Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN

AGAMA
( Perilaku Taat Kepada Aturan, Berkompetisi dalam Kebaikan, dan Etos Kerja )

OLEH :

Rafika Halya ‘Izzati


(XI IPA 7)

SMAN 1 BUKITTINGGI
TP. 2020/2021
Perilaku Taat kepada Aturan, Berkompetisi
dalam Kebaikan, dan Etos Kerja

A. Pengertian

1) Pentingnya Taat kepada Aturan


Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau
setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah
sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi,
pemimpin, atau yang lainnya. Di sekolah terdapat aturan, di rumah terdapat aturan, di lingkungan
masyarakat terdapat aturan, di mana saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu
saja dengan maksud agar terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada
tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.

2) Berkompetisi dalam Kebaikan


Kompetisi dalam kebaikan artinya adalah berlomba-lomba untuk senantiasa melakukan
kebaikan. Berlomba-lomba dalam kebaikan ini oleh umat islam dikenal dengan istilah fastabiqul
khoirot. Istilah ini sendiri diambil langsung dalam Surah Al Baqrah ayat 148. Mereka yang
senantiasa aktif melakukan kebaikan disebut sebagai golongan Sabiqun Bil Khairat.

3) Etos Kerja
Secara umum, etos kerja diartikan sebagai semangat kerja, sikap & pandangan kerja yang total,
ciri atau sifat yang dipunyai seseorang atau kelompok/bangsa dalam bekerja dan lain lain.
Sementara itu, dalam konteks islam etos kerja diartikan sebagai semangat juga sikap kerja yang
total dilandasi niatan Lillahita’ala sehingga pekerjaan tersebut tak hanya mendatangkan materi
semata melainkan juga amalan baik di mata Allah.
B. Dalil

1) Pentingnya Taat kepada Aturan

(QS. An-Nisa : 59)


2) Berkompetisi dalam Kebaikan

(QS. Al-Maidah : 48)

Artinya: “Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’ān) kepadamu (Muhammad) dengan membawa
kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti
keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di
antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah
diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua
kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
(Q.S. al-Māidah/5: 48)
3) Etos Kerja

(QS. Al-Maidah : 105)

Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga
rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)

Artinya: “Dari Miqdam ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak seorang pun yang makan
lebih baik daripada makan hasil usahanya sendiri. Sungguh Nabi Daud as. makan hasil
usahanya.” (HR. Bukhari)
C. Pendapat Ulama

1) Pentingnya Taat kepada Aturan

2) Berkompetisi dalam Kebaikan

(Al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah)

Kehidupan yang kita jalani di dunia hanyalah sebagai tempat persinggahan sementara untuk
menuju kehidupan yang hakiki, yaitu kehidupan di akhirat kelak. Tentu kita menginginkan
keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di negeri kekekalan tersebut. Keselamatan yang
dimaksud adalah selamat dari siksa api neraka dan dapat menghuni negeri karamah, surga Allah
yang seluas langit-langit dan bumi. Agar selamat tentu tidak bisa dengan sekedar angan-angan
dan khayalan. Surga tidak bisa dibeli dengan apa pun, bahkan dengan harta yang paling mahal
sekalipun. Akan tetapi surga hanya bisa diraih dengan rahmat Allah, dan rahmat Allah itu dekat
dengan orang-orang beriman dan berbuat kebajikan.

Allah Swt berfirman:


“Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.” (al A’raf: 56)

Agar selamat kita harus menjadi orang yang beriman. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada
diri kita. Kita juga tidak tahu kapan utusan Allah datang menjemput kita. Oleh karena itu,
bersegeralah melakukan amalan kebaikan.
Allah telah memerintahkan dalam kitab-Nya yang mulia:
“Maka berlomba-lombalah kalian kepada amalan-amalan kebaikan.” (al-Baqarah: 148)
“Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang seluas langit-
langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133)

3) Etos Kerja

Dalam Islam, etos kerja (semangat/motivasi kerja) dilandasi oleh semangat beribadah kepada
Allah SWT. Jadi kerja tidak sekedar memenuhi kebutuhan duniawi melainkan juga sebagai
pengabdian kepada Allah SWT. Sehingga dalam Islam, semangat kerja tidak hanya untuk meraih
harta tetapi juga meraih ridha Allah SWT.

(Penjelasan)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu
golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok.

Etos Kerja menurut Islam didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan
yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal saleh. Sehingga bekerja
yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim,
melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan
untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai
manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah,

Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat
sesuatu yang penuh manfaat yang pekerjaan merupakan bagian amanah dari Allah. Sehingga
dalam Islam, semangat kerja tidak hanya untuk meraih harta tetapi juga meraih ridha Allah SWT.

Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai serta cara meraih
tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang hakiki dalam rangka
menggapai ridha Allah SWT.

(Source : Website resmi Majelis Ulama Indonesia)


D. Pendapat Pribadi

1)Taat kepada aturan


Menaati pemimpin (ulil amri) menjadi kewajiban orang yang beriman. Apalagi di balik
ketaatan itu ada manfaat yang besar untuk umat yang sesuai dengan ajaran Islam.Misalnya,
imbauan pemerintah kepada masyarakatnya untuk tetap beraktivitas di rumah, menjaga jarak
sosial, dan membiasakan menggunakan masker kalau memang ada keperluan mendesak
keluar rumah. Faktanya, imbauan ini masih tetap disepelekan padahal ini sangat membantu
kita semua untuk terhindar dari semakin menjangkitnya wabah Covid-19.

2) Berlomba dalam Kebaikan

Hendaknya setiap orang senantiasa berlomba dalam kebaikan agar mereka berjalan lebih
dahulu, sebab siapa cepat ia dapat, demikian juga sebaliknya siapa lambat atau lalai dalam
berbuat baik, tentu ia terkebelakang bahkan gagal dan tidak berhasil.Begitulah hukum yang
berlaku di dalam alam ini. Allah SWT memerintahkan agar senantiasa mengerjakan kebaikan
dalam hidup dan kehidupan ini dalam artian senantiasa berbuat baik amal shaleh, untuk
meperoleh kesalamatan di dunia dan keselamatan di akhirat tempat yang kekal abadi.Kita
diperintahkan untuk mempergunakan waktu yang ada, memperunakan sisa-sisa umur dengan
sebaik-baiknya,  waktu jangan dibiarkan berlalu begitu saja tanpa diisi dengan ibadah atau
amal shaleh, karena orang yang tidak mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya
itu termauk orang-orang yang merugi, rugi di dunia lebih-lebih di akhirat. Sebab hidup di
dunia ini hanya sementara saja, untuk itu perlu kita berlomba lomba untuk berbuat baik

3) Etos Kerja

Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja yang
didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim,
tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT. Apabila bekerja itu
adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak
mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal
kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas
dirinya sebagai manusia. Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau
sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah
satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim. Tidak ada alasan bagi
seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi menjadi manusii yang kehilangan
semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban
dan peminta-minta, pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang
memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh
manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah.

Anda mungkin juga menyukai