Anda di halaman 1dari 20

BAB 5

PENDALAMAN AQIDAH AS-SIFAT


A. Pendahuluan
Allah SWT yang menciptakan manusia (QS
Azzariat[51]:56), maka dari itu sepatutnyalah manusia
mengenal Al-Khaliknya dengan cara mempergunakan
akalnya. Bagaimana Allah mau dekat dengan manusia,
jika manusia itu sendiri tidak mau mengenal Al-Khalik
dengan cara menjalankan apa yang diperintakanNya.
Makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT
adalah mahluk yang selalu menyebut dan mengingat
Allah, sebab Allah SWT telah menciptakan bumi beserta
isinya dengan kehendakNya. Ini sudah terimplementasi
dengan indahnya dunia.
Manusia akan menemukan kebahagiaan, apabila
dalam kehidupannya di isi dengan nuansa spritual dengan
memurnikan ketaatan kepada Al-Khalik. Hal ini
dilakukan dengan cara mengenal Allah secara dekat.
Allah itu mempunyai sifat yang maha tinggi, dan
diikuti dengan asmaul husna, yang menandakan bahwa
apabila manusia ingin keridhoan Allah SWT, maka
lakukanlah apa yang diperintahNya. Firman Allah:
          

 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (QS Ali Imran[3]:102).
Ilmu yang paling bermanfaat adalah ilmu aqidah
yaitu tentang ke-Esa-an Allah, bagian dari ilmu ini adalah
ilmu tentang asma’ wa-sifat yang sering disebut aqidah

1
asma’ wa-sifat. Hal ini karena kemuliaan suatu ilmu
adalah dengan memuliakan pencipta yang diketahuinya
yaitu objeknya.
B. Pengertian
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang pasti ada
dan kekel. Tidak satupun makhluk yang menyerupai sifat-
sifat tersebut, sebaliknya sifat mustahil bagi Allah adalah
segala sifat yang dimiliki oleh mahluk ciptaanNya, tetapi
tidak dimiliki oleh zat Allah SWT.
Sifat wajib adalah sifat yang menunjukkan pada
sebagian keadaan dari zat Allah SWT. Sifat tersebut
merupakan sesuatu yang terjadi dengan mengambil
sesuatu dari zat tersebut, seperti ilmu ke-Esa-an Allah
SWT.
Sifat wajib bagi Allah merupakan tanda-tanda
yang lazim untuk sesuatu penjelasan mengenai sesuatu
dengan kebaikan yang ada didalamnya. Sifat adalah
kualitas yang melekat pada zat. Sifat tidak memiliki arti
tanpa adanya zat, sifat Allah yang terkadang dalam
asma’Nya sebagai mana tercanum dalam Al-Qur’an atau
yang disifatkan oleh rasulNya.
Secara keseluruhan menggambarkan kesempur-
naan mutlak bagi Allah dan tidak satupun yang
menyamaiNya. Sesungguhnya sifat Allah SWT itu
banyak dan tidak terhingga, karena manusia tidak mampu
mengetahui seluruhnya. Sifat Allah SWT yang berhak
diketahui manusia, ini dijelaskan melalui Al-Qur’an,
wajiblah atas tiap orang mukallaf mengetahui sifat Allah
itu. Secara ijmali sifat wajib itu ialah percaya bahwa
Allah SWT mustakhiluu bikulli kamal, yakni Allah SWT
bersifat dengan sifat yang maha sempurna.

2
C. Sifat-Sifat Wajib Adanya
a). Pengertian Sifat Wajib Bagi Allah SWT
Yang dimaksud dari pengertian sifat wajib bagi
Allah adalah sifat yang pasti ada dan harus pada Allah
SWT untuk selama-lamanya. Allah tidak dapat di lihat
dengan mata terlanjang karena manusia tidak diberi
kemampuan untuk dapat melihat Allah, tetapi Allah tetap
melihat manusia.
Mustahil Allah SWT mempunyai sifat-sifat
kekurangan, jika mempunyai sifat kekurangan bukanlah
Allah SWT tetapi makhlukNya. Para cendikiawan
menyebutkan sifat-sifat Allah itu dibagi kepada tiga
golongan, yaitu:1
1. Sifat yang wajib (yang mesti ada);
2. Sifat yang mustahil (yang tak mungkin ada);
3 Sifat yang jaiz (yang boleh ada).
Kemudian sifat-sifat wajib dan mustahil tersebut
oleh Abu Mansyur Al-Maturidi dibagi lagi kepada:
1. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat diri;
2. Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang meniadakan;
3. Sifat Ma’ani, yaitu sifat yang mempunyai makna yang
menetap (melekat) pada zatNya;
4. Sifat Ma’nawiyah, yaitu sifat yang merupakan
kelaziman dari sifat Ma’ani.
Adapun sifat-sifat yang mustahil lawanan dari
sifat yang wajib, ada 20 sifat yang wajib diketahui oleh
manusia. Adapun perincian sifat-sifat wajib, mustahil dan
jaiz tersebut adalah sebagai berikut:

1
Alawi Bin Abdul Kadir As-Segaf. Mengungkap
Kesempurnaan Sifat – sifat Allah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004),
hlm. 21.

3
b). Sifat Sifat Wajib Bagi Allah SWT
1. Wujud ( ‫)وجود‬, artinya ada;
Sifat wujud termasuk kedalam golongan sifat
Nafsiyah. Adanya Allah itu adalah karena zatNya sendiri,
bukan karena diadakan oleh sebab-sebab lain diluar
zatNya itu. Bukti-bukti tentang adanya Allah SWT
dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an. Allah
berfirman:
          

 
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) dia Hanya
mengatakan kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia. (QS
Al-Baqarah[2]:117).
Maka patutlah bagi orang mu’min, mereka yang
mempunyai i’tikad yang benar bahwa ia selalu ingat akan
nikmat Allah SWT pada tiap kali ia melihat keadaan
yang menjadikanNya. Salah satu rukun iman, ialah iman
kepada Allah. Lalu kenalilah bahwa Allah itu Ada
(Wujud). Sekiranya Allah itu tidak ada, tentu dunia pun
tidak ada. Allahlah yang menjadi pangkal adanya segalah
yang ada, seperti jurang yang amat curam, gunung yang
menjulang tinggi, ataupun laut lepas yang tidak bertepi.
Semua itu menunjukkan ada yang menciptakan dan
memiliharanya. Siapakah yang meciptakan dan
memiliharanya itu? Allah berfirman:
           

      

4
Sebagai rahmat dari Allah SWTmu. Sesungguhnya Dialah
yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui, Allah
yang memelihara langit dan bumi, dan apa yang ada di
antara keduanya, jika kamu adalah orang yang
meyakini.(QS Ad-Dukhan[44]:6-7).
2. Qidam (‫ )قدم‬terdahulu atau tidak ada permulaan;
Qidam berarti dahulu. Jadi Allah itu Qadimun Zat
yang terdahulu, adaNya dari semua yang maujud.
Sebelum dunia ini ada, Allah sudah ada lebih dahulu,
dahulunya Allah tidak memakai permulaan. Kalau Allah
memakai permulaan, tentu ada benda yang menjadi sebab
adanya Allah. Hal itu mustahil karena Allah menjadi
pangkal dan sebagai penghabisan segala yang ada di
langit dan di bumi ini. Sesuatu yang bermulaan adalah
baku. Sesuatu yang baru tentulah dijadikan oleh sesuatu
yang lain diluar dirinya, ini adalah mustahil bagi Allah,
karena itu mustilah Allah Qidam. Firman Allah:

    


Dialah yang terdahulu dan yang terakhir (QS Al-
Hadid[57]:3).
Maka patutlah bagi orang mu’min, bahwa Ia banyak
bersyukur kepada Allah yang menjadikan, Dia menjadi
seorang mukmin dan muslim dengan mengaruniakan
nikmat iman dan Islam. Karena manusia diciptakan oleh
Allah dan dilengkapi segala kebuAllah SWTnya.
3. Baqa’ (‫ )بقاء‬Kekal atau tidak berkesudahan;
Baqa berarti kekal. Allah itu baqin, yakni zat yang
kekal, tidak akan musnah dan rusak. Jika Allah dapat
rusak atau musnah, hal itu bukan Allah, melainkan
makhluk yang asalnya ada kemudian menjadi tidak ada
lagi.

5
Oleh karena itu, Allah bersifat kekal selama-lamanya.
Firman Allah:
      
Dan tetap kekal zat (Allah) Allah SWTmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan yang agung (QS
Ar-Rahman[55]:27).
Allah itu selama-lamanya tidak mengalami
kesudahan, kebinasaan, dan kehancuran. Sesuatu yang
dapat binasa tentulah ada yang membinasakannya.
Sesuatu yang dapat binasa itu tentulah bukan Allah SWT.
Sebab ia tidak dapat menolak kebinasaan itu, oleh karena
itu Allah mestilah Baqa’.
Maka patutlah bagi orang mukmin yakin kepada
Allah, bahwa Allah SWT tidak pernah mati, jika pernah
bersalah segeralah bertaubat dan meminta ampun atas
segala dosanya sebelum mati.
4. Mukhalifatu Lilhawadisi (‫)مخالقة للحواد ث‬, berbeda
dengan segala yang baru;
Tidak ada satu makhluk pun yang menyamai atau
menyerupai Allah SWT, baik dalam zat, sifat, maupun
perbuatanNya. Karena sudah jelas bahwa Allah yang
menciptakan dunia, dengan sendirinya. Allah pasti
berbeda dengan dunia yang diciptakanNya. Firman Allah:
       
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-
lah yang Maha mendengar dan Melihat.(QS Asy-
Syuura[42]:11)
Allah SWT tidak serupa dengan alam, dan
sebaliknya. Dia tidak mungkin ada yang menyamai, jika
ada yang menyamai berarti bukan Allah SWT. Yang baru
ialah yang diciptakan (makhluk). Kalau Allah sama

6
dengan yang baru, berarti Allah diciptakan pula, ini tidak
mungkin.
Karena itu Allah tidak serupa dengan yang baru,
Allah berbeda dengan segala sesuatu yang ada didalam
alam ini. Maka patutlah bagi orang mukmin bertakwa
kepada Allah SWT. Dia wajib banyak-banyak
mengucapkan tasbih dan pujian hanya kepada Allah, agar
Ia mendapat rahmat dari Allah SWT.
5. Qiyamuhuu Binafsihi (‫ )قيامه بنفسه‬Berdiri sendiri;
Allah adalah zat yang berdiri sendiri, tidak
memerlukan sesuatu yang lain. Allah tidak membutuhkan
pertolongan dari siapapun. Allah melaksanakan segala
sesuatu dengan sendirinya. Tidak berkehendak pada
bantuan siapapun. Yang berkehendak pada bantuan itu
hanyalah orang yang lemah.
Jika Allah memerlukan bantuan, berarti dia bukan
Allah, dia lemah, yang berkehendak pada bantuan itu
adalah makhluk. Allah SWT bukanlah makhluk karena
itu, Allah mestilah Qiyamuhu binafsihi. Allah itu kaya
dari segala isi alam, dan Allah itu tempat bergantung
seluruh makhluk. Firman Allah
ِ ِِ‫نِعِنِِاِلعِالِي‬
ِ‫اِنِِللاِِغِ ي‬
"Sesungguhnya Allah itu maha kaya dari segala isi alam
semesta".
Segala yang ada di alam ini adalah kepunyaan
Allah, maka patut bagi orang mukmin beriman
kepadaNya sepenuh hati, Allah maha kaya, Allah
penguasa sekalian alam. Allah menciptakan sesuatu
dengan kodrat dan iradat-Nya, tanpa memerlukan bantuan
dari yang lain. Kalau Allah memerlukan pertolongan yang
lain, berarti dia bukan Allah. Firman Allah:
ِ )٢٥٥ِ:‫للاِالِالهِاالِهوِاحليِالقيّومِ(البقرة‬
ّ

7
“Allah tidak ada Allah SWT selain Dia, zat yang hidup
dan berdiri sendiri.” (QS Al-Baqqrah[2]:225).
6. Wahdaniyah (‫ )وحدانية‬Maha Esa;
Wahdaniyah berarti Maha Esa. Allah itu ahadun
atau wahidun, yakni zat yang Maha Esa. Allah tidak
beranak dan tidak diperanakkan. Allah itu benar-benar
Maha Esa, Esa di dalam zat, sifat, maupun perbuatanNya.
Jika Allah itu lebih dari satu, niscaya bukan Allah, karena
ada pertentangan dan persaingan antara satu dengan yang
lain, akhirnya dunia ini akan rusak akibat perebutan
kekuasaan. Firman Allah:
             

    


Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah
adalah tempat semua makhluk bergantung kepada-Nya
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Allah
tidak ada yang setara dengan Dia." (QS.Al-
Ikhlas[112]:1-4)
Maka patutlah bagi orang-orang mukmin
meyakini Allah itu benar-benar Maha Esa. Maha Tunggal,
tidak sekutu baik sifat maupun perbuatanNya. Karena
sekalian alam ini adalah milik Allah SWT semata-mata.
7. Qudrat ( ‫ )قدرة‬Berkuasa;
Qudrat berarti Maha Kuasa. Allah itu qadiran,
yakni zat Yang Maha Kuasa. Kuasa mengenai hal-hal apa
saja. Kalau tidak maha kuasa, Allah tentu tidak dapat
membuat dunia beserta isinya, tidak dapat membuat alam
semeta. Jika dia tidak maha kuasa berarti bukan Allah
tetapi makhluk yang lemah. Segala isi alam ini berada
dalam kekuasaan Allah.

8
Sekiranya Allah menakdirkan gunung meletus,
banjir yang maha dahsyat, gempa yang hebat, tidak ada
seorang pun yang dapat menghalang-halanginya. Benda-
benda yang ada di dunia ini menakjubkan dan beraneka
warna bentuk dan keadaannya. Semua itu manunjukkan
bahwa yang menciptakannya benar-benar maha
kuasa.Firman Allah:
       
“Sesungguhhnya Allah itu maha kuasa atas segala
sesuatu.” (QS Al-Baqarah[2]:20).
Allah itu berkuasa atas segala sesuatu dan berbuat
sekehendakNya. Jika Allah tidak maha berkuasa adalah
lemah. Yang lemah bukanlah Allah. Karena itu Allah
wajib maha kuasa. Kekuasaan Allah itu bersifat absolut
atau mutlak. Maka patutlah bagi orang-orang mukmin
meyakini bahwa Allah itu maha kuasa atas segala tiap-
tiap sesuatu.
Orang mukmin wajib meyakini bahwa Allah maha
kuasa, lalu dijadikan sekalian alam ini beserta segala
isinya. Oleh karena itu patutlah manusia merendahkan diri
dan tawaddhu’ kehadirat Allah SWT. Tidak takabur dan
menyombongkan diri, serta banyak takut hanya kepada
Allah SWT dengan melaksanakan segala apa yang
diperintahkanNya dan menjauhi segala apa yang
dilarangNya.
8. Iradah (‫ )ارادة‬Berkehendak;
Iradat berarti berkehendak. Allah itu muridun,
yakni zat yang berkehendak. Allah menentukan
pergerakan alam menurut kehendakNay. Apa saja yang
dikehendaki oleh Allah pasti terjadi. Terjadinya dunia ini
benar-benar dikehendaki oleh Allah, bukan secara
kebetulan, tidak juga terjadi dengan sendirinya. Manusia

9
dapat merencanakan, tetapi Allahlah yang
menentukannya. Segala sesuatu tidak dapat lepas dari
kehendak Allah. Firman Allah:
ِ )٢٥٣ِ:‫ولكنِللاِيفعلِماِيريدِ(البقرة‬
ّ
“Tetapi Allah itu melakukan apa yang dikehendaki.” (QS
Al-Baqarah[2]:253).
Semua kehendak adalah kehendak Allah SWT,
kehendak manusia baru dapat terlaksana jika Allah
mengizinkan kehendak itu. Allah mengerjakan sesuatu
atau membuat sesuatu adalah atas kehendakNya sendiri.
Bila mengerjakan sesuatu, bukan atas kehendak
sendiri berarti terpaksa atau diperintah oleh sesuatu yang
lain. Kehendak yang terpaksa, atau kehendak yang
dipaksa bukanlah Allah, tetapi kehendak makhluk. Karena
itu kepada Allah SWT semua makhluk mestilah tunduk
dan taat padaNya, beribadah hanya kepadaNya dan segala
sesuatu yang diperbuat Allah pastilah sudah direncanakan
oleh Allah SWT.
9. Ilmu (‫ )علم‬Mengetahui;
Ilmu berarti maha mengetahui. Jadi, Allah itu
‘alimun, yakni zat Yang Maha Mengetahui. Tidak ada
satu makhluk pun yang tidak diketahui oleh Allah. Allah
mengetahui apa saja, yang lahir atau pun yang batin, yang
tampak atau pun yang tidak tampak, oleh pancaindra
manusia.
Allah mengetahui apa yang ada dalam hati
manusai, Allah mengetahui gerak ruh atau nyawa, Allah
mengetahui gerak makhuk halus. Firman Allah:
ِ )٢٣١ِ:‫ِللاِبكلِشيءِعليمِ(البقرة‬
ّ ‫واعلمواِأ ّن‬
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah itu Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah[2]:231).

10
Allah itu maha mengetahui segala sesuatu, baik
yang lahir maupun yang bathin, baik yang besar maupun
yang kecil, baik yang terang maupun yang tersembunyi.
Tidak ada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Allah
itu. Jika tidak maha mengetahui atau bodoh, tidak patut
disebut Allah SWT. Karena itu Allah mestilah berilmu.
Firman Allah:
           

 
Dan Dialah Allah (yang wajib disembah), baik di langit
maupun di bumi; Allah mengetahui apa yang kamu
rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan (Allah)
mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.(QS Al-
An'am[6]:3).
10. Hayat (‫ )حياة‬Hidup;
Hayat berarti hidup. Allah tentu saja hidup, jika
Allah SWT mati bukan Allah SWT namanya tetapi
makhluk. Allah SWT sebagai pencipta alam semesta
wajib hidup, Allah itu hidup kekal abadi selamanya.
Sekalipun hidup, Allah tidak akan sama dengan hidupnya
makhuluk yang diciptakanNya. Firman Allah:
            

  


Dialah yang hidup kekal, tiada Allah SWT (yang berhak
disembah) melainkan Allah; maka sembahlah Allah SWT
dengan memurnikan ibadah kepadaNya. Segala puji bagi
Allah Allah SWT semesta alam. (QS Al-Mu'min[40]:65).
Oleh karna itu, Allah wajib bersifat hidup atau
Maha hidup, yaitu hidup kekal abadi selama-lamanya,

11
Allah tidak pernah mati. Allah tidak saja memberikan
kehidupan kepada makhlukNya, tetapi juga mematikan.
Kepercayaan demikian tidak perlu menjadikan manusia
cemas, takut, atau khawatir.
Kapan pun dan di mana pun manusia berada selalu
dapat memohon perlindungan kepada Allah SWT. Allah
itu tentu saja maha hidup, maha berkuasa dan maha
berkehendak.
Tidak masuk akal jika bersifat tidak hidup.
Hidupnya Allah adalah kekal abadi selamanya. Karena Ia
qidam dan baqa’. Firman Allah:
         

    


Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal)
yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya.
Cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-
hambaNya.(QS Al-Furqaan[25]:58).
Maka patutlah bagi orang mukmin banyak
bertawakal kepada Allah, yakni minta bantuan hanya
kepada Allah dalam tiap-tiap usahanya yang baik, semoga
cita-citanya berhasil baik adanya.
11.Sama’ (‫ )سمع‬mendengar;
Sama’ berarti mendengar. Allah itu bersifat
sami’un, yakni Yang Maha Mendengar, Allah SWT maha
mendengar segala apa saja, tidak ada terkecualinya.
Pendengaran Allah tidak terhalang oleh tempat dan
ruangan, pendengaran Allah SWT tidak terhalang dengan
suara keras atau suara lembut, berbeda dengan manusia
yang semuanya sangat terbatas. Pendengaran Allah tidak
sama dengan pendengaran makhluk. Allah yang

12
memberikan pendengaran kepada semua makhluk.
Manusia dapat mendengar hanya atas izin Allah SWT.
Allah mendengar dengan caraNya sendiri. Segalah
sesuatu didengar oleh Allah, yang rahasia atau yang tidak
rahasia, yang samar-samar atau yang terang-terangan.
Firman Allah:
     
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui,(QS Al-Anfal[8]:42)
Allah adalah mendengar suara apa saja. Allah
mendengan semua suara-suara makhlukNya memohon
kepadaNya. Allah mendengar suara jangkrik ditengah
kegelapan. Allah mendengan suara ikan dalam lautan.
Allah mendengar ucapan manusia dalam hati.
12. Bashar (‫ )بصر‬melihat;
Bashar berarti melihat. Allah itu basirun, yakni
zat Yang Maha Melihat. Segala yang wujud di mana pun
dan dalam keadaan bagaimanapun selalu di lihat oleh
Allah. Penglihatan Allah SWT tidak ada batasnya, baik
benda kasar maupun benada halus. Penglihatan Allah
tidak dibatasai ruang dan waktu. Penglihatan Allah tidak
terhalang oleh benda-benda. Penglihatan Allah sangat
luas. Allah melihat dengan caranya sendiri, tidak seperti
penglihatan makhluk. Allah berfirman:
    
“Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha
Melihat.” (QS Al-Isra[17]:1).
Allah maha melihat, yang tidak melihat adalah
buta. Yang buta adalah memiliki kekurangan. Yang
kekurangan bukanlah Allah SWT. Karena itu mustil Allah
itu tidak melihat dan penglihatan Allah ini meliputi segala

13
sesuatu, artinya apa saja yang ada pastilah terlihat oleh
Allah.
Maka patutlah bagi orang mukmin wajib meyakini
adanya Allah, karena Allah itu maha melihat segala apa
yang diperbuat oleh manusia. Bahkan seluruh makhluk
ciptaanNya. Oleh karena itu, hendaklah sekalian manusia
menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, memperbanyak
amal kebajikan semata-mata hanya karena Allah.
13. Kalam (‫ )كالم‬berkata-kata;
Kalam berarti berfirman. Jadi, Allah itu
mutakallimun, yakni zat yang maha berfirman. Firman
Allah tidak seperti firman makhlukNya, baik dalam cara
manapun ucapannya. Manusia wajib mempercayai bahwa
Allah berfirman karena hal itu disebutkan dalam Al-
quran.
    
“Dan Allah telah berbicara kepada musa dengan
langsung.”(QS An nisa[4]:164).
Allah iu maha berkata-kata. Yang tidak dapat berkata-kata
adalah bisu, yang bisu adalah kekurangan, yang
kekurangan bukanlah Allah tetapi makhluk. Karena itu
Allah mustilah berkata-kata. Al-Qur’an mengatakan, ada
dari nabi yang diajak berkata-kata oleh Allah, bahkan ruh
manusia pernah diajak berdialik oleh Allah. Firman Allah:
             
"Rasul-rasul itu kami lebihkan dari sebagian yang lain,
sebagian mereka diajak bekata-kata oleh Allah”. (QS Al-
Baqarah[2]:253).
Maka patutlah bagi oang mukmin wajib
memperbanyak berzikir menyebut nama Allah, atau

14
membaca Al-Qur’an dengan pengharapan mendapat
rahmat dari pada Allah, karena Al-Qur’an itu kalamullah.
Sifat Allah selanjutnya adalah pengembangan dari
sifat 13 itu, antaranya:
14. Qodirun (‫ )قادر‬maha berkuasa;
15. Muridun ( ‫ )مر يد‬maha berkehendak;
16. Alimun ( ‫ )عالم‬maha mengetahui;
17. Hayyan ( ‫ )حي‬maha hidup;
18. Samiun ( ‫ )سميع‬maha mendengar;
19. Bashirun ( ‫ )بصير‬maha melihat;
20. Muttakallimun ( ‫ )متكليم‬maha berkata-kata;
Adapun ketujuh sifat ini termasuk kedalam sifat
ma’nawiyah karena sifat ma’nawiyah ini adalah sifat
kelaziman dari sifat ma’ni maka jumlahnya tentulah
sesuai dengan jumlah sifat ma’ni tersebut yaitu tujuh
macam. Kalau diringkaskan, maka sifat-sifat wajib ini
adalah sebagai berikut :
1. Sifat Nafsiah: wujud yaitu sifat wujud Allah SWT;
2. Sifat Salbiyah: Qidam, Baqa, Mukhalafatu lil
hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, dan Wahdaniyah bagi
Allah SWT;
3. Sifat ma’ani: Qidrah, iradah, ilmu, hayat, sama’,
bashar, kalam. bagi Allah SWT;
4. Sifat ma’nawiyah: Qodirun, muridun, alimun, hayyan,
samian bashiran, mutakalliman. bagi Allah SWT.
D. Tarbiyah
Secara garis besar tarbiyah yang dapat diambil
dari mempelajari sifat-sifat Allah SWT dapat dijelaskan
sebagai berikut;
1. Menciptakan perdamaian antar sesama manusia, alam
semesta sehingga dapat mewujudkan hubungan
harmonis dan toleransi dengan semua makhluk Allah
SWT.

15
2. Memberi petunjuk yang jelas bagi manusia dengan
menetapkan hukum-hukum sempurna untuk
dipergunakan berdasarkan asas kebaikan dan terbebas
dari segala kejahatan. Tuntutan agama Islam yang
sesuai dengan hati nurani yang menuntut kodratnya
cendrung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
3. Sebagai suatu jalan hidup yang sempurna yang dapat
menentukan proses berpikir, merasa, berbuat baik dan
membentuk proses terbentuknya kata hati yang benar
sesuai ajaran Islam.
4. Mempelajiari sifat-sifat Allah SWT sebagai suatu
jalan hidup yang sempurna, menuntut umat manusia
kepada kebahagiaan dan kesejahteraan yang diatur
dalam Al-Qur’an dan sunah rasul yang sumber
utamanya memancarkan ajaran Islam. Hukum-hukum
Islam yang mengandung pengetahuan Aqidah, pokok-
pokok akhlak, dan tentang kemuliaan manusia disisi
Allah SWT, mau melakukan amal shaleh dan tidak
merugikan orang lain.
5. Sifat-sifat Allah SWT yang sempurna dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi manusia dalam melakukan
segala kebaikan, memberikan standar nilai baik dalam
arti dapat menciptakan norma-norma susila yang telah
terbentuk dan dapat dikaji kembali secara kritis.
6. Sebagai pendorong bagi manusia untuk memecahkan
berbagai masalah hidupnya; seperti dalam ilmu
agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer,
sehingga terbentuk pola motivasi tujuan hidup yang
menuju kepada keridhaan Allah SWT.
7. Mata ada dua, yang mengenal Allah SWT. Ia dapat
menangis karena takut kepadaNya, menanti ayat-
ayatNya dan memikirkan ciptaanNya. Mata yang
memandang haram wajib berpaling dari petunjuk
manusia dan berpaling dari melihat segala maksiat.

16
Itulah mata yang akan menangis pada hari terbesar
diperlihatkannya amal manusia disisi Allah SWT.
8. Hati ada dua, yang mengenal Allah SWT, dipenuhi
oleh kalimat laa ilaha illallah, mencitai rosulullah dan
berjalan di atas manhas Allah. Inilah hati yang
berbahagia. Ada hati yang berpaling dari mengingat
Allah, berpaling dari membaca Al-Qur’an, berpaling
mengenal sifat-sifat Allah, berpaling dari jalan
Rasulullah, itulah hati yang berbalik, kotor yang mesti
dicuci dan dibersihkan.
9. Telinga ada dua, yang mendengarkan wahyu, bacaan
Al-Qur’an, hadis, dakwah, kebaikan dan dzikir. Itulah
telinga yang berbahagia. Ada telinga yang berpaling
dari mendengarkan bacaan Al-Qur’an, suka
mendengarkan yanyian dan ucapan kotor, suka
mendengarkan ucapan maksiat, sesuatu yang
menjauhkan dari Allah, sesuatu yang menghan-
curkan, itulah yang mendatangkan murka Allah.
10. Lisan dapat mengucapkan kata-kata hikmah, berkata-
kata terbaik, berdzikir, memerintah yang baik dan
mencegahkan yang mungkar. Ada lisan yang suka
mengunjing, berkata dusta, berkata kotor, mengejek,
melaknat, dan mengadu-domba. Itulah lisan yang
sangat merugi.
E. Hikmah
Yakin terhadap sifat-sifat Allah yang maha suci
lagi maha mulia, dapat membuahkan hikmah yang besar.
Hal ini merupakan sesuatu yang dapat menjadikan
seseorang merasakan manisnya iman. Beberapa hikmah
meyakini sifat-sifat Allah diantaranya, sebagai berikut:
1. Seorang hamba berusaha untuk bersifat baik dan
menghiasai dirinya dengan sifat-sfiat mulia sesuai
dengan fitrahnya.

17
2. Orang yang berakal pasti suka meniru pada
tingkahlaku mulia untuk menghiasai dirinya, lalu
mengajak orang lain berbat yang baik pula.
3. Allah Yang Maha Mulia mencintai orang-orang mulia,
karena Allah SWT Maha penyayang, Allam SWT
mencintai orang-orang yang menyayangi sesamanya,
dan Allah yang Maha lembut mencintai kelembutan.
Jika seorang hamba mengetahui hal tersebut, ia akan
berusaha untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifiat
kemuliaan, kasih sayang dan kelembutan. Demikian
pula dengan seluruh sifat yang disukai Allah bagi para
hambaNya untuk disifati sesuai denagan zat
(personalitas dan keperibadian) hanba-hambaNya.
4. Bahwasanya jika seorang hamba memepercayai sifat-
sfiat Allah SWTdapat membuahkan hasil berupa
ketakutan yaitu takut berbuat dosa, karena Allah SWT
selalu memerhatikan, menyertainya dan
menyaksikannya. Jika ia memercayai sifat Allah SWT,
ia mengetahui bahwa Allah maha mendegar, sehingga
ia tidak akan mengatakan apapun kecuali kebaikan. Ia
mengetahui bahwa Allah itu melihatnya, sehingga ia
tidak akan melakukan sesuatu perbuatan kecuali
perbuatan yang baik.
5. Jika seorang hamba mengetahui dan mempercayai
sfiat-sfait Allah seperti rahmat, lembut, taubat, maaf,
ampunan, menjaga dan mengabulkan doa, maka setiap
kali terjebak dalam dosa, maka ia akan memohon
kepada Allah, agar merahmatinya, mengampuninya,
bertaubat kepadanya, ia akan sangat mengharapkan
penjagaan dan kelembutan dari Allah SWT terhadap
hamba-hambanya yang beriman, sehingga hal ini akan
membawanya segera kembali kepada Allah. Setiap ia
melakukan dosa, ia tidak akan mendapatkan alasan
apapun untuk berputus asa, bagaimana seorang yang

18
memercayai sifat-sfiat Allah yang sabar dan lembut
akan berputus asa? Orang yang mengetahui bahwa
Allah mempunyai sifat-sfait mulia, baik dan pemberi
tidak akan berputus asa dari rahmat Allah.
6. Bahwa seorang hamba yang mempercayai bahwa
Allah mempunyai sifat-sfiat besar, berkuasa, mampu
mendominasi, kuat, ia akan mengetahui bahwa Allah
tidak akan menjadi lemah oleh apapun. Karena Dia
maha berkuasa untuk mengguncang bumi dan
mengazab manusia yang durhaka di dunia sebelum di
akhirat. Dia maha besar di atas hamba-hambaNya, Dia
Maha Menang dari siapa saja yang menang.
7. Diantara faedah keimanan dari sifait-sfait Allah,
seorang hamba akan memohon hanya kepada Allah
SWT. Jika ia berbuat dosa, ia akan memohon
kepadaNya dengan sifat-sifat rahmat, taubat, maaf dan
ampunan agar Allah merahmatinya, menerima
taubatnya memaafkan dan mengampuninya. Jika ia
merasa takut kepada dirinya sendiri karena musuh
yang perkasa dan kuat, ia akan memohon kepada Allah
dengan sifat-sifat kuat, menang, berkuasa, besar dan
perkasa dengan mengangkat tangannya kelangit seraya
mengatakan “Wahai Allah SWT Yang maha Memiliki
kekuatan, kekuasaan, kebesaran dan keperkasaan,
lindungilah dan selamatkanlah aku”. Jika ia
memercayai bahwa Allah Maha memelihara, mejaga,
perhitungan dan penolong, ia akan mengatakan:
“Cukuplah bagi kami, Allah sebaik-baik penolong”. Ia
juga akan bertawakkal kepada Yang Maha Esa, dan
tempat memohon pertolongan, mengetahui bahwa
Allah mempunyai kemuliaan, kekerasan, kedudukan,
kekuatan, dan penghalang yang akan menghalangi dari
musuh-musuhNya dan sama sekali tidak akan sampai
kepadaNya dengan izin Allah Yang Maha Agung. Jika

19
ia menderita kefakiran, ia akan berdo’a kepada Allah
dengan sifat-sifatNya yang maha kaya, mulia, yang
baik dan maha pemberi.
8. Jika seorang hamba memerhatikan dan mengamati
sifat-sifat Allah seperti kebesaran, kekuatan,
keperkasaan dan kekuasaan, maka dirinya akan merasa
kecil, mengetahui kehinaannya, dan ia tidak akan
bersifat sombong.
9. Jika seorang hamba mengetahui bahwa Allah
mempunyai sifat-sifat kuat, kuasa dan menang dan ia
mempercayainya maka ia akan hanya mencari
kekuatan yang berasal dari kekuatan Allah, dan
kekuasaan Allah.
10. Dia tidak akan menantang Allah dalam sifat hukum
keAllah SWTan dan Ia tidak akan menentukan
keputusan, kecuali yang telah diturunkan oleh Allah.
11. Orang yang mengetahui bahwa sebagian dari sifat-
sifat Allah adalah maha suci dan maha bersih, maka ia
akan menyucikan sifat-sifat Allah dari setiap aib dan
kekurangan, dan ia akan mengetahui bahwa tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia.
12. Orang yang akan mengetahui sifat Allah maha kekal
dan hidup, maka ia akan bersujud kepada Allah SWT
yang tidak akan mati, tidak pula lalai, tidak juga
ngantuk dan tidak tidur. Ini dapat menghasilkan
kecintaan, pengagungan, dan pemuliaan kepada
Allah.
13. Allah bersifat Kalam, artinya Allah telah menurunkan
Al-Qur’an dengan kalamNya, maka siapa yang
membaca dan mendengarkannya menjadi ibadah, juga
merupakan mukjizar bagi seluruh alam semesta ini.
14. Memberikan motifasi kepada orang yang beriman
untuk merealisasikannya, dalam perbuatan yang
kongkrit melalui amal saleh.

20

Anda mungkin juga menyukai