Anda di halaman 1dari 5

BAB III

MEMBANGUN BANGSA DENGAN PRILAKU TAAT, KOMPETISI DALAM


KEBAIKAN DAN ETOS KERJA

A. Pengertian taat kepada aturan

Taat memiliki arti tunduk dan patuh terhadap Peraturan yang dibuat baik dalam kehidupan
sehari hari, berbangsa dan bernegara, sebagai umat muslim taat yang paling tinggi adalah taat
kepada Allah Swt Dan Rasulnya.

Seperti yang terkandung di dalam surat Al-Imran ayat 132

Yang artinya taatilah Allah swt dan Rasulnya sehingga kamu akan mendapat rahmatnya.

Taat di bagi menjadi 3 Macam yaitu:

1. Taat kepada Allah SWT adalah menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
perintahnya.
- Sesuai dengan ajaran islam rukun islam yang pertama yaitu mengucap dua kali
masaya hadat, dengan begitu kita wajib menaati peraturan karena kita sudh bersaksi
bahwa sanaya kita akan taat kepada Alah dan rasulnya,
- Kedua taat dalam menjalankan sholat, di sini juga kita sudah bersaksi bahwa sanya
kita aan mengerjakan sholat dalam lima waktu sehari tujuan nya apa, mendapatkan
pahala dan ridhonya allah, menenangkan hati, menyehatkan mental dan fisik kita,
- Yang ketiga yaitu taat dalm mengerjakan puasa tujuan nya apa, bertqwa kepada
Allah, melatih menahan diri, meleburkan dosa, menghindarkan diri dari perbuatan
zina.
- Yang ke empat yaitu taat dalam membayar zakat, tujuan nya apa, yang pertama
adalah mensucikan jiwa kita, membersihkan harta kita krena apa di dalam harta kita
ada hak orang lain yang membutuhkan bantuan dari kita
-
2. Taat kepada Rasulnya adalah berusaha mengamalkan ajaran Rasulullah dan meneladani
apapun yang di contohkan nya kepada kita.
3. Taat kepada ulul amri adalah taat kepada pemimpin baik pemimpin di dalam rumah
maupun pemimpin dalam berbnagsa dan bernegara.

pemerintah, dsb tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan
yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan
yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. 

B. Macam-macam Aturan dan Kedudukannya

Di sekolah terdapat aturan, di rumah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat


aturan, di mana saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu saja dengan maksud
agar terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada tujuan. Oleh karena
itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.

Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-
Qur’ān. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang
disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik
pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin
keluarga.

Pentingnya Pemimpin (PAI)

Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu negara
sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. TETAPI
pemimpin yang baik apa bila Mengaitkan permasalahan dunia dengan ajaran yang ada di dalam
alquran.

Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan
menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam
memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada
pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.

C. Dalil Perintah Taat kepada Aturan

Allah berfirman dalam Q.S. an-Nisā/4: 59 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!


Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” 

D. Contoh Taat Aturan Dalam Keseharian

 Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya,
baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
 Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan
rasul-Nya.
 Menaati dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
 Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntunan dan syariat agama.
 Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan.

E. Kompetisi dalam Kebaikan

Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk
meraih cita-cita yang diinginkan. Setiap muslim dituntut oleh Allah untuk saling berlomba-
lomba dalam kebaikan. Setiap muslim dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing,
harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Dan jangan sampai seorang muslim malah
berkompetisi dalam keburukan, sebab hal itu akan mengundang murka Allah Swt. 

F. Dalil Perintah Untuk Berkompetisi dalam Kebaikan

Allah Swt. berfirman dalam surat Q.S. al-Māidah/5: 48 yang artinya: “Dan Kami telah
menurunkan Kitab (al-Qur’ān) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di
antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang
telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu
perselisihkan.” 

Contoh Berkompetisi Kebaikan dalam Keseharian

 Meyakini bahwa hidup itu perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetisi.
 Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan
hasilnya maksimal.
 Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, semata-mata mengharap riḍa Allah
Swt.
 Selalu melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi
mencari titik persamaan.
 Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati; ketika mendapatkan kekalahan, ia
selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal).

G. Etos Kerja

Bekerja adalah kewajiban setiap muslim (khususnya bagi pria). Bekerja adalah kodrat hidup,
baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan indiveidual dan sosial
dalam berbagai bidang.  Dalam melakukan pekerjaan, Allah memerintahkan seorang muslim
untuk bekerja dengan giat, tekun, professional, dan disiplin. Hal inilah yang dinamakan etos
kerja. 

H. Dalil Perintah Untuk Memiliki Etos Kerja

Allah berfirman dalam (Q.S. at-Taubah/9: 105): “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka


Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

I. Contoh Etos Kerja dalam Keseharian

 Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
 Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan
mulai dari sekarang.”
 Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai