Anda di halaman 1dari 18

BAB 10

AKHLAK AL-KARIMAH
A. Pendahuluan
Dalam berusaha, manusia harus menunjukkan
tingkah-laku baik, tidak bermalasan, tidak menunggu
tetapi segera mengambil keputusan. Dalam mencari
rezeki juga demikian, harus menunjukkak akhlak yang
baik. Allah berfirman:
َِّ ‫ض ِل‬
ْ َ‫ض َوابْ تَ غُوا ِم ْن ف‬
ِ ‫الص ََلةُ فَانْ تَ ِش ُروا ِِف ْاْل َْر‬ ِ ‫ضي‬ ِ
‫اَّلل َواذْ ُك ُروا‬ َّ ‫ت‬ َ ُ‫فَِإذَا ق‬
)10( ‫ريا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬ِ َّ
ً ‫اَّللَ َكث‬
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu
beruntung. (QS.Al-Jumu’ah[62]:10)
ِ َّ ‫ك َخي ر وهو َخي ر‬ ِ ‫أ َْم تَسأَ ُُلُم َخر ًجا فَ َخر‬
َ ‫الرا ِزق‬
)72(‫ني‬ ُ ْ َ ُ َ ٌ ْ َ ‫اج َرب‬
َُ ْ ْ ْ
Atau kamu meminta upah kepada mereka?, maka upah
dari Allah SWTmu adalah lebih baik, dan Dia adalah
pemberi rezki yang paling baik. (QS.Al-
Mu’minuun[23]:72)
ِ َّ ‫اَّلل َُلو َخي ر‬ ِ
َ ‫الرا ِزق‬
)58(‫ني‬ ُ ْ َُ ََّ ‫َوإ َّن‬
Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi
rezki. (Qs.Al-Hajj[22]:58)
Berdasarkan ayat tersebut, manusia hanya mempu
berusaha, Allah yang menentukannya. Sifat optimis untuk
berusaha di muka bumi harus dengan jalan usaha, do’a,
tawakal dan akhirnya bersabar.
B. Pengertian
Baik dalam bahasa Arab disebut khair, dalam
bahasa Inggris disebut good. Dalam beberapa kamus dan
ensiklopedi di peroleh pengertian baik sebagai berikut:

1
1. Baik berarti sesuatu yang telah mencapai
kesempurnaan.1
2. Baik berarti sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan
dalam kepuasaan, kesenangan persesuaian dan
seterusnya. 2
3. Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran
atau nilai yang diharapkan yang memberikan
kepuasan.3
4. Baik berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan.
5. Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan
rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia,
bila ia dihargai secara positif.4
Baik berarti sesuatu yang pantas dikerjakan dan
diusahakan atau dikehendaki. Sesuatu yang baik ialah
yang memenuhi hasrat dasar manusia. Bila diterapkan
bagi kehendak manusia merupakan predikat yang positif.
Jadi akhlak al-karimah berarti tingkah laku yang
terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah. Akhlak al-karimah dilahirkan
berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.5
Al-Ghazali menerangkan adanya 4 pokok keutamaan
akhlak yang baik, yaitu:
1. Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang lebih
baik. Ia memandang bentuk hikmah yang harus

1
Luis Ma’luf, Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabah Al-
Katalikiyah, tt), hlm. 194.
2
Webster’s, Dictionary, Twentieth Century (New York:
World University, tt), hlm. 789.
3
The Advanced Learner’s, Dictionary of Current English,
(New York: World University, tt). hlm. 430.
4
Tim Penyusun Ensiklopedi, Ensiklopedi (Semarang: Toha
Putra), hlm. 362
5
Abdullah Rasyid, Akidah Akhlak, Cet.1, (Bandung: CV.
Husaini, 1989), hlm. 73.

2
dimiliki seseorang yaitu jika berusaha untuk mencapai
kebenaran dan ingin terlepas dari semua kesalahan dari
semua hal.
2. Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat
mengendalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk
maju. Orang yang memiliki akhlak baik biasanya
pemberani, dapat menimbulkan sifat-sifat yang mulia,
suka menolong, cerdas, dapat mengendalikan jiwanya,
suka menerima saran dan kritik orang lain, penyantun,
memiliki perasaan kasih dan cinta.
3. Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah yaitu sifat
yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal
dan agama. Orang yang memiliki sifat fitrah dapat
menimbulkan sifat-sifat pemurah, pemalu, sabar,
toleransi, sederhana, suka menolong, cerdik dan tidak
rakus. Fitrah merupakan suatu potensi yang diberikan
Allah, di bawa oleh manusia sejak lahir yang menurut
tabiatnya cenderung kepada kebaikan dan mendorong
manusia untuk bebuat baik.
4. Berlaku adil. Adil yaitu seseorang yang dapat
membagi dan memberi haknya sesuai dengan
fitrahnya, atau seseorang mampu menahan
kemarahannya dan nafsu syahwatnya untuk
mendapatkan hikmat di balik peristiwa yang terjadi.
Adil juga berarti tindakan keputusan yang dilakukan
dengan cara tidak berat sebelah atau merugikan satu
pihak tetapi saling menguntungkan. Pepatah
mengatakan langit dan bumi ditegakkan dengan
keadilan.
C. Bentuk-Bentuk Akhlak Baik
a. Sifat sabar
Ada pribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu
pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis

3
daripada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah
kesabaran sebagai fadilah. Kesabaran dapat di bagi 4
kategori:
1. Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban.
Kewajiban menjalankan shalat lima waktu, kewajiban
membayar zakat, kewajiban melaksanakan haji
bilamana mampu. Bagi orang yang sabar, betapapun
beratnya kewajiban itu tetap dilaksanakan, tidak
perduli apakah dalam keadaan melarat, sakit atau
dalam kesibukan. Semuanya tetap dilaksanakan
dengan patuh dan ikhlas. Orang yang sabar
melaksanakan kewajiban berarti mendapat taufik dan
hidayah Allah.
2. Sabar menanggung musibah atau cobaan. Cobaan
bermacam-macam, silih berganti datangnya. Namun
bila orang mau bersabar menanggung musibah atau
cobaan disertai tawakal kepada Allah, pasti
kebahagiaan terbuka lebar. Namun yang sabar
menanggung musibah pasti memperoleh pahala dari
Allah.
3. Sabar menahan penganiayaan dari orang. Di dunia ini
tidak bisa luput dari kezaliman. Banyak terjadi kasus-
kasus penganiayaan terutama menimpa orang-orang
yang suka menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi
bagi orang yang sabar menahan penganiayaan demi
tegaknya keadilan dan kebenaran, pasti dia orang-
orang yang dicintai Allah.
4. Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan. Banyak
orang-orang yang hidupnya selalu dirundung
kemiskinan akhirnya berputus asa. Ada yang
menerjunkan dirinya ke dunia hitam, menjadi
perampok, pencopet dan pembegal. Adalagi yang
kemudian terjun menjadi pengemis, pekerjaannya tiap
hari hanya minta-minta. Orang seperti ini tidak

4
memiliki sifat sabar. Sebaliknya orang yang sabar
menanggung kemiskinan dan kepapaan dengan jalan
mencicipinya apa adanya dari pembagian Allah serta
mensyukurinya, maka ia adalah yang di dalam
hidupnya selalu dilimpahi kemuliaan dari Allah.6
Kebalikan dari sifat sabar adalah sifat putus asa,
yakni ketidakmampuan seseorang menanggung derita atas
musibah dan ketidaksanggupan seseorang tekun dalam
suatu kewajiban. Putus asa adalah ciri kelemahan mental.
Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa sikap tersebut
hanyalah pantas bagi kaum kafir. Demikian juga sifat
malas digolongkan sebagai akhlak tercela (mazmumah).
Kesabaran tidak dapat dipaksakan begitu saja dalam
pribadi seseorang, melainkan ada 3 faktor yang
mempengaruhi yaitu:
1. Syaja’ah atau keberanian yaitu seseorang yang dapat
bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada
keberanian menerima musibah atau keberanian dalam
mengerjakan sesuatu. Seorang pengecut sukar
didapatkan sikap sabar dan berani.
2. Al-Quwwah atau kekuatan yaitu seseorang dapat
bersabar terhadap segala sesuatu jika dalam dirinya
cukup tersimpan sejumlah kekuatan. Dari orang yang
lemah kepribadian sukar diharapkan kesabarannya
menghadapi sesuatu.
3. Sadar dalam mengerjakan sesuatu. Jika seseorang tau
dan sadar apa yang dilakukan, maka ia akan dapat
manfaatnya.
b. Bersifat Benar (Istiqamah)
Dalam pribahasa sering disebutkan berani karena
benar, takut karena salah. Betapa akhlak al-karimah

6
Ahmad Sunarto, Pembina Iman dan Akhlak, (Surabaya:
Mutiara Ilmu, 1982), hlm. 10.

5
menimbulkan ketenangan batin, yang dari situ dapat
melahirkan kebenaran. Rasulullah telah memberikan
contoh betapa beraninya berjuang karena beliau berjalan
di atas prinsip-prinsip kebenaran. Benar ialah
memberitahukan (menyatakan) sesuatu yang sesuai
dengan apa-apa yang terjadi, artinya sesuai dengan
kenyataan.7
Sebagai kebalikan dari kebenaran dan kejujuran
adalah dusta dan curang. Sifat dan sikap ini membawa
kepada bencana dan kerusakan bagi pribadi dan
masyarakat. Dalam masyarakat yang sudah merajalelanya
dusta dan kecurangan maka akibatnya dapat mengacaukan
sistim sosial masyarakat tempat tinggalnya.
c. Memelihara Amanah
Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah
kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (istiqamah) atau
kejujuran. Kebaliknnya ialah khianat. Khianat adalah
salah satu gejala munafik. Betapa pentingnya sifat dan
sikap amanah ini dipertahankan sebagai akhlak al-
karimah dalam masyarakat, jika sifat dan sikap itu hilang
dari tatanan sosial umat Islam, maka kehancuranlah yang
bakal terjadi bagi umat itu.
d. Bersifat Adil
Adil berhubungan dengan perseorangan, adil
berhubungan dengan kemasyarakatan dan adil
berhubungan dengan pemerintah.8 Adil perseorangan
ialah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak.
Bila seseorang mengambil haknya dengan cara yang
benar atau memberikan hak orang lain tanpa mengurangi

7
Hafidh Hasan Al-Masidi, Bimbingan Akhlak, (Surabaya:: Al-
Ikhlas, 1987), hlm, 46
8
Barmawi Umary, Materi Akhlak, Cet.6 (Solo: Ramadhani,
1993), hlm. 47.

6
haknya, itulah yang dinamakan tindakan adil. Adil yang
berhubungan dengan kemasyarakatan dan adil yang
berhubungan dengan pemerintahan misalnya tindakan
hakim menghukum orang-orang yang jahat atau orang-
orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan.
Sebagai kebalikan dari sifat adil adalah sikap
zalim. Zalim berarti menganiaya, tidak adil dalam
memutuskan perkara, berat sebelah dalam tindakan,
mengambil hak orang lain dari batasnya atau memberikan
hak orang kurang dari semestinya.
e. Bersifat Kasih Sayang
Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahman)
adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada makhluk.
Pada hewan misalnya, begitu kasihnya kepada anaknya,
sehingga rela berkorban jika anaknya terganggu. Naluri
ini pun ada pada manusia, mulai dari kasih sayang orang
kepada anaknya dan sebaliknya, kecintaan anak kepada
orang tuanya.
Islam menghendaki agar sifat kasih sayang dan
sifat belas kasih dikembangkan secara wajar, sejak kasih
sayang dalam keluarga sampai kasih sayang yang lebih
luas dalam bentuk kemanusiaan, malahan lebih luas lagi
kasih sayang kepada hewan-hewan sekalipun. Jika di
perinci, maka ruang lingkup ar-rahman ini dapat
diutarakan dalam beberapa tingkatan, yaitu:
1. Kasih sayang dalam lingkungan keluarga.
2. Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan kampung.
3. Kasih sayang dalam lingkungan bangsa.
4. Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan.
Manakala sifat ar-rahman ini terhujam kuat dalam
diri pribadi seseorang, dapat menimbulkan berbagai sikap
akhlakul mahmudah lainnya, antara lain:
1. Pemurah, ialah sifat suka mengulurkan tangan kepada
orang lain yang menghajatkannya.

7
2. Tolong menolong, ialah sikap yang senang menolong
orang lain, baik dalam bentuk material maupun dalam
bentuk tenaga dan moril.
3. Pemaaf, yaitu sifat pemaaf yang timbul karena sadar
bahwa manusia bersifat dhoif tidak lepas dari
kesalahan dan kekhilafan.17
4. Damai (Al-Ishalah), orang yang jiwanya penuh kasih
sayang dapat memancarkan sikap suka kepada
perdamaian dan perbaikan.
5. Persaudaraan, dari jiwa yang penuh kasih sayang
mudah diperoleh semangat persaudaraan.
6. Menghubungkan tali kekeluargaan (siraturahmi),
dengan adanya sifat kasih sayang ini, maka seorang
muslim tidak senang memutuskan tali kekeluargaan.
f. Bersifat Hemat
Hemat (al-iqtishad) ialah menggukan segala
sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan
tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan
tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan. Adapun
macam-macam penghematan antara lain:
1. Pengematan harta benda. Penghematan harta benda
dapat dilakukan dengan cara:
a. Membelanjakan sesuatu harta dengan
mendahulukan apa-apa yang paling perlu.
b. Tidak boleh membelanjakan sesuatu yang akibatnya
merugikan diri pribadi dan tidak memberikan
manfaat apa-apa.
c. Tidak boleh memelihara sesuatu yang hanya
memberikan manfaat bagi diri sendiri, tetapi
merugikan kepentingan orang banyak.

17
Abdul Halim, Al-Qur’an Membangun Kesalehan Hakiki,
Cet.1, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 357.

8
d. Perlu diperhitungkan dengan teliti antara
pemasukan dengan pengeluaran.
2. Penghematan Tenaga. Dalam diri manusia terdapat
tenaga (energi) yang betapa pun kuatnya pasti terbatas
adanya. Oleh karena itu hendaklah tenaga
dimanfaatkan secara wajar menurut kodrat
kesanggupan dan jangan mengangkat beban yang
berlebihan.
3. Penghematan Waktu. Pemanfaatan waktu yang
tersedia dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan
produktif, efektif, efisien itulah yang dimaksud sebagai
penghematan waktu.
g. Bersifat Berani
Sifat berani termasuk dalam fadilah akhlak al-
karimah. Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani
berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental
seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut
semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada
masa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah
orang yang berani.9 Rasulullah saw bersabda, bukankah
yang ditanamkan pemberani orang yang kuat bergulat,
sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup
menguasai hawa nafsunya di kala marah. (HR.Ahmad).
h. Bersifat Kuat (al-Quwwah)
Al-Quwwah termasuk dalam rangkaian fadilah
akhlak al-karimah. Kekuatan pribadi manusia dapat di
bagi menjadi 3 bagian:
1. Kuat fisik, kuat jasmaniah yang meliputi anggota
tubuh.
2. Kuat jiwa, bersemangat, inofatif dan inisiatif.

9
Burhanuddin Salam, Etika Individual, Cet.1 (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 184.

9
3. Kuat akal, pikiran, cerdas, cepat mengambil keputusan
yang tepat.
i. Bersifat Malu (al-Ahya)
Sebagai rangkaian dari sifat al-haya (malu) ialah
malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di kala
melanggar peraturan-peraturan Allah. Perasaan ini dapat
menjadi bimbingan kepada jalan keselamatan dan
mencegah dari perbuatan nista.
j. Memelihara Kesucian Diri (al-Ifafah)
Al-Ifafah (memelihara kesucian diri) termasuk
dalam rangkaian fadilah akhlak al-karimah yang di tuntut
dalam ajaran Islam. Menjaga diri dari segala keburukan
dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada
setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka
dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada
status khairunnas. Hal ini dilakukan mulai dari
memelihara hati (qalbu) untuk tidak berbuat rencana dan
anggan-anggan yang buruk.
Sebagai kebalikan dari sifat tersebut ialah sikap
memperturutkan panggilan hawa nafsu. Allah berfirman:
)53(‫يم‬ ِ ‫لس‬
ِ ‫وء إََِّّل ما رِحم رِّب إِ َّن رِّب غَ ُف‬ ُّ ‫ارةٌ ِِب‬ َّ ِ
ٌ ‫ور َرح‬
ٌ َ ََ َ َ َ ‫س َْل ََّم‬
َ ‫إن النَّ ْف‬
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah
SWTku. Sesungguhnya Allah SWTku Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (Qs.Yusuf:53)

k. Menepati Janji
Janji ialah suatu ketetapan yang di buat dan
disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya
sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya.

10
Biarpun janji yang di buat sendiri tetapi tidak terlepas
darinya, melainkan mesti ditepati dan ditunaikan.10
Menepati janji ialah menunaikan dengan
sempurna apa-apa yang telah dijanjikan, baik berupa
kontrak maupun apa saja yang telah disepakati.
F. Usaha, Do’a dan Tawakal
a. Usaha
Manusia merupakan makhluk yang memerlukan
teman dan kelompok. Usaha untuk mendapatkan rezki
dalam bentuk bisnis dan perdagangan diperlukan karena
tidak ada seorangpun yang dapat hidup dengan sempurna
tanpa rezki. Tidak ada seorang manusia yang mampu
menyediakan segala keperluan dan tuntutan hidupnya
sendiri tanpa melibatkan orang lain. Oleh karena itu
manusia saling memerlukan, bekerjasama dan saling
tolong menolong.
Islam mendorong ummatnya berusaha mencari
rezeki supaya kehidupan mereka menjadi baik dan
menyenangkan. Allah swt menjadikan langit, bumi, laut
dan apa saja untuk kepentingan dan manfaat manusia.
Manusia hendaklah mencari rezeki yang halal. Allah
berfirman:
ِ
)11(‫اشا‬
ً ‫َّه َار َم َع‬ ً َ‫َو َج َعْلنَا اللَّْي َل لب‬
َ ‫) َو َج َعْلنَا الن‬10(‫اسا‬
Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami
jadikan siang untuk mencari penghidupan,(Qs.An-
Naba’:10-11).
Dalam ayat itu Allah mengajarkan keseimbangan
antara mencari rezeki untuk kehidupan dan beristirahat
(leisure). Malam hari untuk beristirahat dan

10
Moh. Rifa’i, Akhlak Seorang Muslim, Cet.3 (Semarang:
Wicaksana, 1992), hlm. 116.

11
mengumpulkan tenaga siang hari bekerja mencurahkan
tenaga, berbisnis, berdagang untuk mencari rezeki.
b. Do’a
Do’a berasal dari bahasa Arab, merupakan
mashdar da’aa yang berarti meminta, memohon,
memanggil, memuji seruan dan percakapan. Do’a ialah
memohon sesuatu kepada Allah dengan cara-cara tertentu.
Hasbi Ash Shiddiqi mengartikan do’a sebagai
permohonan yang melahirkan kerendahan hati dan
menundukan diri kepada Allah swt.11 Do’a merupakan
permemohonan bantuan kepada Allah dengan tujuan
mengharapkan yang lebih baik dengan cara kerendahkan
hati, ketundukan dan penuh keikhlasan.
Banyak orang menyangka bahwa do’a itu adalah
suatu hal yang mudah saja, artinya kalau suka boleh
dikerjakan, tetapi kalau tidak suka tidak usah dikerjakan.
Banyak orang yang menyangka bahwa do’a itu adalah
perbuatan-perbuatan orang yang lemah, orang-orang yang
bodoh, orang-orang yang tidak tahu jalan yang harus
dilaluinya untuk mewujudkan cita-citanya, karena ia tidak
mengaku adanya jiwa manusia, padahal Allah dan
Rasulullah menyatakan bahwa berdo’a adalah suatu
ibadah yang amat penting. Allah berfirman:
ِ ِ َّ ِ ْ ‫ا ْد ُع ِوِن أ‬
َ ‫ادِِت َسيَ ْد ُخلُو َن َج َهن‬
‫َّم‬ َ َ‫ِْبو َن َع ْن عب‬ َ ‫ب لَ ُك ْم إِ َّن الذ‬
ُ ِ‫ين يَ ْستَك‬ ْ ‫َستَج‬
ِ
)60(‫ين‬ َ ‫َداخ ِر‬
Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombong-
kan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina. (Qs.Al-Mukmin:60)

11
Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman Zikir dan Do’a, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2000), hlm. 45.

12
)55(‫ين‬ ِ ُّ ‫ض ُّر ًعا َو ُخ ْفيَةً إِنَّهُ ََّل ُُِي‬
َ ‫ب ال ُْم ْعتَد‬ َ َ‫ا ْدعُوا َربَّ ُك ْم ت‬
Berdo`alah kepada Allah SWTmu dengan berendah diri
dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Qs.Al-
A’raf:55)
Ada beberapa hal yang mewajibkan manusia harus
berdo’a kepada Allah, antara lain:
1. Panggilan jiwanya. Berdo’a adalah salah satu
panggilan jiwa manusia yang asli, hal ini dapat
dibuktikan dengan dua jalan, yakni;
- Begitu Adam dan Hawa terpedaya oleh syetan,
sehingga mereka memakan buah larangan Allah,
maka Adam dan Hawa berdo’a dan do’anya
dikabulkan Allah SWT.
- Allah memberitahukan kepada manusia, apabila
manusia sekonyong-konyong menghadapi mara
bahaya yang sangat dasyat dia pasti berdo’a kepada
Allah dengan sekonyong-konyong pula. Pada hal
sebelumnya dia tidak pernah berdo’a. Allah
berfirman:
)49( ‫ض ٌّر َد َع َاَن‬
ُ ‫سا َن‬ ِْ ‫س‬
َ ْ‫اْلن‬ َّ ‫فَِإذَا َم‬
Maka apabila manusia ditimpa musibah ia berdo’a
kepada Kami,(Qs.Az-Zumar:49)
2. Karena Allah memerintahkan kepada manusia untuk
berdo’a kepadanya. Allah berfirman:
)60( ‫ب لَ ُك ْم‬ ِ ْ ‫ال ربُّ ُكم ا ْد ُع ِوِن أ‬
ْ ‫َستَج‬ ُ َ َ َ‫َوق‬
Dan Allah berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan (do’a) bagimu. (Qs.Al-
Mu’min:60)
3. Manusia diciptakan Allah dalam keadaan lemah,
padahal di luar dirinya banyak sekali kekuatan yang

13
besar dari padanya dan sering pula mendatangkan
musibah kepadanya. Allah berfirman:
َِّ ‫صيب ٍة إََِّّل ِبِِ ْذ ِن‬
)11( ‫اَّلل‬ ِ ِ ‫ما أَص‬
َ ‫اب م ْن ُم‬
َ َ َ
Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; (Qs.At-
Taghaabun:11)
4. Ilmu manusia diberikan Allah sangat sedikit, masalah
yang dihadapinya sangat banyak. Sedangkan ilmu
Allah sangat luas. Allah berfirman:
ِ ‫ط ِِبلن‬
)60( ‫َّاس‬ َ ‫َحا‬
َ‫كأ‬َ َّ‫ك إِ َّن َرب‬
َ َ‫َوإِ ْذ قُلْنَا ل‬
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu,
"Sesungguhnya ilmu Allah SWTmu (sangat luas)
meliputi segala manusia". (Qs.Al-Isra’:60)
Karena sedikitnya ilmu manusia itu, maka perlu
memohon kepada Allah apa yang tidak dikuasai agar
dapat menyongsong masa depan yang cerah, yang
baik, yang lebih selamat dan yang lebih bahagia.
5. Manusia di kirim ke dunia ini untuk bekerja, tetapi
hasilnya di tangan Allah. Allah berfirman:
ِ ِ ِ ِ
‫ف تَ ْعلَ ُمو َن َم ْن‬ َ َ‫قُ ْل ََيقَ ْوم ا ْع َملُوا َعلَى َم َكانَت ُك ْم إِِن َعام ٌل ف‬
َ ‫س ْو‬
)135(‫تَ ُكو ُن لَهُ َعاقِبَةُ الدَّا ِر إِنَّهُ ََّل يُ ْفلِ ُح الظَّالِ ُمو َن‬
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh
kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula).
Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara
kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari
dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu
tidak akan mendapat keberuntungan.(Qs.Al-
An’am:135)
6. Allah senang jika manusia meminta kepadaNya, Allah
mengabulkan, Allah menganggap berdo’a adalah

14
perbuatan yang amat mulia (akhlak al-karimah). Allah
berfirman:
)60( ‫ب لَ ُك ْم‬ ِ ْ ‫ا ْدعُ ِوِن أ‬
ْ ‫َستَج‬
Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. (Qs.Al-Mukmin:60)
Adapun cara-cara berdo’a kepada Allah dan
tempat-tempat yang mustajab telah ditunjuk-ajarkan oleh
Nabi melalui Hadisnya, dijelaskan oleh Allah melalui Al-
Qur’an. Tempat dan tata cara berdoa yang benar agar do’a
seseorang itu dikabulkan Allah adalah melalui tahapa
sebagai berikut:
1. Berdo’a sesudah shalat lima waktu, antara lain:
- Sebelum berdo’a hendaklah terlebih dahulu
membaca zikir-zikir tertentu.
- Sesudah berzikir barulah membaca do’a.
2. Berdo’a pada tempat-tempat mustajab lainnya selain
sesudah shalat lima waktu, cukup banyak, tergantung
pada tempat, situasi dan kondisi. Caranya antara lain:
- Sebelum berdo’a hendaklah memperbaharui
ibadahnya dengan cara bertobat.
- Hendaklah berdo’a dengan penuh harap dan
merendahkan diri.
- Bacalah terlebih dahulu ta’awudz.
- Kemudian hendaklah membaca Basmalah.
- Mulailah berdo’a dengan memuji Allah.
- Setelah itu membaca shalawat atas nabi Muhammad
saw.
- Sesudah itu berdo’alah dengan do’a yang disukai,
diinginkan seberapa dikekhendaki.
- Setelah selesai mengucapkan do’a hendaklah di
tutup dengan membaca hamdalah.
- Do’a diucapkan dengan suara yang rendah.

15
- Hendaklah merasa yakin, bahwa do’anya itu mesti
dikabulkan oleh Allah.
- Hendaklah berdo’a dengan khusu’ yaitu dengan
menyerahkan seluruh kepribadian kepada Allah.
- Hendaklah berdo’a itu diulang-ulang
pengucapannya sampai berkali-kali, sampai
terkabul.
- Berdo’a pada waktu-waktu yang baik dan pada
tempat yang mulia.
- Hendaklah berdo’a dengan kata-kata yang jelas dan
sopan.
- Tidak meminta yang mustahil adanya, yang jelek
dan yang dilarang oleh Allah.
3. Berdo’a pada situasi-situasi tertentu dan langsung
berdo’a sebagaiman yang telah dianjurkan.
Cara-cara berdo’a yang benar yang ditunjukkan
oleh Allah dan Rasulnya kepada umat manusia. Kalau
seseorang ingin berdo’a hendaklah mengikuti cara-cara
berdo’a yang benar, agar Allah mengabulkan do’a
hambanya.
Adapun tujuan berdo’a itu antara lain:
a. Untuk memohon perlindungan kepada Allah swt.
b. Untuk memohon pertolongan dari Allah swt.
c. Untuk mentaati Allah.
d. Untuk memperoleh keridhoan Allah swt.
e. Untuk memohon curahan rahmat.
Adapun syarat-syarat diterimanya do’a antara lain:
a. Mengetahui arti dan maksud do’a itu.
b. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
c. Memenuhi sebab-sebab untuk berhasilnya do’a atau
yang dihajatkan.
d. Dilakukan dengan khusu’ dan berharap bentul-betul
terkabul.
e. Bertaqwa kepada Allah swt.

16
f. Menjahui dari segala macam yang di larang Allah.
g. Dilakukan dengan ikhlas.
h. Tidak meminta yang mustahil, yang jelek-jelek, tidak
memperkutukan Allah
i. Tidak memutuskan persahabatan dan minta cepat
dilabulkan.
Ciri-ciri dan kemungkinan do’a dapat terkabul:
a. Dikabulkan sesuai permintaan.
b. Diberikan hal yang serupa dengan apa yang di minta.
c. Dihindarkan dia dari suatu bencana yang meninpa.
d. Diampuni dosa-dosanya.
e. Di tunda pengabulannya.
Adapun sebab-sebab di tolak do’anya adalah sabagai
berikut:
a. Berdo’a dengan cara yang tidak benar dan tidak
diajarkan.
b. Berdo’a dengan tidak memenuhi syarat-syarat
diterimanya do’a.
c. Selalu memakan atau meminum barang-barang yang
haram.
d. Selalu berbuat kejahatan.
e. Menyekutukan Allah dengan yang lainnya.
c. Tawakal
Tawakal ialah menyerahkan, menyandarkan diri
kepada Allah setelah melakukan usaha atau ikhtiar dan
mengharapkan pertolonganNya. Tawakal dalam ajaran
Islam bukan suatu pelarian bagi orang-orang yang gagal
usahanya, tetapi tawakal itu adalah tempat kembalinya
segala usaha. Tawakal bukan berarti menyerah atau
pasrah tanpa usaha, tetapi menyerahkan diri pada Allah
itu pertanda taat padanya setelah berusaha. Jika pasrah itu
merupakan sifat malas dan putus asa, jelas dilarang oleh
Allah.

17
Tawakal bukanlah menanti nasib sambil
berpangku tangan, tetapi berusaha sekuat tenaga dan
setelah itu baru berserah diri kepada Allah. Misalnya
ingin lulus ujian, setelah tekun dan giat belajar, setelah itu
diserahkan kepada Allah sambil berdo’a agar lulus.
Kewajiban berusaha adalah perintah Allah dan hasilnya
ditentukan oleh Allah. Allah berfirman:
َ ُّ‫ض َوإِل َْي ِه يُ ْر َج ُع ْاْل َْم ُر ُكلُّهُ فَا ْعبُ ْد ُه َوتَ َوَّك ْل َعلَْي ِه َوَما َرب‬ ِ ‫السمو‬
ِ ‫ات َو ْاْل َْر‬ ِِ
‫ك‬ ُ ‫َو ََّّلل غَْي‬
َ َ َّ ‫ب‬
)123( ‫بِغَافِ ٍل َع َّما تَ ْع َملُو َن‬
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di
bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan
semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah
kepada-Nya. Dan sekali-kali Allah SWTmu tidak lalai
dari apa yang kamu kerjakan.(Qs.Hud:123)
Menurut Masan Alfat tawakal ialah menyerahkan
segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha.12 Apabila
sudah berusaha dengan sekuat tenaga tapi masih juga
mengalami kegagalan, maka harus bersabar. Bersabar
bukan berarti diam melainkan berusaha terus menerus
dengan cara-cara yang benar disertai dengan do’a.13
Al-Ghazali mengatakan bahwa tawakal itu lebih
tepat kepada orang-orang yang berpredikat sebagai guru.
Misalnya rasa tawakal terhadap lapar, haus dan kematian
yang tawakal mereka menyala-nyala.

12
Masan Alfat, Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 1993),
hlm. 66.
13
Abdullah Rasyid. Kunci Ibadah, Cet.1 (Bandung: Husaidi,
1989), hlm. 37.

18

Anda mungkin juga menyukai