Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN ASUHAN KEERAWATAN NY.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS OBSTRUKSI ILEUS

DI RUANG BOUGENVIL RSUD CIBINONG

Dosen Pembimbing :

Nieniek Ritianingsih M.Kep, Sp.KMB

Susmadi, M.Kep

Oleh :

Nursyabania P17320322037

Widia Lafaisya Sepia Ningsih P17320322056

Yulia Restiana Gunawan P17320322057

Zahira Zaimatun Nisa P17320322058

Zahra Putri Nurjanah P17320322059

Zulfa Salsabila P17320322060

Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BOGOR

1
TA 2023/2024

2
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan dengan judul “Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Obstruksi Ileus” tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Nieniek


Ritianingsih,M.Kep,Sp.KMB dan Bapak Susmadi,M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, tak lupa kepada Ibu Ns. Sherlia
P. Lestari, S.Kep Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah Asuhan
Keperawatan ini.

Semoga makalah Asuhan Keperawatan ini dapat memberikan nilai


manfaat bagi pembaca maupun penulis. Penulis menyadari bahwa di
dalam makalah Asuhan Keperawatan ini masih terdapat kekurangan,
maka dari itu penulis mengharapkan dan menghargai kritik serta saran
dalam penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Bogor, 13 Januari 2024

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I.......................................................................................................................

PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II......................................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................

A. Pengertian Obstruksi ileus...........................................................................

B. Klasifikasi Obstruksi ileus..................................................................................

C. Patofisiologi Obstruksi ileus........................................................................

D. Pathway........................................................................................................

E. Manifestasi klinis.........................................................................................

BAB III................................................................................................................................

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN..................................................

A. Pengkajian ...................................................................................................

B. Diagnosa Keperawatan................................................................................

C. Intervensi Dan Implementasi Keperawatan.................................................

D. Evaluasi Keperawatan................................................................................

E. Catatan Perkembangan...............................................................................

BAB IV..................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................

ii
A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan
atau1,2 tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus
paralitik.Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen
usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan1,2 nekrose segmenu usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di
mana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik
usus tanpa adanya obstruksi mekanik
B. Klasifikasi
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,antara
lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga Makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikitt
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak
disertaiterjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata : Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada
anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg.
Namun, jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8
jam, harus diadakan herniotomi segera.

1
2. Non hernia inkarserata, antara lain : Adhesi atau perlekatan usus Di mana
pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa perlengketan
mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple,bisa setempat atau luas.
Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat
atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
3. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
4. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus
halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen
paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir
mati akibat pemberian obat cacing.
5. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan
terganggu.
6. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium
dan karsinomakolon,dapat menyebabkn obstruksi usus. Hal ini terutama
disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium
yang menekan usus.
D. Patofisiologi
Normanya, usus mensekresikan 7 hingga 8 L cairan kaya-elektrolit dan
sebagian besar cairan akan diabsorpsi kembali. Ketika usus mengalami
obstruksi, cairan tersebut sebagian akan tertahan di usus dan sebagian
dikeluarkan melalui muntah, menyebabkan pengurangan volume darah yang

2
bersirkulasi, yang akan menyebabkan hipotensi, syok hipovolemik, dan
berkurangnya aliran darah ginjal dan otak.
Pada saat munculnya obstruksi, cairan dan udara akan terkumpul pada
bagian proksimal dari lokasi yang bermasalah, menyebabkan distensi.
Dibandingkan dengan pada usus besar, manifestasi pada blok usus halus terjadi
lebih cepat dan lebi intens karena usus halus lebih sempit dan normalnya lebih
aktif. Volume sekresi yang banyak dari usus halus menambah distensi yang
terjadi. Satu-satunya sekresi usus besar yang signifikan adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan peristaltik sementara karena usus
berusaha mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa
jam, peningkatan peristaltik akan berhenti dan usus menjadi flaksid, sehingga
menurunkan tekanan dalam lumen dan memperlambat proses yang diakibatkan
oleh obstruksi. Tekanan yang makin besar dalam usus mengurangi kemampuan
penyerapan usus, yang akan lebih meningkatkan lagi retensi cairan yang
terjadi. Dengan segera, tekanan intra-luminal akan menurunkan aliran balik
vena, meningkatkan tekanan vena, kongesti, dan kerapuhan pembuluh darah.
Proses ini akhirnya akan meningkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma mengalami ekstravasasi (merembes keluar) ke dalam
lumen usus dan rongga peritoneal.
Dinding usus dapat menjadi permeabel terhadap bakteri, dan organisme
usus dapat memasuki rongga peritoneum.Peningkatan tekanan pada dinding
usus akan menurunkan aliran darah arterial, menyebabkan nekrosis, dan pada
beberapa kasus, toksemia serta peritonitis.Strangulasi dari usus menyebabkan
penurunan aliran darah arteri
E. Pathway

3
Perlekatan lengkung usus Intusepsi Vulvulus Hernia Tumor dlm dinging

Perputaran lengkung bag. usus menyusup usus memutar kembali Protusi usus mll area meluas kelumen usus
Usus ke bag. lain dibawahnya keadaan semula yg lemah dinding/
Otot abdomen
Refleks defekasi tdk ada
Obstruksi Usus
Refleks gastro ileum tidak Kondisi patologis kurang informasi
ada
Gg. Eliminasi BAB Akumulasigas & cairan dlm lumen sblh kurang pengetahuan
Proksimal obstruksi
Distensi Cemas
Tekanan intralumen me Merangsang mual & muntah Kehilangan H20 & elektrolit
Iskemia dinding usus
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum Muntah terus-menerus Vol. ECF
Pelepasan bakteri & toksin dr usus yg nekfotik
Gg. Nutrisi krg dr kebutuhan
Ke dlm peritoneum & sirkulasi sistemik Syok hipovolemik

Resiko infeksi : Peritoritis/septikemia Kelemahan Defisit perawatan diri


Defisit vol. cairan

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari obstruksi usus bergantung pada bagian usus mana dan
seberapa panjang usus yang terlibat, sejauh mana obstruksi mengganggu aliran
darah, sekomplet apa obstruksinya, dan tipe lesi yang menciptakan obstruksi
ini. Perubahan lokal pada dinding usus antara lain kongesti, kerapuhan,
penurunan sirkulasi, dan peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan berujung pada peristaltik terbalik, mengakibatkan
muntah yang membantu mencegah distensi usus berlebih. Efek-efek lokal
tersebut terjadi karena (I) hilangnya cairan, elektrolit, dan plasma; (2)
proliferasi bakterial; dan (3) perforasi. Efek-efek sistemik antara lain
penurunan cairan ekstraselular dan volume darah yang bersirkulasi, toksemia,
dan peritonitis.
Klien dengan obstruksi usus halus umumnya mengalami nyeri abdomen
dengan pola gelombang berulang yang ritmis. Nyeri berasal dari distensi dan
usaha peristaltik dari usus halus untuk mendorong kandungannya melewati
obstruksi. Nyeri usus halus terasa pada perut atas dan tengah, sementara nyeri
usus besar terasa pada abdomen bawah. Segera setelah usus halus mengalami

4
distensi, gelombang peristaltik dapat dilihat, disertai dengan suara berdenting
berfrekuensitinggi. Muntah hampir selalu ada, dengan frekuensi muntah
berhubungan dengan lokasi anatomis dari obstruksi. Muntah sering kali
memberikan kelegaan dari nyeri jika obstruksinya tinggi atau proksimal dari
ileum. Jika obstruksi terletak distal dari ileum, muntah tidak dapat
mengosongkan usus sepenuhnya, memungkinkan terkumpulnya cairan, residu,
dan udara. Saat otot menjadi atoni, lengkungan usus halus mengalami dilatasi,
menambah permasalahan distensi. Akhirnya, distensi parah akan mengangkat
diafragma, dan menghambat pernapasan.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya
dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika
sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya
gangguan elektrolit. 4,5,6Foto polos abdomen sangat bernilai dalam
menegakkan diagnosa ileus obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi
tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas,
sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi.
Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus
halus biasanya tidak tampak. 4,5,6 Gambaran radiologi dari ileus berupa
distensi usus dengan multiple air fluid level,distensi usus bagian proksimal,
absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya
terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-
kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang
mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding
abdomen. 4,5,6 Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan
pemeriksaan bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan
spesifikuntuk mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan
biopsi

5
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Identitas
1. Klien
Nama : Ny. A
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Bangsa/Suku : Sunda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat : Cijujung RT/RW 003/005
No.RM : 11252553
Diagnosis Medis : Obstruksi ileus
Tanggal Masuk : 11 Maret 2024
Tanggal Pengkajian : 14 Maret 2024

2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cijujung RT/RW 003/005
Hubungan : Suami

B. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 14 Maret 2024 klien mengatakan nyeri
pada bagian perut.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke Rsud Cibinong pada tanggal 11 Maret dengan
keluhan perut begah sejak 2 hari, tidak bisa BAB sejak 2 hari yang
lalu, flatus terakhir sejak 1 hari yang lalu, mual muntah, demam +,

6
nyeri perut diseluruh perut terutama pada sisi kiri, awalnya nyeri perut
di ulu hati kemudian melilit ke seluruh perut.pada saat dikaji pasien
hari ke 1 post op dengan keluhan nyeri di area perut, masih tidak bisa
BAB dan flatus, klien mengatakan sudah puasa 3 hari, berat badannya
menurun 4kg, sering buang air kecil, dan sulit untuk melakukan
perawatan diri.
P : Nyeri bagian perut post operasi
Q : Nyeri seperti disayat sayat
R : Nyeri area perut
S : Skala 6/10
T : Nyeri terus – menerus
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami post op usus buntu 30 tahun
lalu.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat kesadaran :
i. Respon motorik :5
ii. Respon verbal :5
iii. Respon membuka mata : 4
Skor : 14 (Composmentis)
2. Keadaan umum : Lemah
3. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 116/62 mmhg
Nadi : 96 x/m
Respirasi : 21 x/m
Suhu : 36,4ºC
SpO2 : 97%
4. Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan : 154cm
Berat badan awal : 50kg

7
Berat badan sekarang : 46kg
IMT : 19kg
IWL : 1.706 cc/hari
G. Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala
a. Rambut
Rambut klien nampak bersih tanpa ketombe, agak lepek
karena terus tidur tidak terdapat nyeri tekan pada kepala
b. Mata
Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva
nampak sedikit pucat
c. Hidung
terpasang NGT dekompresi cairan kehijauan 1000cc, bentuk
hidung simetris antara kanan dan kiri, lubang hidung tampak
bersih, sekret -
d. Telinga
aurikula kanan dan kiri simetris, pendengaran baik, tidak
terdapat serumen
e. Mulut
bibir tampak pucat dan sedikit pecah pecah, bibir kering, tidak
terdapat pembengkakan
f. Leher
leher tampak normal dengan pergerakan ke kanan dan ke kiri,
tidak ada pembengkakan atau benjolan, tidak ada penonjolan
vena jugularis tidak ada nyeri tekan pada leher
2. Thorax dan Pernapasan
bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi tidak ada nyeri
tekan, perkusi redup, terdapat suara pernapasan versikular, tidak
terdapat suara tambahan
3. Pemeriksaan Jantung
jantung tidak nampak dari luar, tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi
palpitasi jantung, bunyi S1 lub S2 dub

8
4. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen terdapat luka post op di perut bagian bawah dengan
balutan perban, luka post op terlihat bersih, bising usus negatif,
terdapat nyeri tekan, nyeri tekan pada luka post op
5. Ektremitas
a. Ektremitas atas
tampak simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi atau luka pada
kulit, tidak deformitas
b. Ekstremitas bawah
tampak simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi atau luka pada
kulit, tidak deformitas
6. Genetalia
terpasang kateter.
H. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit


Pola Nutrisi :
a. Frekuensi a. 3x/hari a. Tidak makan
makan : ....x
b. Nafsu makan : b. Baik b. Tidak makan
Baik/Tidak c. Tidak makan
c. 1 porsi
c. Porsi makan d. Bfluid,
yang dihabiskan meropenem,
d. Penggunaan d. Tidak ada metronidazole
obat-obatan e. Tidak ada
e. Tidak ada
e. Makanan
pantangan f. Bfluid
f. Minum 1,5 liter/hari
f. Intake 1000cc,
minum air 10
sendok 1 hari
(150ml),
transfusi
albumin

9
100cc
Pola Eliminasi :
a. BAK a. BAK a. BAK
1) Frekuensi : ... 1) 5x/hari 1) Terpasang
.x/hari kateter
2) Warna 2) Kuning jernih 2) Kuning
3) Keluhan 3) Tidak ada kekeruhan
4) Output 4) ±1000cc 3) Tidak ada
4) 1000cc/hari,
dekompresi
cairan
kehijauan
1000cc/hari
b. BAB b. BAB b. BAB
1) Frekuensi : ... 1) 1x/hari 1) Tidak BAB
.x/hari 2) Tidak BAB
2) Warna 2) Kuning kecoklatan 3) Tidak BAB
3) Waktu 3) Pagi 4) Tidak BAB
4) Konsentrasi 4) Lunak
Pola Istirahat dan
Tidur :
a. Lama tidur siang a. 1 jam a. 2 jam
b. Lama tidur b. 6 jam b. 5 jam
malam

I. Data Psikologi
Klien mengatakan cemas karena tidak bisa BAB dan flatus
J. Data Sosial
Klien mengatakan hubungan dengan tetangga dan masyarakat
sekitaran rumah baik
K. Data Spiritual

10
Klien mengatakan selalu melaksanakan ibadah wajib 5 waktu, ngaji di
masjid sekitaran rumah
L. Data Penunjang

Nilai Rujukan
Nama Test Hasil Satuan
\
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.4 gr/dL 12.0 – 17.3
Leukosit 10020 /µL 5000 – 10000
150000 –
Trombosit 275000 /µL
450000
Hematokrit 37.7 % 36 - 42
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 94 mg/dL 70 - 200
Ureum 28 mg/dL 20 – 40
Creatinin 1.0 mg/dL 0.5 – 1.5

M. Terapi Obat
1. Meropenem 3 x 2g Jam 11:00, 15:00, 20:00
2. Metrodinazol 3 x 500mg Jam 11:00, 15:00, 20:00
3. B fluid 2 x 500cc/hari RL 2/hari
II. Analisa Data

Data Senjang Etiologi Masalah


DS : Post op reksesi (D.0077) Nyeri
- Klien mengatakan anastomosus usus akut
nyeri dibagian perut halus
bekas post op
- P : Nyeri bagian Deskonitus jaringan
perut post operasi
Q : Nyeri seperti Adanya luka post op
disayat sayat
Merangsang reseptor
R : Nyeri area perut nyeri

11
S : Skala 6/10 Nyeri akut (D.0077)
T : Nyeri terus –
menerus
DO :
- Terdapat perban post
operasi dibagian
perut bawah
- Klien tampak
protektif terhadap
luka post operasi
- Klien nampak
meringis dan
menahan sakit
- TD : 116/62 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,4ºC
Spo2 : 97%
DS : Obstruksi ileus (D.0019) Defisit
- Klien mengatakan Nutrisi
puasa tiga hari Post op reksesi
- Klien mengatakan anastomosus usus
berat badannya turun halus
4 kg
DO : Akumulasi gas dan
Tinggi badan : 156cm cairan intralumen
Berat badan awal: 50kg disebelah proksimal
Berat badan sekarang :
46kg Terpasang NGT
IMT : 19kg dekompresi
- Klien tampak kurus
- Terpasang NGT Intake nutrisi menurun

12
dekompresi cairan
berwarna kehijauan Penurunan BB 10%
1000 cc
- Albumin 2,3 Defisit nutrisi
- Tranfusi albumin (D.0019)
100 cc
DS : Obstruksi ileus (D.0040)
- Klien mengatakan Gangguan
sering buang air Post op reksesi Eliminasi Urin
kecil anastomosus usus
DO : halus
- Klien terpasang
kateter (Ukuran Sering buang air kecil
16FR)
- Jumlah urine 1.000 Terpasang kateter
cc/hari
- Warna urin kuning Gangguan eliminasi
kekeruhan urin (D.0040)
- IWL = 1.706 cc/hari
- Balance cairan = -
2,306
DS : Obstruksi ileus (D.0109) Defisit
- Klien mengatakan Perawatan Diri
sulit melakukan Post op reksesi
perawatan diri secara anastomosus usus
mandiri halus
DO :
- Klien tampak tidak Nyeri post op
mampu mengenakan
pakaian sendiri Keterbatasan aktifitas
- Klien tidak mampu sehari hari
melakukan aktivitas

13
mandiri (tidak Defisit perawatan diri
mampu mandi, (D.0109)
mengenakan
pakaian, dan berhias
secara mandiri)
- Minat melakukan
perawatan diri
berkurang
- Pakaian klien
tampak lusuh dan
basah
- Tempat tidur klien
tampak kotor
DS : Obstruksi ileus (D.0142) Risiko
- Klien mengatakan Infeksi
nyeri dibagian luka Post op reksesi
post operasi anastomosus usus
DO : halus
- Pasien tampak
menghindari luka Luka post op
post operasi
- Tampak perban post Terpasang balutan
operasi bersih pada luka post op
- TD : 116/62
N : 96x/m Resiko infeksi
RR : 21x/m (D.0142)
S : 36,4ºC
Spo2 : 97%

14
III. Diagnosis Keperawatan
A. (D.0077) Nyeri akut b.d kondisi penmbedahan d.d agen pencedera
fisik
B. (D.0019) Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan d.d
Berat badan menurun 10%
C. (D.0040) Gangguan Eliminasi Urin b.d efek tindakan medis (operasi)
d.d Pasien memakai kateter
D. (D.0109) Defisit Perawatan Diri b.d Kelemahan d.d ketidakmampuan
melakukan aktivitas sehari-hari
E. (D.0142) Risiko infeksi d.d Nyeri

15
IV. Intervensi Keperawatan

Masalah Luaran Intervensi Rasional


Keperawatan Keperawatan
(D.0077) Nyeri Akut (L.08066) (I.08238) Observasi
berhubungan dengan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri - Untuk mengetahui lokasi,
pembedahan Setelah dilakukan Observasi karakteristik, durasi, frekuensi,
ditandai dengan tindakan keperawatan 3 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri
agen pencedera fisik x 8 jam diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - Untuk mengetahui skala nyeri
tingkat nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui respon nyeri
dengan kriteria hasil : - Identifikasi respon nyeri non verbal non verbal
1. Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang memperingan - Untuk mengetahui faktor yang
menurun dan memperberat nyeri memperingan dan memperberat
2. Meringis menurun Terapeutik nyeri
3. Gelisah menurun - Berikan teknik non farmakologis untuk Terapeutik
mengurangi nyeri (terapi relaksasi nafas - Untuk dapat mengetahui teknik
dalam, distraksi murotal) non farmakologis untuk
- Kontrol lingkungan yang memperberat mengurangi nyeri (terapi
rasa nyeri relaksasi nafas dalam, distraksi
- Fasilitasi istirahat dan tidur murotal)

16
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri - Untuk dapat mengetahui
(kompres air hangat) lingkungan yang memperberat
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri rasa nyeri
- Ajarkan untuk teknik non farmakologis - Untuk memFasilitasi istirahat
untuk mengurangi rasa nyeri. dan tidur
Kolaborasi Edukasi
- Kolaborasi pemberian analgetik - Untuk mengetahui strategi
meredakan nyeri (kompres air
hangat)
- Anjurkan mengetahui cara
memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan mengetahui teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi
- Untuk mengetahui Kolaborasi
pemberian analgetik
(D.0019) Defisit (L.03030) (I.03121) Observasi
Nutrisi b.d Status Nutrisi Pemantauan Cairan - Untuk mengetahui frekuensi
ketidakmampuan Setelah dilakukan Observasi dan kekuatan nadi frekuensi

17
mencerna makanan tindakan keperawatan 3 - Monitor frekuensi dan kekuatan nadi napas
d.d Berat badan x 8 jam diharapkan - Monitor frekuensi napas - Untuk mengetahui tekanan
menurun 10% Status Nutrisi membaik - Monitor tekanan darah darah
dengan kriteria hasil : - Monitor berat badan - Untuk mengetahui berat
1. Berat badan - Monitor elistisitas atau turgot kulit badan
membaik - Monitor jumlah, warna, dan berat jenis - Untuk mengetahui
2. IMT membaik urine elistisitas atau turgot kulit
3. Bising usus - Monitor kadar albumin - Untuk mengetahui jumlah,
membaik - Monitor hasil pemeriksaan serum warna, dan berat jenis urine
- Monitor intake dan output cairan - Untuk mengetahui kadar
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemia albumin
Terapeutik - Untuk mengetahui hasil
- Dokumentasikan hasil pemantauan pemeriksaan serum
Edukasi - Untuk mengetahui intake
- Jelaskan tujuan dan prosedur dan output cairan
pemantauan - Untuk mengetahui tanda-
tanda hipovolemia
Terapeutik
- Untuk mendokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi

18
- Untuk mengetahui tujuan
dan prosedur pemantauan
(D.0040) Gangguan (L.04034) (I.04164) Observasi
Eliminasi Urin b.d Eliminasi Urine Perawatan Kateter Urin - Untuk mengetahui kepatenan
efek tindakan medis Setelah dilakukan Observasi kateter urin
(operasi) d.d Pasien tindakan keperawatan 3 - Monitor kepatenan kateter urin - Untuk mengetahui tanda dan
memakai kateter x 8 jam diharapkan - Monitor tanda dan gejala obstruksi aliran gejala obstruksi aliran urin
Eliminasi Urine urin - Untuk mengetahui kebocoran
membaik dengan - Monitor kebocoran kateter, selang dan kateter, selang dan kantong urin
kriteria hasil : kantong urin - Monitor input dan output cairan
1. Frekuensi BAK - Monitor input dan output cairan (jumlah (jumlah dan karakteristik)
membaik dan karakteristik) Terapeutik
2. Karakteristik urin Terapeutik - Untuk mengetahui teknik
membaik - Gunakan teknik aseptik selama aseptik selama perawatan
perawatan kateter urin kateter urin
- Pastikan selang kateter dan kantung urin - Untuk mengetahui selang
terbebas dari lipatan kateter dan kantung urin
- Pastikan kantung urin diletakan dibawah terbebas dari lipatan
ketinggian kandung kemih dan tidak - Untuk mengetahui kantung urin
dilantai diletakan dibawah ketinggian
- Kosongkan kantung urin jika kantung kandung kemih dan tidak

19
urin telah terisi setengahnya dilantai
- Jaga privasi selama melakukan tindakan - Untuk mengetahui kantung
Edukasi urin jika kantung urin telah
- Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan terisi setengahnya
resiko sebelum pemasangan kateter - Untuk mengetahui privasi
selama melakukan tindakan
Edukasi
- Untuk mengetahui tujuan,
manfaat, prosedur, dan resiko
sebelum pemasangan kateter

(D.0109) Defisit (L.11103) (I.11348) Observasi


Perawatan Diri b.d Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri - Untuk mengetahui tingkat
Kelemahan d.d Setelah dilakukan Observasi kemandirian
ketidakmampuan tindakan keperawatan 3 - Monitor tingkat kemandirian Terapeutik
melakukan aktivitas x 8 jam diharapkan Terapeutik - Untuk mengetahui lingkungan
sehari-hari Perawatan Diri - Sediakan lingkungan yang terapeutik yang terapeutik
meningkat dengan - Siapka keperluan pribadi (mis.parfum, - Untuk mengetahui keperluan
kriteria hasil : sikat gigi, sabun mandi) pribadi (mis.parfum, sikat gigi,
1. Kemampuan - Dampingi dalam melakukan perawatan sabun mandi)
mengenakan diri sampai mandiri - Untuk mengetahui dalam

20
pakaian meningkat - Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak melakukan perawatan diri sampai
2. Verbalisasi mampu melakukan perawatan diri mandiri
keinginan perawatan Edukasi - Untuk mengetahui cara
diri meningkat - Anjurkan melakukan perawatan diri memfasilitasi kemandirian, bantu
3. Minat melakukan secara konsisten sesuai kemampuan jika tidak mampu melakukan
perawatan diri perawatan diri
meningkat Edukasi
4. Mempertahankan -Untuk mengetahui perawatan diri
kebersihan diri secara konsisten sesuai kemampuan
meningkat

(D.0142) Risiko (L.14137) (I.14539) Observasi


infeksi d.d nyeri Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi - Untuk mengetahui tanda dan
Setelah dilakukan Observasi gejala infeksi lokal dan sistemik
tindakan keperawatan 3 - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal Terapeutik
x 8 jam diharapkan dan sistemik - Untuk mengetahui dalam
Tingkat Infeksi Terapeutik membatasi jumlah pengunjung
menurun dengan - Batasi jumlah pengunjung - Untuk mengetahui cara
kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit pada edema memberikan perawatan kulit pada
1. Nyeri menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak edema
dengan pasien dan lingkungan pasien - Untuk mengetahui cara Cuci

21
Edukasi tangan sebelum dan sesudah kontak
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi dengan pasien dan lingkungan
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan pasien
benar Edukasi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka -Untuk mengetahui tanda dan
atau luka operasi gejala infeksi
Kolaborasi -Untuk mengetahui cara mencuci
- Kolaborasi pemberian terapi tangan dengan benar
- Untuk mengetahui cara
memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian imunisasi

22
V. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal No.Dx Impelementasi Evaluasi Paraf


Jam Keperawatan Keperawatan
14 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S:
maret durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Klien mengatakan nyeri
2024 nyeri. dibagian perut bekas operasi
09:00 2. Mengidentifikasi skala nyeri. P : perut, post operasi
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal. Q : nyeri seperti disayat-sayat
4. Mengidentifikasi faktor yang R : bagian perut
memperingan dan memperberat nyeri. S : skala 6/10
5. Meberikan teknik non farmakologis T : terus menerus
untuk mengurangi nyeri (Terapi relaksasi - Klien mengatakan nyeri walau
nafas dalam) sedang berbaring
6. Mengontrol lingkungan yang - Klien mengatakan nyeri masih
memperberat rasa nyeri. belum berkurang
7. Memfasilitasi istirahat dan tidur O:
8. Menjelaskan strategi meredakan nyeri - Klien nampak meringis
(Kompres) menahan sakit
9. Menganjurkan monitor nyeri secara - Pemberian obat antibiotak
mandiri metronidazole 3 x 500 mg IV
10. Mengajarkan untuk teknik non

23
farmakologis untuk mengurangi rasa (pukul 13.00)
nyeri. - Meropeneum 3 x 2 mg (pukul
11. Berkolaborasi pemberian terapi obat 13.00)
- Pemberian keterolac 1 mg
(pukul 13:00)
- TD : 120/70
N : 81x/m
RR : 21x/m
S : 36,4ºC
SpO2 : 97%
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3,
4, 6, 7, 8, 11)
2 1. Menghitung frekuensi dan kekuatan nadi S:
2. Menghitung frekuensi napas - Klien mengatakan puasa
3. Memeriksa tekanan darah selama 3 hari
4. Memeriksa berat badan - Klien mengatakan berat
5. Memeriksa elistisitas atau turgor kulit badannya menurun dari 50 kg
6. Memeriksa jumlah dan warna urine menjadi 46 kg
7. Memonitor kadar albumin - Klien mengatakan sudah
memahami tujuan prosedur

24
8. Memonitor hasil pemeriksaan serum pada tindakan yang dilakukan
9. Menghitung intake dan output cairan O:
10. Mengidentifikasi tanda-tanda hipovolemia - TD : 120/70
11. Mendokumentasikan hasil pemantauan N : 81x/m
12. Menjelaskan tujuan dan prosedur RR : 21x/m
pemantauan S : 36,4ºC
SpO2 : 97%
- Pemberian Bfluid 1000cc/hari
- Terpasang NGT dekomresi
cairan kehijauan 1000cc
- Turgor kulit baik
- Urin tampak kuning kekeruhan
dengan jumlah 1000 cc/ hari
- Kadar albumin 2,3
- Ur : 28, Cr, : 1.0, Na : 140, K :
3.2, HT : 37.7
- IWL : 2.456 cc/hari
- Berat badan turun > 10%
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9)

25
3 1. Memeriksa kepatenan kateter urin S:
2. Memeriksa tanda dan gejala obstruksi - Klien mengatakan tidak ada
aliran urin rasa ingin berkemih
3. Memeriksa kebocoran kateter, selang dan - Klien mengatakan sudah
kantong urin memahami tujuan serta manfaat
4. Menghitung input dan output cairan pemasangan kateter
(jumlah dan karakteristik) O:
5. Menggunakan teknik aseptik selama - Kateter urine tidak terdapat
perawatan kateter urin (mencuci tangan 6 adanya penyumbatan
langkah, pakai handscoon) - Tidak adanya kebocoran pada
6. Memastikan selang kateter dan kantung selang dan kantong urine
urin terbebas dari lipatan - IWL = 2.456 cc/hari
7. Menyimpan kantung urin di samping - Balance cairan = - 2,306
tempat tidur dan tidak di lantai - Kateter ditempatkan disamping
8. Membuang urin jika kantung urin telah tempat tidur
terisi setengahnya - Urine dibuang ketika sudah
9. Menjaga privasi selama melakukan terisi setengahnya
tindakan A : Masalah teratasi sebagian
10. Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur, P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3,
dan resiko sebelum pemasangan kateter 4, 5, 6, 8, 9)

26
4 1. Memonitor tingkat kemandirian S:
2. Menyediakan lingkungan yang terapeutik - Klien mengatakan masih belum
3. Menyiapkan keperluan pribadi bisa melakukan perawatan diri
(mis.parfum, sikat gigi, sabun mandi) secara mandiri
4. Mendampingi dalam melakukan O:
perawatan diri sampai mandiri - Klien tampak kesulitan dalam
5. Membantu kemandirian, bantu jika tidak melakukan perawatan diri
mampu melakukan perawatan diri - Keluarga klien mendampingi
6. Menganjurkan melakukan perawatan diri klien dalam melakukan
secara konsisten sesuai kemampuan perawatan diri
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3,
4, 5, 6)
5 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi dan S:
sistemik - Klien mengatakan masih terasi
2. Membatasi jumlah pengujung nyeri
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah - Klien mengatakan sudah
kontak dengan pasien dan lingkungan memahami mengenai tanda dan
pasien gejala infeksi
4. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi - Klien mengatakan sudah
5. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan memahami mengenai cara

27
benar mencuci tangan dengan benar
6. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka dan bagaimana cara memeriksa
atau luka operasi luka operasi secara mandiri
7. Berkolaborasi pemberian terapi dengan benar
O:
- Tidak tampak adanya tanda
infeksi
- Luka post operasi terbalut
dengan bersih dan rapih
- Tidak tampak adanya rembesan
darah pada luka post operasi
- Pemberian obat antibiotik
metronidazole 3 x 500 mg IV
(pukul 13.00)
- Meropeneum 3 x 2 mg (pukul
13.00)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3,
7)

28
VI. Catatan Perkembangan

Tanggal No.Dx Catatan Perkembangan Paraf


Jam
15 Maret 1 S:
2024 - Klien mengatakan masih terasa nyeri lagi dibagian luka post operasi
08:20 - Klien mengatakan sudah mengerti cara mengurangi nyeri dengan teknik
nonfarmakologis
- P : perut, post operasi
Q : nyeri seperti disayat-sayat
R : bagian perut
S : skala 5/10
T : terus menerus
O:
- Klien sudah bisa melakukan teknik napas dalam dan teknik distraksi untuk
mengurangi nyeri
- Pemberian obat antibiotak metronidazole 3 x 500 mg IV (pukul 13.00)
- Meropeneum 3 x 2 mg (pukul 13.00)
- Klien tampak masih meringis kesakitan
- Diberikan keterolac 1 mg (pukul 13.00)
- TD : 90/70 mmHg

29
N : 97x/m
RR : 22x/m
S : 36,5ºC
SpO2 : 97%
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I:-
E:-
R:-
2 S:
- Klien mengatakan masih puasa 3 hari
- Klien mengatakan berat badannya turun
- Klien mengatakan berat badan sebelumnya 50 kg
O:
- Tubuh klien masih tampak kurus
- Turgor kulit baik
- Urin tampak kuning kekeruhan dengan jumlah 1000 cc/ hari
- Kadar albumin 2,3
- Ur : 28, Cr, : 1.0, Na : 140, K : 3.2, HT : 37.7
- IWL = 2.356cc/hari

30
- Berat badan turun > 10%
- Terpasang NGT dokompresi cairan kehijauan 1000 cc
- Pemberian Bfluid 1000cc/hari
- Dianjurkan minum 10 sendok 1 hari (150 ml)
- BB : 46 kg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
I:-
E:-
R:-
3 S:
- Klien mengatakan masih belum ada rasa ingin berkemih

O:
- Tidak terdapat adanya penyumbatan pada kateter urine.
- Tidak adanya kebocoran pada selang dan kantong urine
- IWL = 2.356cc/hari
- Balance cairan = - 2,306
- Kateter masih ditempatkan disamping tempat tidur
- Urine dibuang ketika sudah terisi setengahnya
A : Masalah belum teratasi

31
P : Intervensi dilajutkan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9)
I:-
E:-
R:-
4 S:
- Klien mengatakan masih belum bisa melakukan perawatan diri secara mandiri
- Klien mengatakan keluarganya masih belum bisa mendampingi klien dalam
melakukan perawatan diri
O:
- Klien tampak kusam
- Tempat tidur klien tampak kotor dan kusut
- Baju klien tampak basah belum diganti
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9)
I:-
E:-
R:-
5 S:
- Klien mengatakan masih terasi nyeri pada luka post operasi
O:

32
- Tidak tampak adanya tanda infeksi (bengkak, kemerahan)
- Luka post operasi terbalut dengan bersih dan rapih
- Tidak tampak adanya rembesan darah pada luka post operasi
- Pemberian obat antibiotak metronidazole 3 x 500 mg IV (pukul 13.00)
- Meropeneum 3 x 2 mg (pukul 13.00)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3, 7)
I:-
E:-
R:-
16 Maret 1 S:
2024 - Klien mengatakan masih terasa nyeri lagi dibagian luka post operasi
- Klien mengatakan sudah mengerti cara mengurangi nyeri dengan teknik
nonfarmakologis
- P : perut, post operasi
Q : nyeri seperti disayat-sayat
R : bagian perut
S : skala 5/10
T : hilang timbul
O:

33
- Klien tampak masih meringis kesakitan ketika nyerinya terasa
- Diberikan keterolac 1 mg
- Pemberian obat antibiotak metronidazole 3 x 500 mg IV (pukul 11.00)
- Meropeneum 3 x 2 mg (pukul 11.00)
- TD : 97/63 mmHg
N : 99x/m
RR : 22x/m
S : 36,5ºC
SpO2 : 97%
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I:-
E:-

2 S:
- Klien mengatakan masih puasa 3 hari
- Klien mengatakan berat badannya turun
- Klien mengatakan berat badan sebelumnya 50 kg

O:
- Tubuh klien masih tampak kurus

34
- Kadar albumin 2,8
- Ur : 28, Cr, : 1.0, Na : 140, K : 3.2, HT : 37.7
- IWL = 2.256cc/hari
- Terpasang NGT dokompresi cairan kehijauan 1000 cc
- Pemberian Bfluid 1000cc/hari
- Dianjurkan minum 10 sendok 1 hari (150 ml)
- BB : 46 kg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
I:-
E:-

3 S:
- Klien mengatakan masih belum ada rasa ingin berkemih

O:
- Tidak terdapat adanya penyumbatan pada kateter urine.
- Tidak adanya kebocoran pada selang dan kantong urine
- IWL = 2.256cc/hari
- Balance cairan = - 2,306
- Kateter masih ditempatkan disamping tempat tidur

35
- Urine dibuang ketika sudah terisi setengahnya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilajutkan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9)
I:-
E:-
R:-
4 S:
- Klien mengatakan sudah bisa merlakukan perawatan diri secara mandiri
dibantu keluarga
- Klien mengatakan keluarganya sudah bisa mendampingi klien dalam
melakukan perawatan diri

O:
- Klien tampak lebih segar
- Tempat tidur klien tampak lebih bersih dari hari kemarin
- Penampilan klien lebih baik dibanding kemarin

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan (2, 3)
I:-
E:-
R:-

36
5 S:
- Klien mengatakan masih terasa sedikit nyeri
O:
- Tidak tampak adanya tanda infeksi (bengkak, kemerahan)
- Luka post operasi terbalut dengan bersih dan rapih
- Tidak tampak adanya rembesan darah pada luka post operasi
- Pemberian obat antibiotik metronidazole 3 x 500 mg IV (pukul 13.00)
- Meropeneum 3 x 2 mg (pukul 13.00)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3, 7)
I:-
E:-
R:-

37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bias disalurkan ke distal atau anus karena
ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau
kelainan vaskularisasi pada suatusegmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut. Obstruksi usus halus dapat
disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris,
sedangkan obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung,
inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bisingusus
yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
1. Pengkajian
Hasil pada pengkajian menunjukkan, masalah keperawatan yang diteggakan oleh penulis.
2. Diagnosis
Diagnosis adalah masalah keperawatan yang muncul setelah diidentifikasi berdasarkan SDKI (Standar diagnosis
keperawatan indonesia).
3. Intervensi keperawatan
Perencanan tindakan keperawatan penulis tetapkan sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
4. Implementasi
Tindakan yang diberikan pada pasien sesuai dengan prosedur dan proses keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan menggunakan metode SOAP.

38
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunanya, besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

39
DAFTAR PUSTAKA

Faradilla, Nova 2009. Ileus Obstruksi. Diakses tanggal 27 Maret 2024 melalui http://www.scribd.com/ileus_obstruktif

Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke-8 Jakarta : EGC

Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus . Cermin Dunia Kedokteran o.29. diakses tanggal 27 Maret 2024 melalui
http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf .

Maulana, Razi. 2011. Ileus Obstruktif. Diakses tanggal 27 Maret 2024 melalui http://razimaulana.wordpress.com.

Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction by Means of DirectRadiography. Volume XXII No.
253.

Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica . Yogyakarta : Tosca Enterprise.pp : 32-26.

Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi

Jakarta : EGC. Hal: 623.

Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi

London :Churchill Livingstone

40

Anda mungkin juga menyukai