Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNYa
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan. Penulisan makalah
tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan ini bertujuan tidak lain adalah untuk memenuhi tugas Al-
Qur’an hadits.
Kesulitan yang kami hadapi dalam membuat makalah ini adalah kurangnya sumber
informasi. Namun, kesalahan adanya memang di manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah
SWT semata.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada segenap kalangan yang telah membantu kami
dalam penulisan makalah ini, mengimgat segala keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki.
Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berlomba-lomba Dalam Kebaikan
ْ فَا
ِ ست َ ِبقُوْاْْا ْل َخي َْرا
ْت
ْْسارعواْإلىْالطاعاتْ;ْوهذاْيدلْعلىْأنْتقديمْالواجباتْأفضلْمن:ْْفاستبقواْالخيراتْأي:ْقولهْتعالى
ْْوذلكْالْاختالفْفيهْفيْالعباداتْكلهاْإالْفيْالصالةْفيْأولْالوقتْ;ْفإنْأباْحنيفةْيرىْأنْاألولى،ْتأخيرها
ْْوقدْتقدم،ْْوفيهْدليلْعلىْأنْالصومْفيْالسفرْأولىْمنْالفطر،ْْوعمومْاآليةْدليلْعليهْ;ْقالهْإلكيا،ْتأخيرها
”ْجميعْهذاْفيْ”ْالبقرة
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa puasa saat berpergian lebih utama daripada tidak berpuasa,
keterangan semuanya telah ada sebelumnya dalam surat al baqoroh.
ْْ(ْفاستبقواْالخيراتْ)ْوهيْطاعة:ْْفقال،ْثمْإنهْتعالىْندبهمْإلىْالمسارعةْإلىْالخيراتْوالمبادرةْإليها
ْوالتصديقْبكتابهْالقرآنْالذيْهوْآخرْكتابْأنزله،ْْالذيْجعلهْناسخاْلماْقبله،ْ هللاْواتباعْشرعه.
Kemudian Allah memberikan anjuran kepada mereka agar bergegas kepada kebaikan dan
bersegera kepada kebaikan, maka Allah berfirman : ” Maka berlomba-lombalah kalian dalam
berbuat kebaikan “
Yaitu ta’at kepada Allah dan mengikuti syare’atnya yang Allah jadikan sebagai penghapus atas
syare’at sebelumnya,dan membenarkan kitab-Nya yaitu al Qur’an yang menjadi akhir kitab yang
diturunkan-Nya.
Dalam ilmu Falak, kiblat adalah arah terdekat menuju ka’bah melalui great circle pada
waktu mengerjakan ibadah salat. Ka’bah atau Baitullah adalah sebuah bangunan suci yang
merupakan pusat berbagai peribadatan kaum muslimin yang terletak di kota Mekah. Ia berbentuk
kubus yang dalam bahasa arab disebut muka’ab. Dan dari kata itulah muncul sebutan ka’bah.
Masalah kiblat tiada lain adalah masalah arah, yakni arah Ka’bah di Mekah. Arah Ka’bah ini
ditentukan dari setiap titik atau tempat di permukaan Bumi dengan melakukan perhitungan dan
pengukuran. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat pada dasarnya adalah perhitungan yang
dimaksudkan untuk mengetahui ke arah mana Ka’bah di Mekah itu dilihat dari suatu tempat di
permukaan Bumi, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan salat, baik ketika
berdiri, rukuk, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Ka’bah. [6]
Pensyari’atan Menghadap Kiblat dalam pelaksanaan ibadah antara lain berdasarkan firman
Allah dalam QS al-Baqarah/2: 149-150:
“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Dan dari mana saja kamu (keluar),
maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan di mana saja kamu (sekalian) berada,
maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk.”
Menghadap kiblat adalah salah satu syarat sah salat. Bagi mereka yang melihat masjidil
haram, para ulama sepakat menyatakan wajib menghadapnya dalam salat. Namun jika tidak
melihatnya, para ulama berbeda pendapat:
Amir ibn Rabī’ah berkata, kami beserta Rasulullah saw pada malam yang gelap dalam suatu
perjalanan. Maka tiap-tiap anggota rombongan salat menghadap ke arah (yang berbeda-beda).
Setelah pagi hari, kami menyadari bahwa telah salat bukan menghadap kiblat yag seharusnya.
Lalu kami menanyakannya kepada Rasullah. Rasul bersabda telah berlalu salat kamu sekalian
(diterima). Dan turunlah ayat “wa lillāhi al-masyriq wa al-magrib”. Menurut jumhur ayat ini
dimansukh oleh ayat ”wa min haysu kharajta fawalli wajhaka syatra al-masjid al-Harām”.[10]
Allah Yang Maha Mengetahui akan segala rahasia hati hambaNya dan telah mengetahui
keinginan RasulNya itu memberi ingatlah kepada Nabi s.a.w. bahwa peralihan kiblat itu kelak
akan membawa suatu keributan lagi di kalangan orang-orang yang bodoh-bodoh. Inilah ayatNya:
َ سفَهَا ُْء
ْسيَقُ ْو ُل ْْ ي قِ ْبلَتِ ِه ُْم ع
ْ ِ ََّن َوالَ ُه ْْم َْما الن
ُّ اس ِمنَْ ال ْْ ِعلَ ْيهَا كَانُ ْوا الَّت
َ
"Akan berkata yang bodoh-bodoh dari manusia itu; Apakah yang memalingkan mereka itu dari
kiblat mereka yang telah ada mereka padanya?" (pangkal ayat 142)
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, Sebuah amal dikatakan jika di niati ikhlas karena Allah, pengertian dari berlomba-
lomba dalam kebaikan disini adalah berlomba dalam mencari kebaikan yang diridhai oleh Allah.
Sebagai manusia ciptaan Allah sudah sepantasnya kita untuk berlomba dalam mencari
karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya adalah dengan berbuat kebaikan
sebanyak-banyaknya guna untuk bekal di hari akhir nanti.
Ilmu Falak Sebagai sebuah sains yang dikembangkan oleh umat Islam mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan sains. Dalam sains kebenaran suatu teori itu bersifat
relatif. Sebuah teori itu dianggap benar sampai datang teori baru yang meruntuhkannya.
Sehingga teori yang lama tadi digantikan dengan teori yang baru.
B. SARAN
Marilah kita terus berkompetisi dalam kebaikan atas dasar iman dan cinta kepadaNya.
Karena kompetisi seperti itulah yang mengundang ampunan Allah atas segala dosa dan khilaf
yang kita lakukan. Mumpung Allah masih memberikan kesempatan kepada kita. Berkompetisi
dengan terus beribadah kepada Allah sesuai dengan kemampuan kita dan terus menebar
kepeduliaan kepada sesama.
MAKALAH PAI
TENTANG
“FASTABIQULْKHAIRATْDANْWIJHAH”
Disusun Oleh :
NENDEN ADILA R
XI – TKJ