetitif atau berlomba-loba dalam kebaikan di
kehidupan antara lain sebagai berikut.
 Meyakini bahwa hidup adalah perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetensi dalam
kebaikan
 Pada saat mendapatkan keberhasilan tidak takabur dan pada saat mengalami kegagalan
tidak putus asa
 Bersikap jujur,sportif,berperilaku mencintai kebaikan,dan menyadari bahwa amal baik
merupakan bekal kelak di akhirat
 Tidak menunda-nuna waktu dalam melakukan amal kebaikan seperti ketika mendengar
adzan maka segeralah laksanakan salat

 Hikmah Berkompetisi dalam Kebaikan


Orang yang selalu berbuat baik akan mendatangkan banyak manfaat.Manfaat itu akan
diperoleh jika kita mau mengerjakan banyak kebaikan.Kebaikan tidak hanya dikerjakan satu kali
saja.Namun,kebaikan harus dikerjakan terus-menerus.Kebaikan yang dikerjakan terus-menerus
akan mendatangkan sikap istiqamah,ikhlas dan akhlak mulia.Dari situlah,diperlukan sikap
kompetitif dalam berbuat baik.Jangan merasa bahwa kita tidak perlu untuk melakukan suatu
kebaikan.Hikamh bersikap kompetitif dalam kebaikan antara lain sebagai berikut :
 Menumbuhkan rasa cinta pada ajaran agama Islam
 Memperoleh rida Allah dan pahala yang banyak
 Mendatangkan sikap istiqamah
 Sikap kompetitif akan menjadikan kita sebagai hamba yang memiliki akhlak mulia
 Menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin
 Menimbulkan rasa ikhlas dalam hati
 Kajian Hadis tentang Berkompetisi dalam kebaikan

Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Segera beramal sebelum datangnya fitnah-
fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari, seorang laki-laki dalam keadaan mukmin,
lalu kafir di sore harinya. Di sore hari, seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di pagi
harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia.” (HR.Muslim).
Kandungan Hadits
a. Perintah untuk bersegera untuk melakukan amal sholeh sebelum hilang kesempatan.
b. Informasi bahawa fitnah itu berkonotasi kegelapan dan kesesatan, seperti gelapnya malam
tanpa pelita yang membuat manusia mudah tersesat.
c. Keimanan manusia itu bersifat fluktuatif (pasang-surut),tidak stabil,terkadang menguat dan
terkadang melemah. Pada saat iman melemah, perhiasan dunia menjadi paling berharga di
matanya sehingga akhirat terlupakan (ditukar dengan kenikmatan duniawi).

Anda mungkin juga menyukai