Anda di halaman 1dari 6

“PENGARUH GADGET TERHADAP KARAKTER ANAK”

Sitti Aisyah
Program Studi Pendidikan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar (UNM)

Pendahuluan
Di dunia digital yang serba canggih, teknologi hadir sebagai sebuah jawaban untuk
memudahkan semua aktivitas manusia. Bahkan, manusia menjadi tergantung akan teknologi
yang ada. Kemajuan teknologi inilah yang perlu dilihat, dari sisi positif dan negatifnya. Tidak
jarang sisi negatif lebih mendominasi karena ketidakmampuan kita untuk memanage
penggunaan teknologi yang ada, terutama gadget. Gadget menjadi salah satu alasan utama
mengapa perilaku manusia, sedikit demi sedikit menjadi apatis.

Untuk manusia dewasa yang sudah mengerti akan dua sisi gadget tersebut saja masih
bisa salah dalam penggunaannya. Apalagi pada anak usia dini, dimana mereka masih
memerlukan pendampingan ketika menggunakan. Salah satu sisi baiknya adalah anak dapat
bermain sambil belajar melalui media audio visual yang lebih menarik, sehingga anak mudah
memahami apa yang mereka pelajari. Namun di sisi lain, berpengaruh pula pada pembentukan
karakter seorang anak. Anak usia dini yang sejatinya masih memerlukan bimbingan dan contoh
nyata dari lingkungan sekitarnya. Karakter anak juga bisa terbentuk ketika ia berlebihan dalam
menggunakan gadget.
Menurut Soedarsono, karakter merupakan sebuah nilai yang sudah terpatri di dalam diri
seseorang melalui pengalaman, pendidikan, pengorbanan, percobaan, serta pengaruh
lingkungan yang kemudian dipadupadankan dengan nilai-nilai yang ada di dalam diri
seseorang dan menjadi nilai yang intrinsik yang terwujud di dalam sistem daya juang yang
kemudian mendasari sikap, perilaku dan pemikiran seseorang.1 Berdasarkan pengertian
tersebut, karakter didapat melalui pengalaman dan pendidikan. Anak usia dini yang rasa
keingintahuannya tinggi, tentu akan terbentuk karakternya yang baik ketika diarahkan pada hal
yang positif, terutama pada penggunaan gadget mereka. Sehingga pada penelitian ini akan
dilihat bagaimana penggunaan gadget berpengaruh pada pembentukan karakter anak usia dini.
Pembahasan
A. Pendidikan Karakter

Berbicara mengenai karakter, sebenarnya apa itu karakter? Karakter (character)


mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Dalam tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Prof. Suyanto,
Ph.D. menjelaskan bahwa “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas tiap individu untuk hidupan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Sedangkan menurut Alwisol diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang
menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk baik secara eksplisit maupun kepribadian. Kata
karakter berasal dari bahasa Yunanti yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan,
bagaimana mengplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.

Dengan adanya karakter, tentu diperlukan adanya pendidikan karakter. Pendidikan


karakter diartikan sebagai the deliberate us of all dimensioins of school life to foster optimal
character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah
utnuk membantu pengembangan karakter dengan optimal). Raharjo memaknai pendidikan
karakter sebagai suatu proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral
dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi
yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat
relevan untuk mangatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak
diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan
melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anakanak. Pendidikan karakter di Indonesia,
sebenarnya tidak dicantumkan dalam format berupa kegiatan pembelajaran. Namun pada setiap
mata pelajaran, memuat nilai-nilai yang salah satunya adalah pendidikan karakter. Jadi, dalam
pemberian materi atau kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah, bertujuan untuk
menanamkan pendidikan karakter pada anak. Karena, karakter anak di Indonesia perlu
dibentuk sejak dini. Pendidikan dasar di Taman Kanak-kanak (TK), menjadi lembaga awal
untuk mengaplikasikan pendidikan karakter, setelah anak didasari dari lingkungan
keluarga.Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter, UNESCO dalam empat pilar
pendidikan secara implisit sebenarnya juga menyingggung pentingnya pendidikan karakter.
Seperti kita ketahui ada empat pilar pendidikan yang diharapkan ditegakkan dalam
implementasi pendidikan di seluruh dunia, yang meliputi, learning to know, learning to,
laerning to be, dan learning to live together. Dua pilar terakhir learning to be dan learning to
live together pada hakikatnya adalah implementasi dari pendidikan karakter.

B. Pengertian Gadget

Gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan sebuah alat
elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Gadget dalam pengertian umum
dianggap sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap
perangkatnya. Contohnya komputer, handphone, game, dan lainnya. Gadget memiliki fungsi
dan manfaat yang relatif sesuai dengan penggunaanya. Fungsi dan manfaat gadget secara
umum diantaranya : 1. Komunikasi; 2. Sosial; 3. Pendidikan. Dengan segala kemudahan yang
terdapat pada fitur gadget tersebut, semakin mempermudah aktivitas manusia. Indonesia
menjadi negara dengan pengguna gadget yang cukup banyak. Dari data statistik pengguna
gadget, khususnya komputer atau laptop, didapat hasil bahwa jumlah pengguna internet di
Indonesia tahun 2016 sebanyak 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk
Indoesia sebesar 256,2 juta.

C. Pengaruh Gadget Pada Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

Kecenderungan anak-anak untuk menggunakan gadget, bisa berasal dari pengaruh


lingkungan maupun keluarga. Lingkungan tempat anak itu berada, juga mendukung anak
tersebut untuk menggunakan gadget. Kondisi keluarga yang kurang kondusif seperti anggota
keluarga yang sibuk, membuat anak mengalihkan perhatiannya pada gadget milik orang tua.
Semisal anak tidak ingin bermain di luar bersama temannya, atau orang tua yang tidak
memperbolehkan karena alasan tertentu, maka gadget menjadi alternatif andalan untuk
membuat anak diam atau betah dirumah.Pengguna gadget yang juga berasal dari kaum anak-
anak atau anak usia dini, belum mengerti mengenai penggunaan gadget yang baik dan benar.
Mereka memerlukan pendampingan dan pemahaman dari orang tua, guru, maupun lingkungan
sekitar yang tidak hanya memberikan pengetahuan berupa kata-kata lisan, tetapi juga dengan
contoh nyata berupa perbuatan. Anak usia dini yang sejatinya masih dalam proses mengamati
dan meniru, dapat diarahkan ke arah yang positif.

Pengaruh penggunaan gadget pada anak usia dini, dapat dilihat dari perkembangan
yang dialami oleh anak. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Sinta dari Universitas Tanjungpura Pontianak, pada sebuah Taman Kanak-kanak (TK) di
Pontianak, yaitu TK Aisyiyah Bustanul Athfal VI Pontianak. Penelitian tersebut mengkrucut
pada perkembangan sosial anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari
sekian anak yang menjadi sampel, hanya ada 1 anak yang intensif menggunakan gadget.
Setelah diteliti, ternyata penggunaan gadget tidak berpengaruh terhadap perilaku sosial anak di
TK Aisyiyah Bustanul Athfal VI. Kesimpulannya, penelitian ini lebih mengarah kepada
penggunaan gadget yang memberi dampak positif, dan hal tersebut tidak berpengaruh terhadap
perilaku sosial anak. Terdapat pula penelitian lainnya yang sejenis, sehingga menjadi acuan
pada penelitian ini. Penelitian berjudul Pengaruh Media Gadget Pada Perkembangan Karakter
Anak, oleh Puji Asmaul Chusna dari STIT Al-Muslibun. Penelitian ini membahas mengenai,
pengaruh gadget pada perkembangan karakter seorang anak. Hal yang terlihat paling menonjol
dan utama, adalah pada sikap perilaku anak tersebut.Selain dari perubahan sikap perilaku,
faktor kesehatan juga menjadi penyebab selanjutnya yang mengakibatkan karakter seorang
anak dapat berubah. Kesimpulannya, peran yang paling berpengaruh terdapat pada orang tua.
Ketika orang tua memiliki andil penuh dalam memberikan pengawasan, maka penggunaan
gadget pada anak, serta faktor negatifnya pun dapat diminimalisir.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sejenis, penelitian ini akan membahas mengenai
dampak penggunaan gadget pada pembentukan karakter anak usia dini. Keluarga sebagai
tempat pertama yang dilihat anak, serta sekolah lanjutan awal atau Taman Kanak-kanak (TK)
sebagai lembaga formal yang juga mendukung pembentukan karakter tersebut, menjadi fokus
pada penelitian ini. Penggunaan gadget yang mengakibatkan sikap ketergantungan, berimbas
pada karakter seorang anak. Karakter anak yang belum terbentuk seutuhnya, dapat berubah
ketika anak melihat suatu hal baru, atau ia terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang saat ini serba menggunakan gadget, membuat rasa ingin tahu seorang anak
bertambah. Awalnya anak mengamati, lalu anak mencoba memakainya, hingga menjadi
pengguna gadget itu sendiri. Sebenarnya, penggunaan gadget pada anak usia dini dapat
memberikan dampak positif maupun negatif. Di satu sisi, anak dapat belajar melalui media
audio visual yang menarik sehingga anak lebih mudah memahami apa yang ia ingin tahu. Di
sisi lain pengawasan yang kurang terhadap anak, dapat memberikan dampak negatif. Salah
satunya terhadap pembentukan karakter mereka. Sampel yang dipilih oleh peneliti dalam
sebuah Taman Kanak-kanak di Purwokerto, yaitu TK UMP Dukuhwaluh, terdapat 21 anak
dalam sebuah kelas. Untuk penggunaan gadget di sekolah, terkadang guru menggunakan media
seperti LCD, laptop, dan DVD player sebagai media pembelajaran. Tujuan utamanya adalah
untuk memperkenalkan teknologi masa kini yaitu gadget. Tujuan lainnya yaitu untuk
mengajarkan mengenai hal hal baru pada tema-tema tertentu, misalnya pada tema tema
Pekerjaan. Guru memperkenalkan tentang berbagai pekerjaan yang sehari-hari dapat ditemui
oleh anak. Salah satunya adalah dokter. Kemudian guru meminta salah satu wali siswa yang
berprofesi serupa untuk mengisi kelas inspirasi. Tentu saja pengisian kelas tersebut melibatkan
penggunaan gadget. Dengan tujuan edukasi, gadget berupa laptop tersebut menjadi media
audio visual yang dapat mendukung pembelajaran, sehingga penyampaian informasi
pendidikan dapat dimengerti dengan mudah oleh anak serta lebih menarik, seperti lewat video
maupun animasi gambar. Namun bagaimana ketika karakter anak yang sehari-harinya
berperilaku baik, dapat berubah menjadi negatif? Tentu sekolah tidak memperkenankan anak
untuk menggunakan gadget secara pribadi. Artinya adalah, anak tidak membawa atau
meggunakan gadget miliknya saat berada di sekolah. Pembatasan ini hanya diberlakukan di
sekolah, yang hanya berkisar 2-3 jam saja. Ketika anak kembali ke rumah, bagaimana peran
orang tua? Hal ini terkadang tidak disadari, karena hanya membebankan pada peran guru
sebagai pendidik. Padahal, waktu-waktu efektif untuk menggunakan gadget salah satunya
adalah di rumah. Untuk itu peneliti memberikan kuisioner kepada orang tua siswa, dengan
harapan mendapatkan jawaban yang lebih mendalam.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penggunaan gadget pada anak usia dini ternyata
berpengaruh pada pembentukan karakternya. Dimana ketika penggunaan gadget tersebut
intensif, maka karakter yang terbentuk pada anak cenderung ke arah yang kurang baik.
Sebaliknya ketika penggunaan gadget dibatasi atau bahkan jarang, maka karakter yang baik
dapat dibentuk kepada anak. Tentu pembentukan ini didukung dengan peran serta orang tua
dan guru, yang dapat memfasilitasi anak usia dini, sehingga karakter generasi penerus bangsa
yang berdasar nilai-nilai luhur Pancasila dapat terwujud.

Daftar Pustaka
Pengguna Internet di Indonesia 2018 didunduh dari apjii.or.id diakses pada 17 Oktober 2019.

Budiningsih, A. (2008). Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chusna, Puji A. (2017). Pengaruh Media Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak. STIT
AlMuslibun. Jurnal Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 17,
No.2.

De Jong, Willem. (2). Pendekatan Pedagogik & Didaktik Pada Siswa Dengan Masalah Dan
Gangguan Peilaku. Jakarta: Prenada Media.

Hariyanto., Samani, Muchlas. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai