Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA ISLAM

TAAT HUKUM TUHAN

Dosen pengajar :

Drs.suyud arif, M.Ag

Disusun Oleh :

Siti Rahmawati (P17320322047)

Zahra Putri Nurjanah (P17320322059)

Tingkat 1A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat. taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“TaaT Hukum Tuhan”

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Drs.suyud arif,M.Ag selaku
dosen pengampu Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, Kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Bogor, September 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Pengertian Hukum Tuhan...................................................................................3


B. Tentang Syariat Islam.........................................................................................5
C. Perintah Dan Larangan Allah..............................................................................7
D. Dampak Melanggar Hukum Tuhan....................................................................8
E. Hikmah Taat Hukum Tuhan...............................................................................9
BAB III

PENUTUP......................................................................................................................10

A. Kesimpulan.........................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama tidak hanya memuat seperangkat konsep–konsep ideal
(ilmu). Tetapi juga memuat seperangkat amal praktek untuk diaktualisasikan
(diterapkan) dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, iman yang
merupakan bagian integral dari ajaran islam pengertiannya harus secara menyeluruh
(komprehensif) dan terpadu.Itulah tiga hal yang harus senantiasa dijadikan prinsip
dalam hidup kita.Hidup manusia tidak akan sempurna apabila salah satu dari iman,
ilmu dan amal tidak dimiliki, di asah, dan diperbaiki.Keyakinan kalau tidak ada amal
perbuatan, tidak ada artinya begitu juga ilmuyang tidak melahirkan amal umat shaleh
dalam kehidupan tidak ada artinya.
Hukum Islam diturunkan oleh Allah Swt bertujuan untuk mencegah kerusakan
pada manusia dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka, mengarahkan kepada
kebenaran, keadilan dan kebijakan serta menerangkan jalan yang harus dilaluinya.
Dalam hal ini bertumpu pada lima prioritas utama yang disebut sebagai
maqâsid asy-syarî’ah yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda
dengan berlandaskan Alquran yang bersifat universal dan dinamis.1 Dengan kata lain
tujuan disyariatkannya Islam adalah untuk kemaslahatan hidup manusia baik rohani
maupun jasmani, individual maupun kelompok.
Sekilas bila pemikiran mengenai Hukum Islam ditelaah dari zaman ke zaman,
tentulah akan terlihat berbagai macam corak pemikiran yang tak jarang saling
bersinggungan dan saling bertentangan antara seorang mujtahid dengan mujtahid
lainnya. Berdasarkan hal tersebut, sepatutnya umat Islam tidak perlu heran akan
segala macam perbedaan itu. Penulis kira, umat Islam juga tidak perlu saling fanatik
dan mengklaim suatu golongan dengan pemikiran tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud denga hukum tuhan?
2. apa yang dimaksud dengan syariat syariat islam
3. bagaimana perintah dan larangan allah dalam agama islam
4. jelaskan hukum dan hikmah dalam islam

1
C. Tujuan
1. menjelaskan maksud dari hukum tuhan
2. menjelaskan macam macam syariat islam
3. mengetahui perintah dan larangan allah dalam agama islam
4. mengetahui hukum dan hikmah dalam islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Tuhan


Taat pada hukum Allah merupakan suatu kewajiban mutlak yang tidak bisa
ditawar-tawar oleh setiap insan ciptaan-Nya. Jika mengingkari, bahkan menolak
hukum Allah, maka kesengsaraan dan kemurkaan Allah yang akan didapatkan dalam
kehidupan, serta azab yang maha berat di hari pembalasan.“Syariat Islam merupakan
aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan umat manusia dalam
kehidupan ini. Jika kita mau patuh dan taat, banyak hikmah yang kita dapatkan di
dunia ini dan akhirat kelak,” ujar Ustaz Syukri M. Yusuf.
Taat pada hukum Allah dengan menjalankan segala amal ibadah yang
diperintahkan (amar makruf) baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, juga
meninggalkan segala yang dilarang (nahi munkar) sebagaimana ditegaskan dalam
Alquran, Hadits Nabi dan juga ijma’ ulama.
Dalam Alquran Surat Ali Imran ayat juga ditegaskan, “Katakanlah: hendaklah
kamu taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika kamu berpaling, maka sesungguh-nya
Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir”.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang
muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada
Allah SWT. Saat Allah menginginkan sesuatu dari kita, harus menaati-Nya.
“Inilah makna keimanan dan keislaman kita kepada Allah. Menunaikan perintah
Allah, dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara menunjukkan ketaatan kepada
Allah. Misalnya, menunaikan shalat, berpuasan membayar zakat, dan menunaikan
ibadah haji,” sebutnya.
Begitu juga dengan larangan-larangan Allah, juga terdapat banyak hikmahnya,
dan bertujuan untuk menjaga kehidupan, jiwa, harta, akal, kehormatan, martabat,
sesuai maqashid syariah . “Hikmah taat untuk meninggalkan segala yang dilarang,
akan mewujudkan keridhaan Allah. Hikmah itu datang belakangan, setelah kita
patuhi. Tidak bisa didapatkan hikmah di awal, tapi kemudian, bisa di dunia atau di
akhirat,” terangnya.

3
Taat atau patuh terhadap perintah Allah SWT sudah semestinya dilakukan
muslim. Orang yang taat kepada Allah SWT akan senantiasa mengerjakan segala
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Perintah untuk taat kepada Allah SWT termaktub dalam Al Quran surat An Nisa ayat
59:
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاِط ْيُعوا َهّٰللا َو َاِط ْيُعوا الَّرُسْو َل َو ُاوِلى اَاْلْم ِر ِم ْنُك ْۚم َفِاْن َتَن اَز ْعُتْم ِفْي َش ْي ٍء َف ُر ُّد ْو ُه ِاَلى ِهّٰللا َو الَّرُس ْو ِل‬
٥٩ - ࣖ ‫ِاْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنْو َن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِۗر ٰذ ِلَك َخْيٌر َّو َاْح َس ُن َتْأِوْياًل‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan hambaNya
untuk taat kepadaNya, kepada Rasulullah, dan kepada Ulil Amri atau pemimpin di
antara mereka. Ulama tafsir, Muhammad Quraish Shihab menerangkan, ketaatan
terhadap Ulil Amri sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut berkaitan dengan
ketaatan kepada Allah SWT dan RasulNya.
Artinya, perintah Ulil Amri haruslah sejalan dengan perintah Allah SWT dan
RasulNya. Apabila perintah tersebut bertentangan, maka tidak dibenarkan untuk
mentaatinya.
Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak untuk MTs Kelas
VII karya Hasan, seseorang disebut taat kepada Allah jika selalu mengerjakan
perintahNya menjauhi laranganNya. Begitu pula dengan taat kepada Rasul seperti
dalam hadits berikut,
‫ َو َم ا‬،‫ َم ا َنَهْيُتُك ْم َع ْن ُه َف اْج َتِنُبْو ُه‬:‫ َسِم ْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُق ْو ُل‬: ‫َع ْن َأِبْي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ َفِإَّنَم ا َأْهَلَك اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َك ْثَر ُة َم َس اِئِلِهْم َو اْخ ِتَالُفُهْم َع َلى َأْنِبَياِئِهْم‬، ‫َأَم ْر ُتُك ْم ِبِه َفْأُتْو ا ِم ْنُه َم ا اْسَتَطْع ُتْم‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata: "Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,'Apa saja yang aku larang terhadap
kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka
kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum
kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka
(tidak mau taat dan patuh)'.(HR Bukhari dan Muslim).

4
Dijelaskan dalam kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi'i, melalui surat An Nisa
ayat 80, Allah SWT memberitahukan perjanjian dengan Rasulullah adalah perjanjian
dengan Allah SWT. Begitu pula dengan ketaatan kepada Rasulullah juga merupakan
ketaatan kepada Allah SWT.
Salah satu hikmah taat kepada Allah SWT dan RasulNya adalah kelak masuk surga,
bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah SWT. Hikmah ini dijelaskan dalam
QS An Nisa ayat 69,
‫ٰۤل‬ ‫ٰۤل‬
‫َو َم ْن ُّيِط ِع َهّٰللا َو الَّرُسْو َل َفُاو ِٕىَك َم َع اَّلِذ ْيَن َاْنَع َم ُهّٰللا َع َلْيِهْم ِّم َن الَّنِبّٖي َن َو الِّصِّدْيِقْيَن َو الُّش َهَد ۤا ِء َو الّٰص ِلِح ْيَن ۚ َو َح ُسَن ُاو ِٕى َك‬
٦٩ - ‫َرِفْيًقا‬
Artinya: "Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu
akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para
nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.
Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

B. Tentang Syariat Islam


Islam menjaga umatnya agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan
yang menyimpang. Batasan-batasan tersebut diwujudkan dalam hukum syariat Islam,
lengkap dengan akibat yang harus ditanggung umat Muslim jika melakukannya.Dr.
Rohidin, S.H., M.Ag. dalam Buku Ajar Pengantar Hukum Islam menjelaskan, hukum
Islam adalah peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingkah
laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikat untuk semua
pemeluknya.
Tujuan hukum syariat Islam tidak lain adalah untuk mewujudkan kedamaian dan
kepatuhan. Dengan adanya hukum Islam, umat Muslim diharapkan dapat hidup
dengan tenteram sesuai dengan aturan yang berlaku.
Hukum Islam tak hanya sekadar teori, melainkan aturan untuk diterapkan di
dalam seni kehidupan manusia. Ada empat sumber hukum Islam yang disepakati
ulama, yaitu Al Quran, hadits, ijma, dan qiyas.
Segala syariat Islam tertuang dalam Al Quran yang dilengkapi penjelasannya
dalam hadits Nabi SAW. Hukum syariat Islam tersebut terbagi menjadi 5 macam

5
Mengutip jurnal Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia tulisan Eva
Iryani, hukum syariat Islam ada lima macam, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh,
dan mubah.
1. Wajib
Wajib adalah suatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala
dan jika ditinggalkan akan berdosa. Contoh amalan yang berhukum wajib adalah
sholat lima waktu, puasa Ramadhan, dan mengenakan hijab bagi perempuan.
2. Sunnah
Segala perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi tuntutannya
tidak sampai ke tingkatan wajib disebut dengan sunnah. Dengan kata lain,
umat Muslim yang mengerjakan sunnah akan mendapatkan pahala, tetapi jika
meninggalkannnya tidak akan mendapatkan dosa.
Mengutip buku Ushul Fiqh Metode Kajian Hukum Islam tulisan Iwan
Hermawan, hukum sunnah jika dilihat dari tuntutan melakukannya terbagi
menjadi dua, yaitu sunnah mu’akkad dan sunnah ghairu mu’akkad.
Sedangkan, jika dilihat dari kemungkinan untuk meninggalkannya
digolongkan menjadi tiga, yakni sunnah hadyu, sunnah zaidah/zawaid, dan sunnah
nafal. Contoh sunnah antara lain sholat dan puasa sunnah, bersedekah, dan
membaca Al Quran.
3. Haram
Kebalikan dari wajib, haram adalah perbuatan yang harus ditinggalkan.
Haram berarti sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya serta harus
dipatuhi oleh para umat.
Orang yang melanggarnya dianggap durhaka dan diancam dengan dosa.
Sebaliknya, orang yang meninggalkannya karena menaati Allah akan diberi
pahala. Misalnya, berzina, minum alkohol, dan berjudi.
4. Makruh
Dalam istilah ushul fiqh, makruh adalah sesuatu yang dianjurkan syariat
untuk meninggalkannya, dan jika ditinggalkan akan mendapat pujian, sedangkan
jika dilanggar tidak berdosa.

6
Sementara itu, jumhur ulama mendefinisikan makruh sebagai larangan syara
terhadap suatu perbuatan, tetapi larangan tersebut tidak bersifat pasti karena tidak
ada dalil yang menunjukkan atas haramnya perbuatan tersebut.
5. Mubah
Secara istilah, mubah berarti sesuatu yang tidak berkaitan dengan perintah
dan tidak juga berkaitan dengan larangan. Sesuatu yang mubah itu selama bersifat
mubah tidak menyebabkan adanya pahala atau siksa. Mubah terbagi menjadi tiga
bentuk, yakni:
 Mubah yang apabila dilakukan atau tidak dilakukan tidak mengandung
madharat, seperti makan, minum, dan berpakaian.
 Mubah yang jika dilakukan mukallaf tidak ada madharatnya, sedangkan
perbuatan itu sebenarnya diharamkan. Sebagai contoh makan daging babi saat
keadaan darurat.
Perbuatan yang bersifat madharat dan tidak boleh dilakukan menurut syara’,
tetapi Allah memaafkan pelakunya sehingga perbuatan itu menjadi mubah.
Contohnya, mengerjakan pekerjaan sebelum masuk Islam.

C. Perintah Dan Larangan Allah


Alquran mengandung perintah dan larangan untuk keselamatan hidup manusia
di dunia dan akhirat. Salah satunya adalah Surat An-Nahl ayat 90, yang artinya,
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”
Contoh Perintah dan Larangan Allah kepada Hambanya :
1. Jangan menghina keyakinan atau agama orang lain
Ini menjadi bukti bahwa Islam merupakan agama damai yang mengutamakan
toleransi terhadap setiap manusia, meski dalam perbedaan.
2. Jangan mengikuti orang secara membabi buta
Mengikuti orang secara membabi buta atau taklid merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan kemunduran umat Islam.
3. Damaikannlah orang yang sedang berselisih

7
Ketika ada orang yang berselisih, Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk
mendamaikan perselisihan tersebut dan tidak memihak salah satu.
4. Saling membantu sesama
Agama Islam mengajarkan untuk saling membantu terhadap sesama muslim,
terutama kepada mereka yang sedang dalam kesulitan.
5. Jangan saling kerjasama dalam dosa dan kekerasan
Islam mengajarkan kepada setiap umat Islam untuk menjauhi apa-apa yang telah
dilarang oleh Allah dan menjalankan perintah-Nya.
D. Dampak Melanggar Hukum Tuhan
akibat jika melanggar hukum tuhan
1. Hilangnya ilmu
Ibnu Qayyim menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah cahaya yang diberikan oleh
Allah SWT kepada setiap hati Muslim. Maka, perbuatan maksiat yang melanggar
perintah Allah SWT akan memadamkan cahaya itu
2. Kekosongan hati
Seorang pendosa akan mengalami kesepian dalam hatinya, yaitu antara dirinya
dan Allah SWT. Rasa kesepian ini pun akan menimpa dirinya dalam aspek
hubungan sosial terutama terkait hubungannya dengan orang-orang baik
3. Ditimpa kesulitan hidup
Seorang pendosa maka akan ditimpa berbagai urusan yang membuatnya merasa
sulit dalam mengarungi kehidupan. Dia merasa dosa-dosa yang telah
dilakukannya bukanlah faktor yang mempersulit, karena dia cenderung merasa
bahwa perkara itu memang sulit diatasi
4. Kegelapan hati
Orang yang suka berbuat maksiat maka dia akan menemukan kegelapan di dalam
hatinya dan ini menjadi kenyataan dalam hidupnya. Hati dan tubuhnya melemah
untuk berbuat baik dan cenderung menuruti perbuatan maksiat.
5. Memperpendek umur
Ibnu Qayyim juga memaparkan bahwa dosa yang telah dilakukan akan
memperpendek usia dan merusak keberkahan yang diberikan padanya
6. Terjerumus dalam dosa

8
Maksudnya adalah, orang yang melakukan dosa akan terus terarah pada perbuatan
buruk yang lain. Singkatnya, dosa akan membawa pada dosa, dan ketaatan
menjalankan perintah Allah SWT akan terus membawanya pada ketaatan
7. Mencegah pertobatan
Dosa akan mencegah pelakunya untuk melakukan pertobatan. Dan dia diibaratkan
menjadi tawanan setan
8. Bangga pada perbuatan dosa
Seorang pendosa lambat-laun akan membuat dia sombong dan bahkan
menyombongkan perbuatan maksiat yang dilakukannya
9. Derajatnya jatuh di mata Allah SWT
Orang yang melakukan maksiat maka akan berada pada posisi yang rendah di
mata Allah SWT. Derajatnya pun akan jatuh di sisi-Nya
10. Mewariskan penghinaan dan merusak pikiran
Dosa akan membuat pelakunya diwarisi penghinaan. Pikirannya juga akan rusak
karena menggelapkan sisi terang orang tersebut

E. Hikmah Taat Hukum Tuhan


Orang yang beriman tentu merasa dekat dengan Allah Swt. Oleh karena merasa
dekat, dia berusaha taat, menjalankan perintah, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sungguh bahagia dan beruntung manusia yang bisa seperti ini. Jadi, orang yang
beriman akan mendapatkan berbagai keuntungan antara lain sebagai berikut.
1. Mendapatkan Pahala
2. Hidup menjadi tenang dan tidak gelisah
3. Selalu mendapatkan pertolongan dari Allah SWT
4. Hidupnya tidak akan pernah rugi
5. Mendapat keberkahan dalam hidupnya

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Taat pada hukum Allah dengan menjalankan segala amal ibadah yang
diperintahkan (amar makruf) baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah,
juga meninggalkan segala yang dilarang (nahi munkar) sebagaimana ditegaskan
dalam Alquran, Hadits Nabi dan juga ijma’ ulama.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang
muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita
kepada Allah SWT. Saat Allah menginginkan sesuatu dari kita, harus menaati-
Nya.
Taat atau patuh terhadap perintah Allah SWT sudah semestinya dilakukan
muslim. Orang yang taat kepada Allah SWT akan senantiasa mengerjakan segala
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Tujuan hukum syariat Islam tidak lain adalah untuk mewujudkan kedamaian
dan kepatuhan. Dengan adanya hukum Islam, umat Muslim diharapkan dapat
hidup dengan tenteram sesuai dengan aturan yang berlaku.Hukum Islam tak
hanya sekadar teori, melainkan aturan untuk diterapkan di dalam seni kehidupan
manusia. Ada empat sumber hukum Islam yang disepakati ulama, yaitu Al
Quran, hadits, ijma, dan qiyas.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber referensi yang lebih banyak, yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

https://dsi.acehprov.go.id/taati-hukum-allah-untuk-kemaslahatan/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5766051/makna-taat-pada-allah-swt-
mengerjakan-perintah-dan-menjauhi-larangannya

https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/5-macam-hukum-syariat-islam-yang-perlu-
dipahami-umat-muslim-1xn6tKNOAfJ

https://m.republika.co.id/berita/oupkrd374/3-perintah-dan-3-larangan-di-dalam-alquran

https://manfaat.co.id/11-manfaat-taat-kepada-allah

https://m.republika.co.id/berita/qox9a7320/13-dampak-akibat-maksiat-menurut-ibnu-
qayyim

Anda mungkin juga menyukai