Anda di halaman 1dari 4

Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia, akhlak mulia

ini demikian ditekankan karena di samping akan membawa kebahagiaan bagi


individu juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya.
Dengan kata lain, bahwa akhlak utama yang di tampilkan seseorang, manfaatnya
adalah untuk orang yang bersangkutan.

Al-Qur’an dan Al-Hadist banyak sekali memberi informasi tentang


manfaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman:

‫َم ْن َع ِمَل َٰص ِلًحا ِّم ن َذ َك ٍر َأْو ُأنَثٰى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّن ۥُه َحَيٰو ًة َطِّيَبًةۖ َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َأْج َر ُهم ِبَأْح َس ِن َم ا‬
‫َك اُنو۟ا َيْع َم ُلوَن‬

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS Al-Nahl [16]: 97)

‫َو َأَّم ا َم ْن آَم َن َو َع ِمَل َص اِلًحا َفَلُه َج َزاًء اْلُحْسَنٰى ۖ َو َس َنُقوُل َلُه ِم ْن َأْم ِرَنا ُيْسًرا‬

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka baginya


pahala yang terbaik sebagai balasan, dan kami tiadakan kepadanya (perintah)
yang mudah dari perintah-perintah kami. (QS. Al-Kahf [18]: 88).
‫َٰٓل‬
‫َم ْن َع ِمَل َس ِّيَئًة َفاَل ُيْج َز ٰٓى ِإاَّل ِم ْثَلَهاۖ َو َم ْن َع ِمَل َٰص ِلًحا ِّم ن َذ َك ٍر َأْو ُأنَثٰى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفُأ۟و ِئَك َيْدُخ ُلوَن‬
‫ٱْلَج َّنَة ُيْر َز ُقوَن ِفيَها ِبَغْيِر ِحَس اٍب‬

Barangsiapa mengerjakan perbuatan yang saleh baik laki-laki maupun


perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga,
mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. (QS Al-Mu’min [40]: 40).1

Ayat-ayat tersebut di atas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau


manfaat dari akhlak yang mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal saleh.
Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki yang

1
Abudin Nata, Akhlak tasawuf dan karakter mulia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017), Hlm.
147
berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di akhirat dengan
masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak
muliah itu adalah keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. Menurut M. Quraish
Shihab, janji-janji Allah yang demikian itu pasti akan terjadi, karena ia merupakan
sunnatullah sama kedudukannya dengan sunnatullah yang bersifat alamiah,
asalkan hal tersebut ditempuh dengan cara-cara yang tepat dan benar. Dalam
hukum alam jika air dipanaskan mencapai 100 derajat Celcius, akan mendidih,
maka dalam hukum yang bersifat sosial dan keimanan seperti tersebut di atas pun
akan terjadi pula, yaitu bahwa orang yang beriman dan beramal saleh (berakhlak
mulia) akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat itu pasti terjadi.
Dan jika orang masi meragukan ketetapan ini, menunjukan bahwa imannya masi
perlu di perkuat.2

Kemudian selanjutnya dalam hadist juga banyak dijumpai keterangan


tentang datangnya keberuntungan dari akhlak. Keberuntungan tersebut di
antaranya adalah:

1. Memperkuat dan menyempurnakan Agama

Nabi bersabda:

Allah telah memilihkan agama islam untuk kamu, hormatilah agama


dengan akhlak dan sikap dermawan, karena islam itu tidak akan sempurna
kecuali dengan akhlak dan sikap dermawan itu.

Berakhlak yang baik dan berhubungan dengan tetangga yang baik, akan
membawa keberuntungan dan kemakmuran.

Berkenaan dengan hadist tersebut al-Mawardi mengatakan bahwa akhlak


yang mulia bertetangga yang baik itu akan mendatangkan kemakmuran. Apa
dijelaskan dalam hadist tersebut secara logika dapat di terima, karena dengan
2
Ibid, Hlm. 148
akhlak yang baik akan menimbulkan kawan yang banyak dan disukai orang,
sehingga segala kesulitan dapat di pecahkan dan peluang untuk mendapat rezeki
datang melalui interaksi yang baik dengan orang lain.3

2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat

Nabi bersabda:

‫َثاَل ٌث َم ْن ُك َّن ِفيِه َح اَسَبُه ُهَّللا ِحَس اًبا َيِس يًرا َو َأْدَخ َلُه اْلَج َّنَةُتْع ِط ي َم ْن َح َر َم َك َو َتْع ُفو َع َّم ْن َظَلَم ك َو َتِص ُل‬
‫َم ْن َقَطَع َك‬

Ada tiga perkara yang membawa kemudahan hisab (Perhitungan Amal di


Akhirat) dan akan dimasukan ke surga, yaitu engkau memberi sesuatu kepada
orang yang tak pernah memberi apapun kepadamu (kikir), engkau memaafkan
orang yang perna menganiyayaimu, dan engkau menyambung tali silaturahmi
kepada orang yang tak pernah kenal kepadamu. (HR Al-Hakim).4

3. Menghilangkan kesulitan

Nabi bersabda:

‫ َنَّفَس ُهللا َعنُه ُك ْر َبًة ِم ْن ُك َرِب َيْو ِم الِقَياَم ِة‬،‫َم ْن َنَّفَس َع ْن ُم ْؤ ِم ٍن ُك ْر َبًة ِم ْن ُك َر ِب الُّد ْنَيا‬.

Barang siapa melepaskan kesulitan orang mu’min dari kehidupan di dunia ini
maka Allah akan melepaskan kesulitan orang tersebut pada hari kiamat. (HR
Muslim.

4. Selamat Hidup di Dunia dan Akhirat

Nabi bersabda:

‫ َو اْلَقْص ُد ِفي اْلَفْقِر‬،‫ َو اْلَع ْد ُل ِفي الِّر َض ا َو اْلَغ َضِب‬،‫ َخ ْش َيُة ِهللا َتَع اَلى ِفي الِّسِّر َو اْلَع اَل ِنَّيِة‬: ‫َثاَل ٌث ُم ْنِج َياٌت‬
‫َو اْلِغ َنى‬

Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia yaitu takut kepada
Allah di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil

3
Ibid, Hlm. 148-149
4
Ibid.
pada waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu
miskin, maupun waktu kaya. (HR Abu Syaikh).5

Dari uraian di atas baru menjelaskan sebagian kecil dari manfaat atau
keberuntungan yang dihasilkan sebagai akibat dari akhlak mulia yang dikerjakan
dan tentunya masi banyak keberuntungan dari akhlak mulia tersebut. Banyak
dijumpai lapangan bahwa orang yang berakhlak mulia itu semakin beruntung.
Dan akan sebaliknya jika akhlak mulia itu sirna dan berganti dengan akhlak
tercela maka kehancuran pun akan segera datang menghadangnya. Ini pasti dan
sudah ada contoh sampai kemudian ada salah satu penyair yaitu “Syauki Bey
pernah mengatakan, “Selama umat itu akhlaknya baik maka akan tetap eksis, dan
jika akhlaknya sirna, maka bangsa itupun akan binasa”.6

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin. 2017. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada. Cet. Ke-15.

5
Ibid, Hlm. 150
6
Ibid, Hlm.150-151

Anda mungkin juga menyukai