Anda di halaman 1dari 16

KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM MENGATASI DAMPAK

NEGATIF PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ANAK.

Rendi Pratama
Rendipratama443651@gmail.com ABSTRAK
Fitri Oviyanti
fitrioviyanti_uin@radenfatah.ac.id Orang tua mempunyai peran penting dan dasar
Maryamah untuk perkembangan psikologi anak. Orang tua
maryamah_uin@radenfatah.ac.id merupakan titik awal yang sangat penting bagi
perkembangan anak, dimana orang tua menjadi faktor
penentu bagi keberhasilan hubungan sosial anak.
Smartphone merupakan salah satu dari sekian banyak
alat komunikasi yang berkembang sangat pesat di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
wujud dampak negative penggunaan smartphone pada
anak dan keterlibatan orang tua dalam mengatasi
dampak negative penggunaan smartphone pada anak.
penelitianini dalam menggumpulkan data menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif.
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif analitis. keterlibatan orang
tua dalam mengatasi dampak negatif penggunaan
smartphone pada anak secara umum terlihat dari peran
yang diberikan orang tua terhadap anak seperti
membatasi waktu anak menggunakan smartphone,
menyediakan permainan untuk anak selain dari
smartphone, membiarkan anak bermaian permainan
tradisonal berasama teman-teman sebayanya.
Smartphone membawa banyak perubahan dalam pola
kehidupan (psikologi manusia), tanpa disadari
seseorang yang sering menggunakan Smartphone dapat
menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dalam
masyarakat.

Kata Kunci : Orang Tua, Smartphone, anak.


KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM MENGATASI DAMPAK
NEGATIF PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ANAK.

ABSTRACT
Rendi Pratama
Rendipratama443651@gmail.com
Parents have an important and basic role for
Fitri Oviyanti the psychological development of children. Parents
fitrioviyanti_uin@radenfatah.ac.id are a very important starting point for children's
Maryamah development, where parents are a determining
maryamah_uin@radenfatah.ac.id factor for the success of children's social
relationships. Smartphones are one of the many
communication tools that are developing very
rapidly in Indonesia. This study aims to determine
the negative impact of smartphone use on children
and the involvement of parents in overcoming the
negative impact of smartphone use on children. this
study in collecting data using a qualitative approach
with descriptive analysis techniques. The research
that will be carried out uses a qualitative descriptive
analytical method. In general, parental involvement
in overcoming the negative impact of smartphone
use on children can be seen from the role parents
give to children, such as limiting the time children
use smartphones, providing games for children
apart from smartphones, letting children play
traditional games with their peers. Smartphones
bring many changes in life patterns (human
psychology), without realizing that someone who
frequently uses a smartphone can cause social
inequality in society.

Keywords: Parents, Smartphone, children.

A. PENDAHULUAN.
Orang tua mempunyai peran penting dan dasar untuk perkembangan
psikologi anak. Orang tua merupakan titik awal yang sangat penting bagi
perkembangan anak, dimana orang tua menjadi faktor penentu bagi
keberhasilan hubungan sosial anak. Oangtua dan anak harus saling memupuk
keterbukaan, sehingga hubungan diantara mereka dapat berkembang dengan
baik dan melalui keterbukaan tersebut, orangtua dan anak saling memahami
kebutuhan dan perasaan masing-masing, sekaligus kebutuhan dan perasaan
orang lain.
Keluarga dianggap sangat penting bagi pembentukan sikap dan tingkah
pekerti anak, maka fungsi-fungsi keluarga di dalam masyarakat haruslah
terwujud di dalam kenyataannya. Di Indonesia, seorang ayah dianggap
sebagai kepala kelaurga yang diharapkan mempunyai sifat-sifat
kepemimpinan yang mantap dan sebagai pemimpin rumah tangga maka
seorang ayah harus mengerti serta memahami kepentingan-kepentingan dari
keluarga yang di pimpinnya. Sebagai seorang pemimpin tentu tidak terlepas
dari seorang ibu/istri didalamnya. keterlibatan ibu pada masa anak-anak
mempunyai efek yang lebih besar dari pada seorang ayah, ibu harus
mengambil keputusan-keputusan yang cepat dan tepat yang di perlukan
dalam pada periode tersebut. Untuk menjadikan peran seorang ibu dan ayah
tersebut menjadi maksimal maka diperlukan keterlibatan yang seimbang
yang dijalankan antara ayah dan ibu di dalamnya.
Secara formal tugas mengasuh anak memang menjadi tanggung jawab
seorang ibu, tetapi pada dasarnya Islam mengajarkan bahwa mengasuh anak
merupakan tugas bersama, yaitu tugas ayah dan ibu. Baik ayah dan ibu
dituntut mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Namun dalam mengasuh dan
mendidik pun orangtua tidak bisa memaksakan kehendak mereka saja karena
harus di sesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada.
Walaupun demikian, ada suatu kecenderungan bahwa keterlibatan ayah
dan ibu mengalami perubahan terutama di kota-kota besar di Indonesia salah
satunya adalah Palembang. Pada keluarga pedesaan, keluarga diartikan
sebagai kesatuan ekonomi dalam arti kesatuan produksi dan konsumsi,
namun karena proses perubahan ekonomi pada masyarakat industri telah
mengubah sifat keluarga. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka
keterlibatan anggota keluarga juga mengalami perubahan fungsi. Perubahan
fungsi keluarga yang terjadi telah mempengaruhi perubahan pada pembagian
tugas anggota-anggota keluarga. Tidak jarang bahwa dalam proses tersebut
disarankan kepada pembantu atau anggota keluarga lainnya yang belum
tentu menjalankan fungsi ayah dan ibu dengan baik.
Smartphone merupakan salah satu dari sekian banyak alat komunikasi
yang berkembang sangat pesat di Indonesia. Industri Smartphone terus
menerus membuat inovasi baru dengan mengintegrasikan teknologi-
teknologi pendukung pada Smartphone. Melalui Smartphone manusia
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, sehingga Smartphone menjadi
fenomena unik yang berkembang di dalam masyarakat khususnya
masyarakat pedesaan. Berbagai fitur-fitur canggih pada Smartphone
memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan sangat
cepat dan mudah. Seiring perkembangan zaman, Smartphone tidak lagi
dijadikan sebagai gaya hidup semata tetapi melelui Smartphone manusia bisa
menambah wawasan dan pengetahuan mereka dengan sangat luas dan tidak
terbatas.
Data Keminfo tahun 2016, mencatat penggunaan Smartphone di
Indonesia. Indonesia adalah "raksasa teknologi digital Asia yang sedang
tertidur". Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa adalah
pasar yang besar. Pengguna Smartphone Indonesia juga bertumbuh dengan
pesat. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018
jumlah pengguna aktif Smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang.
Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi Negara dengan
pengguna aktif Smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India,
dan Amerika.
Namun kecanggihan Smartphone memberikan dampak tersendiri bagi
para penggunanya, baik itu dampak yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif. Dampak positif Smartphone meliputi: menambah
pengetahuan, mempermudah komunikasi jarak jauh, memperluas jaringan
persahabatan dan sebagai penghibur saat anak jenuh. Adapun dampak
negatif Smartphone meliputi: rawan terhadap kejahatan, terganggunya
kesehatan anak, mengganggu perkembangan anak, mengakibatkan
pemborosan dan bisa menurunkan mental anak.
“Smartphone membawa banyak perubahan dalam pola kehidupan
(psikologi manusia), tanpa disadari seseorang yang sering
menggunakan Smartphone dapat menyebabkan terjadinya
kesenjangan sosial dalam masyarakat. Di dalam jurnalnya
terdapat contoh kasus bahwa anak kelas 5 SD telah melakukan
pelecehan seksual terhadap teman sebayanya, hal ini terjadi
karena anak tersebut sering menonton vidio porno yang dapat
dengan mudah diakses dengan Smartphone miliknya. Anak-anak
usia 5-12 tahun menjadi pengguna terbanyak dalam kemajuan
dari teknologi dan informasi. Tidak heran jika anak usia 5-12
tahun dikatakan sebagai generasi multi-tasking.” (Yudi Ismanto,
Franly Onibala. 2015, No.2)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat memberikan pandangan
bahwa masuknya teknologi canggih pada Smartphone di kalangan anak-
anak mengakibatkan dampak negatif yang sangat kompleks. Namun dengan
adanya keterlibatan orangtua yang dijalankan maka dampak negatif
Smarphone tersebut dapat dengan mudah diantisipasi melalui pengawasan-
pengawasan sosial yang dilakukan.
B. TINJAUN PUSTAKA.
Anak usia dini adalah anak yang berada dalam tahap perkembangan yang
lebih cepat dibandingkan dengan tahapantahapan berikutnya. Sugiyono
(2012) anak usia dini banyak menghabiskan waktunya dengan bermain
karena bermain adalah sarana untuk mengubah potensial yang ada dalam
diri anak menjadi sebuah kemampuan atau kecakapan. Bermain juga dapat
membantu anak untuk belajar dan mengetahui tetang hal-hal yang berada
disekitarnya karena usia 0-6 tahun adalah periode sensitif anak untuk
belajar. Setiap periode ditandai dengan ketertarikan dan keingintahuan anak
untuk mempelajari lingkungannya. Dan pada usia ini kemampuan dan minat
bermain anak meliputi kemampuan motorik, kemampuan kognitif (berpikir
dan mengamati) kemampuan afektif (berbahasa dan bersosialisasi). Hal ini
sejalan dengan yang disampaikan Vygotsky (dalam Mutiah, 2010) bermain
akan dapat menelaah kemampuan baru dari anak yang bersifat potensial
sebelum diaktualisasikan dalam situasi formal seperti disekolah.
Setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh
dan berprilaku yang baik, oleh karena itu dalam membentuk karakter anak
harus seteliti mungkin. Karena pendidikan pertama yang diterima oleh anak
adalah pendidikan dari orang tua sehingga perlakuan orang tua terhadap
anaknya memberikan andil sangat banyak dalam proses pembentukan
karakter anak. Islam juga msemandang keluarga adalah lingkungan pertama
bagi individu dimana ia berinteraksi atau memperoleh unsur-unsur dan
ciriciri dasar dari kepribadian. Maka kewajiban orang tua lah yang bisa
menciptakan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak-anaknya
dilingkungan keluarga.(Mansur, 2019). Orang tua adalah komponen
keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, yang secara sadar mendidik anak-
anaknya untuk mencapai kedewasaan.(Syaiful Bahri Djamara. 2004).
Namun pada zaman teknologi yang serba canggih seperti sekarang ini
memberikan banyak perubahan pada kehidupan manusia begitu juga pada
alat bermain anak. Dalam penelitian Trinika & Irsan (2015) terhadap anak
pra sekolah sebanyak 170 anak 61 diantaranya menurut pegamatan orang
tua anak lebih memilih bermain dengan Smartphone di rumah dari pada
bermain dengan teman sebayanya. Hal ini menunjukkan bahwa alat
teknologi komunikasi juga sudah banyak digunakan oleh anak usia dini,
seperti yang ditemukan dalam Common Sense Media terdapat 38% anak
berusia kurang dari delapan tahun menggunakan perangkat mobile:
smartphone, iPod atau tablet (Holloway et.al. (2013).

C. METODE PENELITIAN.
Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat
diperlukan terutama pada saat mereka masih dibawah usia lima tahun.
Seorang bayi yang baru lahir sangat tergantung dari lingkungan terdekatnya
yaitu keluarga khususnya orang tua ayah dan ibunya. Peran aktif orang tua
tersebut merupakan usaha secara langsung terhadap anak dan peran lain yang
penting dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial
yang pertama di jumpai oleh anak. Melalui pengamatan oleh anak terhadap
berbagai prilaku yang ditampilkan secara berulang-ulang dalam keluarga,
interaksi antara ayah-ibu, kakak, dan orang dewasa lainnya. Anak akan
belajar dan mencoba menirunya dan kemudian menjadi ciri kebiasaan atau
kepribadiaannya.
Agar hubungan antara keluarga dapat diterbina dan terpelihara dengan
baik, peran orang tua sangat penting. Memperhatikan situasi dan kondisi
yang memungkinkan sikap dan perbuatan yang dilakukannya sebagai teladan
atau contoh yang harus dipertimbangkan dengan baik, selektif dan rasional.
Hubungan dalam keluarga yang saling menghormati dengan jalinan
komunikasi yang akrab dan kasih sayang diantara anggota keluarga. ayah-
ibu, anak serta anggota lainnya sesuai dengan fungsi yang harus dijalankan
masing-masing.
Mengasuh, membina dan mendidik anak dirumah merupakan kewajiban
setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak. Dengan menjaga dan
melindungi serta menanamkan rasa kasih sayang kepada anakanaknya agar
kelak anak-anak tersebut dibekali dengan rasa kasih sayang terhadap
sesamanya.(Diana Mutia, 2010).
Untuk mengembangkan penelitian ini maka peneliti mengambil
penelitian dengan Menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis
deskriptif. Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif analitis. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan fenomena apa saja yang ditemukan, suatu objek,
sekelompok manusia atau suatu kondisi tertentu kemudian menganalisisnya
berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan teknik menggunakan instrumen berupa
pencatatan hasil wawancara, catatan observasi dan hasil dokumentasi. Data
dari penelitian kualitatif dianalisis secara induktif dalam triangulasi data tiga
tahap: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) validasi data.(Pebriana,
2017).
D. HASIL DAN PEMBAHASAN.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti mengenai
keterlibatan orang tua dalam mengatasi dampak negitif penggunaan
smartphone pada anak, Pemahaman orang tua terhadap dampak negatif
penggunaan smartphone pada anak masih kurang, sehingga masih banyak
orang tua yang membiarkan anak-anak mereka menggunakan smartphone
tersebut. Hal tersebut terjadi karena kemauan oang tua supaya anak bisa
bermain di rumah dan orang tua merasa aman saat anak mereka bermain
dirumah. meskipun anak bermain smatphone akan tetapi tidak semua orang
tua
1. Dampak negative penggunaan smartphone pada anak.
Gangguan kesehatan pada matanya Menurut hasil wawancara dengan ibu
sulastri ia mengatakan bahwa:
“Yah tentu mata anak akan mengalami gangguan pada kesehatan
matanya jika terlalu sering menggunakan smartphone. Oleh karena
itu peran orang tua sangat dibutuhkan seperti memberi nasehat
kepada anak main smartphonenya jagan terlalu lama dan jagan terlalu
dekat dan juga saya selalu mengatur cahaya layar supaya tidak terlalu
terang yang dapat meenyakiti mata anak.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpukan bahwa: jika anak


terlalu sering menggunakan smartphone dengan layar yang cukup terang
maka stelah anak bermain mata anak terlihat sedikit merah dan berair
ditambah lagi dengan anak mengucek-ngucek matanya dikarenakan
perih. Oleh karena itu keterlibatan meraka sebagai orang tua dalam
mendampingi anak sangat dibutuh.

Dapat menghambat kemampuan bahasanya. Menurut hasil wawancara


dengan ibu Rusmiati mengatakan bahwa:
“hal itu bisa saja terjadi apalagi anak sering menggunakan
smartphone. Karena jika anak terlalu sering menggunakan
smartphone dan banyak menghabiskan waktu bermain
smartphone seperti menonton video, anak hanya dapat
mendengarkan dan melihat tanpa berinteraksi secara langsung.
Untuk menghindari hal tersebut saya selalu mendampingi dan
selalu menjaga komunikasi dengan anak saya”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa: Jika anak
keseringan bermain menggunakan smartphone yang melampaui batas maka
aan dapat menghambat kemampuan bahasa anak. Dikarenakan anak teralu
banyak mendengarkan dan melihat apa yang ada di dalam gadget tanpa
berinteraksi secara langsung dengan orang diskitar. Dengan begitu tugas
orang tua yaitu selalu menjaga komunikasi dengan anaknya.
Dapat menghambat perkembangan kognitifnya Berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak Saddam, ia mengatakan bahwa:
“jika anak terlalu sering menggunakan smartphone maka
perkembangan kognitif anak dapat terhabat karena anak merasa
malas untuk belajar bahkan juga malas untuk melakukan kegiatan
yang lainnya dan yang ada dipikirannya selalu tentang
smartphone, ntah itu game atau hal lainnya yang mengakibatkan
terhambat nya perkembangan kognitif anak. Maka dengan begitu
kami menyidiakan media pembelajaran yang kreatif sehingga
kegiatan anak tidak terfokuskan pada smartphone saja”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dismpulkan bahwa: Upaya orang
tua yaitu dengan menyediakan media pembelajaran di rumah sehingga
perkembangan kognitif anak tetap berkembang dengan belajar media yang
sudah disediakan oleh orang tuanya dan tentunya juga didampingi oleh orang
tua.
Dapat menghilangkan ketetarikan anak pada akivitas yang lain Berdasarkan
hasil wawancara dengan Ibu Evi, ia mengatakan bahwa:
“Menurut saya itu bisa iya dan bisa juga tidak tergantung pada
sifat anak juga, seperti halnya pada anak saya saat ia sedang
bermain game menggunakan smartphone tiba-tiba temannya
ngajak main di halaman rumah dengan sendirinya ia langsung
menerima ajakan temannya untuk bermain. Begitupun sebaliknya
jika dia lagi asyiknya bermain smartphone meskipun sudah
dipanggil berkali-kali sama temannya masih tetap saja dengan
smartphone tadi. Tetapi lebih sering dia memilih untuk bermain
bersama dengan temantemannya dari pada diam di rumah”.
Dapat menghilangkan ketetarikan anak pada akivitas yang lain
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Evi, ia mengatakan bahwa:
“Menurut saya itu bisa iya dan bisa juga tidak tergantung pada
sifat anak juga, seperti halnya pada anak saya saat ia sedang
bermain game menggunakan smartphone tiba-tiba temannya
ngajak main di halaman rumah dengan sendirinya ia langsung
menerima ajakan temannya untuk bermain. Begitupun sebaliknya
jika dia lagi asyiknya bermain smartphone meskipun sudah
dipanggil berkali-kali sama temannya masih tetap saja dengan
smartphone nya tadi. Tetapi lebih sering dia memilih untuk
bermain bersama dengan teman temannya dari pada diam di
rumah.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa: anaknya
lebih memilih bermain bersama dengan teman-temannya dari pada diam
di rumah, karena bermain di luar rumah bagi anak- anak itu sangat
menyenangkan dan lebih seruh karena banyak orang yang bermain tidak
Cuma ia sendiri.
Dapat mempengaruhi perilaku anak. Menurut hasil wawancara dengan
Ibu Lisus ia mengatakan bahwa:
“kalau anak saya iya, contohnya saat dia lagi main game tiba-tiba
ia mengatakan mau salah satu benda yang ada digame tersebut,
karena posisinya kita ada di desa jualan mainan seperti itu tidak
ada dan keinginan nya tidak dipenuhi maka ia menangis dan
marah bahkan sampai memukul-mukul orang yang berusaha
untuk membujuknya supaya berhenti menangis.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa: dari apa
yang lihat melalui smartphone dapat mempengaruhi perilaku seorang
anak yang belum tahu apa-apa yang dapat menyakiti diri mereka sendiri,
oleh karena itu orang tua harus bisa menasehati anak dengan sabar.
2. Keterlibatan orang tua dalam mengatasi dampak negative penggunaan
smartphone pada anak.
1) Mengawasi anak ketika bermain.
Orang Tua membatasi jangka waktu anak bermain smartphone dan
Berapa jam anak di bolehkan bermain smartphone.
Menurut hasil wawancara dengan ibu Riza mengatakan bahwa:
“Selaku orang tua saya tidak ingin anak saya bermain smartphone
terlalu lama karena jika terlalu menggunakannya mata anak dapat
mengalami kerusakan jadi, saya kasih waktu untuk anak saya
bermain smartphone minimal 15 menit sudah lebih dari cukup”.
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas dapat disimpukan bahwa:
Sebagai orang tua mereka tidak melarang anaknya bermain
menggunakan smartphone, tetapi mereka juga membatasi waktu anak
dalam menggunakan smartphone. untuk membiasakan anak supaya
tidak terlalu keseringan bermain smartphone yang dapat mengakibatkan
anak kecanduan untuk terus-menerus meggunakanya.
2) Membiasakan perilaku baik.
Orang Tua memberi contoh yang baik dalam menggunakan smartphone
Menurut hasil wawancara dengan ibu santi Hs ia mengatakan bahwa:
“sebagai ibu pastinya memberikan contoh yang baik untuk anak,
apalagi masalah smartphone itu sudah pasti. Contohnya itu
seperti menggunakan gadget saat anak sudah tidur atau anak tidak
ada di rumah sedang bermain dirumah neneknya, dan saya juga
termasuk orang yang jarang membuka smartphone jika tidak ada
hal yang berkepentingan.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa: sebagai
orang tua yang baik mereka berusaha memberikan contoh yang baik
kepada anak. Misalnya, tidak bermain smartphone saat anak berada
disampingnya kecuali ada telpon masuk. Karena orang tua merupakan
pendidikan pertama bagi anak dengan begitu mereka berusaha
memberikan contoh yang baik unuk anak.
3) Mengelolah lingkungan rumah sedemikian rupa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Riza Hartati ia mengatakan
bahwa:
“kalau kreatif sih nggak yah, tapi saya berinisiatif untuk
memberikan anak permaianan edukatif yang siap dipakai
langsung oleh anak dan juga lebih menarik. Kalau saya anak saya
di rumah saya berikan permainan seperti lego, bermain mencari
jejak dan puzzle huruf hijaiya. Beberapa buan kmudian baru saya
ganti permainan apa yang cocok untuk anak saya.
Jadi kesimpulan hasil dari wawancara diatas adalah meskipun
mereka bukan orang tua yang kreatif tetapi mereka beusaha membeli
berbagai macam permainan edukatif seperti Lego, Maze, dan Puzzle
untuk mengurangi kegiatan anak dalam menggunakan smartphone.
Ada atau tidaknya dampak negatif dari penggunaan smartphone pada
anak ini tidak lepas dari keterlibatan dan dukungan yang diberikan oleh
keluarga terutama orang tua anak. Sebab, orang tua merupakan panutan
atau contoh bagi anak. Dari hasil penelitian diatas dapat peneliti pahami
bahwa keterlibatan orang tua dalam mengatasi dampak negatif
penggunaan smartphone pada anak secara umum terlihat dari peran yang
diberikan orang tua terhadap anak seperti membatasi waktu anak
menggunakan smartphone, menyediakan permainan untuk anak selain
dari smartphone, membiarkan anak bermaian permainan tradisonal
berasama teman-teman sebayanya. Selain itu juga orang tua memberikan
contoh yang baik kepada anak karena pada dasarnya sifat anak lebih
senang untuk meniru sikap dari orang dewasa. keterlibatan lain yang
orang tua berikan kepada anak yaitu dengan tidak memaksa kehendak
orang tua terhadap anak, tidak terlalu melarang anak namun tetap
memberi batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan
atau dilihat oleh anak.
Menurut salah satu pakar psikologi, ada delapan aspek
perkembangan anak yang akan terpengaruh oleh penggunaan
smartphone. (Mona Ratuliu, 2018).
Perkembangan Motorik Anak yang kecenderungan memainkan
smartphone secara berlebihan membuat mereka jadi kehilangan waktu
untuk melakukan permainan yang melibatkan fisik alhasil banyak yang
mengeluh kalau kids zaman now tulisan tangan nya kurang rapi,
mengalami kesulitan pada pengaturan pengimbangan tubuh, dan lain-
lain.
Perkembangan Fisik Menyibukkan diri dengan smartphone kadang
membuat anak malas melakukan aktifitas fisik padahal, beraktivitas fisik
bisa mendatangkan banyak manfaat. Selain menghindarkan anak dari
obesitas yang bisa menjadi sumber penyakit, beraktivitas fisik juga
melepaskan hormon endorfin yang dapat mendatangkan perasaan senang
dan nyaman sehingga dapat membuat seseorang berenergi.
Perkembangan Moral Saat ini anak dengan mudah terpapar konten
yang tidak sesuai dengan usia mereka. Misalnya, games yang melihatkan
adegan kekerasan, tindakan kriminal, menyakiti orang lain, baik
disengaja ataupun tidak, bahkan perbuatan asusila. Kalau anak-anak
terpapar konten-konten tersebut secara terus- menerus sejak dini mau-tak
mau, ha-hal negatif tersebut akan terpatri dalam otaknya dan terbawa
hingga mereka dewasa. Bukan tidak mungkin mereka akan
mempraktikan apa yang mereka ihat selama ini.
Perkembangan Sosial Anak yang terlalu sibuk dengan smartphone
maupun dengan game-game lainnya juga memiliki kecenderungan malas
bersosialisai. Mereka masih tetap keep in touch dengan teman-emannya
melalui instant messenger yang saat ini semakin marak. Namun,
intensitas mengobrol face-to-face nya jadi semakin berkurang. Padahal,
bertatap muka tetap dibutuhkan agar anak dapat mempelajari mimik dan
bahasa tubuh lawan bicaranya.
Perkembangan Identifikasi Gender Derasnya arus informasi seiring
dengan hadirnya TV ataupun internet membuat kita jadi semakin mudah
mendapatkan berbagai informasi, termasuk diantaranya gambaran
mengenai peran gender dilingkungan sekitar. Namun sayangnya,
semakin lama semakin banyak tanyangan ataupun konten yang secara
sadar maupun tidak telah menyajikan pergeseran nilai peran gender
wanita dan pria yang sesungguhnya.
Perkembangan Bahasa Penggunaan smartphone terlalu dini pada
anak-anak menyebabkan keterlamatan berbicara atau speech delay. Hal
ini diseebabkan karena anak lebih sering mendengar suara dan menonton
smartphone. Mereka juga biasanya jarang berineraksi langsung dengan
orang terdekatnya. Akhirnya anak lebih banyak mendengar kosa kata
pasif yang tidak membutuhkan atau komentar darinya.
Perkembangan Neurologi Perkembangan saraf-saraf otak manusia
terbentuk sangat cepat sejak bayi hingga mencapai maksimum usia
remaja 14 tahun. Saraf-saraf otak ini terbentuk dari banyaknya infomasi
dari luar yang diserap oleh panca indera (penglihatan, perasa,
pendengaran,penciuman, dan pengecap) lalu diproses oleh otak. Semakin
banyak stimulasi yang terekspos oleh lingkungan, semakin banyak dan
semakin sering informasi yang diserap oleh anak sehingga semakin
berkembanglah sambungan saraf-saraf ini dengan kukuh
Perkembangan Kogitif Perkembangan kognitif adalah kemampuan
pola pikir kritis dan logika berpikir. Biasanya, stimulasi pada aspek ini
didapatkan dari proses pembelajaran lingkungan yang terjadi seiring
berjalannya waktu. Semakin maraknya media massa dan semakin
canggihnya teknologi, kedua hal itupun memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap perkembangan pola pikir dan logika anak.

E. KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa: Keterlibatan orang tua baik bapak atau ibu sangatlah
penting, karena keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak. Adapun
keterlibatan orang tua dalam mengatasi dampak negatif penggunaan
Smartphone pada anak yaitu sebagai berikut: membiasakan anak disiplin
dalam menggunakan gadget dengan waktu yang dibatasi oleh para orang tua.
menyediakan permainan seperti (lego,berbagai macam puzzle, media
pembelajaran lainnya). Ketika anak berada dirumah orang tua memberikan
kesempatan kepada anak untuk menceritakan kegiatan apa yang saja yang
telah dilakukan, mendampingi atau mengawasi anak ketika bermain
Smartphone atau bermain lainnya. Selain itu para orang tua juga memberi
kesempatan kepada anak untuk bermain di luar rumah kecuali Smartphone,
seperti bermain permain tradisional bersama teman-teman sebayanya yang
jarang di lakukan oleh ana-anak zaman modern ini dan yang terpenting para
orang tua juga memberikan contoh yang baik kepada anak seperti
menggunakan Smartphone saat anak lagi tidur atau menggunakan
Smartphone seperlunya saja disaat hal yang penting. Dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan anak ini, para orang tua hendaknya
melakukan aktivitas sehari-hari yang bisa memberi nilai lebih demi tumbuh
kembang anak. Banyak keseharian yang sangat baik bagi anak yang akan
membantunya menjadi anak cerdas, kreatif sekaligus percaya diri. Para orang
tua hanya perlu mendidik dan memberi contoh yang baik.
DAFTAR PUSTAKA.
Al-youby,M Hafiz, 2017,“Dampak penggunaan gadget pada anak usia dini di
PAUD dan TK Handayani Bandar Lampung”
Angeningsih Leslie Retno,2016, Keluarga Dan Pembentukan Karakter Anak.
Yogyakarta: Institute Of Nation Development Studies(Indes).
Djamarah Syaiful Bahri, 2004, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Holloway, et.al. (2013). Zero to eight. Young children and their internet use.
LSE, London: EU Kids Online.
Mutiah, D. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Nova, Riska Ardia. 2019. Dampak Penggunaan Samrtphone Terhadap
Akhlak Remaja Di Desa Latitik Kecamatan Simuelue Tengah Kebupaten
Simulue. Skripsi. Tidak diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan- UIN Ar-Raniry.
Pebriana, Hana. 2017. Analisis Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan
Interaksib Sosial Pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi, Vol. 1 No.1.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.. Bandung: Alfabeta.
Simamora, Antonius. 2016. Persepsi Orang Tua Terhadap Dampak Pengguanaan
Gadget Pada Anak Usia Pendidikan Dasar Di Perumahan.
Wahyudin,Dede. 2017. Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Kesadaran
Budaya Lokal Di Kalangan Peserta Didik Sekolah MenengahAtas. Skripsi.
Bandung: Universitas Pasundan.
Widiawati. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya Kembang
Anak . Jakarta: Universitas Budi Luhur.

Anda mungkin juga menyukai