ARTIKEL TENTANG
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Disusun oleh:
KELAS XII IPS
Nama Anggota :
1. Diana Putri Faradila
2. Siti Elisah
3. Aulia Fitriani
4. Aat Rusmiati
5. Tita Komala Sari
6. Siska Mulya O
7. Aslihatul Rozifah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taat secara bahasa artinya senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah taat
adalah tunduk dan patuh, baik terhadap perintah Allah Swt, Rasul-Nya, maupun ulil
amri (pemimpin). Taat kepada allah Swt berarti bahwa setiap mukmin harus
melaksanakan segala perintah-Nya sebagaimana yang terdapat didalam Al qur~an
dan menjauhi larangan-Nya Karena apapun yang diperintahkan Allah Swt itu
mengandung maslahat (kebaikan) dan apa yang dilarang oleh-Nya mengandung
mudarat (keburukan)..
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku
curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan.
Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah
dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Di sekolah terdapat
aturan, di rumah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat aturan, di mana
saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu saja dengan maksud agar
terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada tujuan. Oleh
karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.
Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu
terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi
Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang
dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun
pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.
Arti ulil amri adalah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu
dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain bin Jarir at-Thabari
berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan
ulil amri.
2. Al-Mawardi
Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umara
(para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan), (2) ulama
dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu
Bakar dan Umar.
Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan
seluruh pemimpin lainnya.
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan
pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya
memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak
kepada kemungkaran, wajib hokum nya untuk menolak.
Perilaku mulia ketaatan yang perlu dilestarikan adalah:
2. Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh
Allah dan rasul-Nya.
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi
tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut
menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi
seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan
memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,
dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan
yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir
untuk arah hidupnya.
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia
akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakan hidup secara serampangan
menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada
kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.
Akhir ayat ini juga mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya
perbedaan manusia dalam penciptaannya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa.
2. Bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-
menolong, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama.
C. Etos Kerja
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga
bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan
fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba
Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang
enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk
menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan
fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi
menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak
memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya
merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah
mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang
merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan
sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu :
dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan dimensisyariat (aku
berbuat).
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak hikmah dan
manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap lingkungannya. Di
antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
· Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
· Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian
dari ibadah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang
telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Aturan dibuat
tentu saja dengan maksud agar terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan
dibuat tanpa ada tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang
berlaku.
Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang
atau suatu kelompok. Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna,
yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
performance).
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://anandalangkai.blogspot.co.id/2015/09/membangun-bangsa-melalui-perilaku-
taat.html
https://mubt4.blogspot.co.id/2015/09/pendidikan-agama-islam-taat-peraturan.html
http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html