Anda di halaman 1dari 5

ISLAM SEBAGAI PETUNJUK MENCAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA

AKHIRAT
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia pasti tidak ingin merasakan
kesedihan. Setiap manusia ingin bahagia. Tidak ada yang ingin sengsara, baik di dunia
maupun di akhirat. Namun, kenyataannya tidak semua dari kita bisa bahagia dalam
hidupnya. Untuk itulah agama islam sebagai petunjuk untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat yang abadi
Sesungguhnya kebahagiaan hidup dalam agama Islam tidak bergantung pada
banyaknya jumlah uang, kekayaan, dan jumlah perhiasan mereka saja. Walaupun Islam
mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan itu sendiri. Dimana
dalam agama Islam, materi hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan kebahagiaan
tersebut.

"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah

dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)


rezeki yang baik?" (QS. Al-A'raf: 32)
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Di antara unsur kebahagiaan anak Adam
adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR. Ahmad)
Kebahagiaan dunia
Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan
bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan
sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman,

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, {Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat} maksudnya,
gunakan apa yang sudah allah berikan kepadamu dari harta yang banyak ini dan nikmat
yang berlimpah dalam ketaatan kepada Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya
dengan berbagai amal ibadah yang dengannya engkau mendapatkan pahala di negeri
akhirat. {dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi}
maksudnya, dari kenikmatan di dalamnya yang telah Dia halalkan untukmu berupa
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan menikah. Karena Rabbmu memiliki
hak atasmu, begitu juga dirimu, keluargamu, tetanggamu memiliki hak atasmu. Maka
berikan hak untuk setiap pemiliknya."
Bahkan dibeberapa tempat Allah menyatakan membeli kehidupan dunia seseorang
yang akan dibayar dengan kebahagiaan akhirat berupa surga. Contohnya dalam firman
Allah,

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di

dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah: 111)
Kebahagiaan akhirat
Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas
keshalihan hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman,

"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan

mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu


disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)

"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi
orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)

Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas
memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya
saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguhsungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan
diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit,
dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.
Ujian-ujian ini akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar,
berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia
serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, kelapangan, dan
ridla.
Allah Ta'ala berfirman,

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika
mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan
dia bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)
Cara meraih kebahagiaan
Berikut ini poin-poin penting untuk mencapai kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat,
yang senantiasa didambakan oleh setiap insan:
1. Beriman dan beramal shalih
Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi: Pertama, Orang yang
beriman kepada Allah Yang Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya, -dengan iman yang
sempurna, bersih dari kotoran dosa,- maka dia akan merasakan ketenangan hati dan
ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan penat dalam menghadapi ujian hidup,

sebaliknya dia ridha terhadap takdir Allah pada dirinya. Sehingga dia akan bersyukur
terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya untuk lebih giat
bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna dan tujuan yang berusaha
diwujudkannya. Allah berfirman,

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan

kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
Kedua, Iman menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk
diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang
mendorongnya untuk beramal dan berjihad di jalan-Nya. Dengan itu, dia akan
meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk
masyarakat di mana dia tinggal.
Ketika seseorang bersifat egois maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya
terbatas. Namun ketika hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak
panjang dan indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.
Ketiga, Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai
sarana untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia
akan senantiasa diuji dalam hidupnya sebagai konsekuensi keimanan, maka akan tumbuh
dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada Allah, bertawakkal kepadaNya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini
termasuk sarana utama untuk merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap
menghadapi ujian hidup. Allah Ta'ala berfirman:

"Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan

(pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang
tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al Nisaa': 104)
2. Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama
Manusia adalah makhluk sosial yang harus melakukan interaksi dengan makhluk
sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam
memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu

keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-macam,


maka mungkin sekali akan terjadi kesalahpahaman dan kekhilafan yang membuatnya
sedih. Jika tidak disikapi dengan bijak maka interaksinya dengan manusia akan menjadi
sebab kesengsaraan dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam
memberikan perhatian besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita
saksikan dalam beberapa ayat dan hadits
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/09/23/16170/kunci-meraihkebahagiaan-hidup-yang-hakiki/#sthash.53hPo0Lp.dpuf

Anda mungkin juga menyukai