Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KIMIA

ARTIKEL TENTANG
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Disusun oleh:
KELAS XII IPS
Nama Anggota :
1. Diana Putri Faradila
2. Siti Elisah
3. Aulia Fitriani
4. Aat Rusmiati
5. Tita Komala Sari
6. Siska Mulya O
7. Aslihatul Rozifah

SMA NEGERI 1 CIOMAS


TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR IS
DAF................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................ 
BAB II PEMBAHASAN
A. Pentingnya Taat Kepada Aturan……………………………………
B. Kompetisi Dalam Kebaikan………………………………………...
C. Etos Kerja…………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 
B. Saran................................................................................................ 
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taat secara bahasa artinya senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah taat
adalah tunduk dan patuh, baik terhadap perintah Allah Swt, Rasul-Nya, maupun ulil
amri (pemimpin). Taat kepada allah Swt berarti bahwa setiap mukmin harus
melaksanakan segala perintah-Nya sebagaimana yang terdapat didalam Al qur~an
dan menjauhi larangan-Nya  Karena apapun yang diperintahkan Allah Swt itu
mengandung maslahat (kebaikan) dan apa yang dilarang oleh-Nya mengandung
mudarat (keburukan)..

Pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai


kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah
negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-
ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk
taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama
tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Taat Pada Aturan ?

2. Mengapa Kita Harus Berkompetisi dalam Kebaikan?

3. Apa Itu Etos Kerja?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Taat Kepada Aturan

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku
curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan.
Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah
dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Di sekolah terdapat
aturan, di rumah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat aturan, di mana
saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu saja dengan maksud agar
terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada tujuan. Oleh
karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.

Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu
terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi
Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang
dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun
pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.

Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai


pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa
ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah
negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan
luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin
karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan
terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S.
an-Nisa/4: 59)
Asbabu al-Nuzul atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah
berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw.
mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh
Rasulullah saw.). As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr
bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw.
sebagai pemimpin dalam sariyah.

Q.S. an-Nisa/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah


Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah
ini ada beberapa pendapat.

1. Abu Jafar Muhammad

Arti ulil amri adalah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu
dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain bin Jarir at-Thabari
berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan
ulil amri.

2. Al-Mawardi

Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umara
(para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan), (2) ulama
dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu
Bakar dan Umar.

3. Ahmad Mustafa al-Maraghi

Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan
seluruh pemimpin lainnya.

Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis yang Artinya: 


“Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah bersabda... Tidak boleh
taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya
dalam hal yang makruf.” (H.R. Muslim) 

Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan
pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya
memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak
kepada kemungkaran, wajib hokum nya untuk menolak.
Perilaku mulia ketaatan yang perlu dilestarikan adalah:

1.         Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan


larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.

2.         Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh
Allah dan rasul-Nya.

3.         Menaati dan menjujung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di


rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

4.         Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntutan dan syariat


agama.
5.         Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada
kemaksiatan.
B. Kompetesi Dalam Kebaikan

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi
tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut
menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi
seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan
memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,
dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan
yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir
untuk arah hidupnya.

Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia
akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakan hidup secara serampangan
menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada
kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.

Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang


beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya Yang Artinya:

“Dan Kami telah menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu Muhammad dengan


membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya
dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami
memberikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang
telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa
yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. Al-Maidah/5: 48)

Pada Q.S. Al-Maidah/5: 48 Allah Swt. Menjelaskan bahwa setiap kaum


diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda beda sesuai dengan
keadaan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang
terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari rida Allah Swt., atau
berlomba-lomba dalam kebaikan.

Akhir ayat ini juga mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya
perbedaan manusia dalam penciptaannya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa.

Ayat ini juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang


dimiliki oleh manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Setiap orang harus
berlomba lomba dalam kebaikan, seperti berprestasi baik dalam bidang orahraga,
seni, ilmu pengetahuan.

Alasan mengapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan adalah:

1.         Bahwa melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melaikan harus segera


dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat
baik belum tentu setiap saat kita dapatkan.

2.         Bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-
menolong, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama.

3.         Bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan.

C. Etos Kerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yangg khas


dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yg
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. 
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara berbuat,
sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja Muslim dapat
didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja
tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari
amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur. 

Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,


memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong
dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance). 

Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan


keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan
dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi
dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan
saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat
dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya
sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang
amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-
Dzaariyat : 56).

Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga
bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan
fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba
Allah SWT. 

Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang
enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk
menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan
fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia. 

Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim. 

Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi
menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak
memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya
merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah
mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang
merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan
sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu :
dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan dimensisyariat (aku
berbuat). 

Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak hikmah dan
manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap lingkungannya. Di
antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:

·         Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun


keterampilan.

·         Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.

·         Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
anggota masyarakat.

·         Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.

·         Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.

·         Mampu hidup layak.

·         Sukses meraih cita-cita

·         Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian
dari ibadah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang
telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Aturan dibuat
tentu saja dengan maksud agar terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan
dibuat tanpa ada tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang
berlaku.

 Alasan mengapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan


adalah:
1.         Bahwa melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melaikan harus segera
dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat
baik belum tentu setiap saat kita dapatkan.
2.         Bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-
menolong, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama.
3.         Bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan.

Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang
atau suatu kelompok. Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna,
yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
performance). 

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://anandalangkai.blogspot.co.id/2015/09/membangun-bangsa-melalui-perilaku-
taat.html
https://mubt4.blogspot.co.id/2015/09/pendidikan-agama-islam-taat-peraturan.html
http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html

Anda mungkin juga menyukai