Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan Apendisitis

Berdasarkan Nanda NOC-NIC

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2

Dosen pengampu:

Ns.Naziyah,S.Kep,.M.Kep

Disusun oleh:

Nama: Hilda Mariyana

Kelas: K.E

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nasional

Jl. RM Harsono,Ragunan,Pasar Minggu,Jakarta Selatan,12540


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat allah swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya
dapat meyelesaikan Makalah TentanG Asuhan Keperawatan Apendisitis dengan waktu yang
telah ditentukan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat dan mudah dicerna Isi nya oleh para pembaca,khususnya untuk mahasiswa S1
keahlian di bidang keperawatan.

Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat di
terima dengan baik.

Jakarta, 21 Maret 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

Definisi dan tujuan...........................................................................................................................4

Anatomi............................................................................................................................................4

Pathway............................................................................................................................................5

Tanda dan gejala..............................................................................................................................6

Komplikasi.......................................................................................................................................6

Pemeriksaan penunjang...................................................................................................................7

Penatalaksanaan..............................................................................................................................7

BAB II ASKEP APENDISITIS NANDA NIC NOC

Identitas.........................................................................................................................................9

Keluhan utama..............................................................................................................................9

Riwayat penyakit masa lalu..........................................................................................................9

Pengkajian 11 pola gordon............................................................................................................9

Data fokus...................................................................................................................................11

Diagnosa keperawatan................................................................................................................11

Intervensi beserta implementasi.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1. Definisi dan tujuan


Apendiksitis atau sering kita sebut sehari-hari dengan usus buntu merupakan
peradangan atau inflamasi yang terjadi pada apendiks. Apendisitis merupakan penyebab
nyeri pada abdomen akut yang paling banyak ditemukan.
Penyakit usus buntu atau apendisitis ini dapat mengenai semua umur, baik laki-
laki maupun perempuan, akan tetapi penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun.
Tujuan dibuatnya makalah asuhan keperawatan ini agar kita tahu
defini,etiologi,anatomi,pathway,gejala,pemeriksaan penunjang dan penataksanaan
apendisitis ini.

2. Etiologi Apendisitis
Penyebab apendisitis atau usus buntu biasanya dapat disebabkan oleh beberapa
hal dibawah ini, antara lain adalah:
- Fekolit atau massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
- Tumor apendiks
- Cacing ascaris di dalam saluran pencernaan
- Erosi mukosa apendiks karena parasit e. Histolytica
- Hiperplasia jaringan limfe

3. Anatomi dan fisiologi Apendiks


Apendiks merupakan suatu organ kecil yang letaknya berada di bagian bawah
coloc ascenden. Apendiks bentuknya menggelantung seperti daging tumbuh kecik di
bagian bawah colon ascenden atau sering disebut dengan umbai cacing.
Apendiks ini sering disebut dengan usus buntu. Apendiks sendiri sebenarnya
merupakan saluran kecil di dalam saluran pencernaan yang tidak ada sambungannya,
kakanya disebut dengan usus buntu.

4. Pathway

Idiopati Makan tak teratur Kerja fisik yang keras


k

Massa keras feses

Obstruksi lumen

Suplay aliran darah


menurun, Mukosa terkikis

 Perforasi Peradangan pada apendiks Distensi abdomen


 abses
 Peritonitis

Nyeri Menekan gaster

Appendiktomy Pembatasan intake Peningkatan produksi


cairan HCL

Insisi bedah
Mual, Muntah
Resiko terjadi infeksi
Nyeri
Resiko kurang vol. cairan
5. Tanda Dan Gejala Apendisitis Atau Usus Buntu
Tanda dan gejala yang umum terjadi pada pasien usus buntu atau apendisitis
adalah sebagai berikut:
- Nyeri hingga kram di daerah perut kuadran kanan bawah
- Anoreksia atau hilang nafsu makan
- Mual dan muntah
- Demam ringan pada tahap awal penyakit dan dapat naik ketika terjadi peritonotis.
- Nyeri lepas pada pemeriksaan perut
- Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
- Konstipasi atau susah buang air besar
- Diare atau mencret
- Disuria atau kencing sedikit
- Gejala berkembang dengan cepat dan kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam
setelah munculnya gejala pertama.

6. Komplikasi Apendisitis
Komplikasi dari usus buntu atau apendisitis akut adalah keadaan yang terjadi
akibat dari perforasi atau kebocoran usus, seperti peritonitis generalisata, abses dan
pembentukan fistula, dan konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah, pieloflebitis
supuratif (radang dan trombosis vena porta), abses hepar dan septikemia.
Radang atau inflamasi dapat menjadi kronis dan dapat menyebabkan obstruksi
pada leher apendiks, sehingga akan menyebabkan retensi mukus dan kemudian
menimbulkan mukokel.
Apendisitis atau usus buntu ini sering tidak menimbulkan masalah klinis, akan
tetapi walaupun jarang, dapat terjadi ruptur dari sel epitel yang mensekresi mukus dapat
dan dapat menyebar ke kavum atau rongga peritoneum.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan apendisitis dapat dilakukan dengan
memeriksakan laboratorium yang dapat dilihat dari kondisi leukositosis ringan, yaitu
leukosit berkisar antara 10.000-20.000/ml dengan peningkatan jumlah netrofil.
Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan kelainan
pada ginjal dan saluran kemih. Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium
enema, sedangkan pada apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan.
Pemeriksaan usg perlu dilakukan bila telah terjadi infiltrasi apendikularis.

8. Penatalaksanaan Apendisitis
Penatalaksanaan apendisitis dapat dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari
taham sebelum operasi hingga tahap setelah operasi.
Sebelum Operasi
- Pasang NGT harus dilakukan untuk dekompresi
- Pasang kateter urin untuk mengontrol produksi urin.
- Rehidrasi cairan perlu dilakukan
- Berikan antibiotik spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
- berikan obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
- Jika demam, demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
Operasi
- Dilakukan tindakan apendiktomi dan apendiks dibuang, jika apendiks mengalami
perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
- Abses apendiks selanjutnya diobati dengan antibiotika secara intravena, massanya
mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6
minggu sampai 3 bulan
Jika pada kondisi massa apendiks atau usus buntu dengan proses peradangan yang
masih aktif yang ditandai dengan
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran
ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan,
karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi
daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Kemudian jika pada kondsi masa apendiks dengan proses radang yang telah
mereda ditandai dengan :
- Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi
lagi.
- Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba
massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
- Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal
BAB II
ASKEP APENDISITIS APLIKASI NANDA NIC NOC

1. Identitas Klien
Masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal,
dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam
memberikan asuhan keperawatan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang khas pada pasien apendisitis ini adalah nyeri perut kanan bawah
3. Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat penyakit darah tinggi, DM, infeksi dan lain-lain

Pengkajian 11 Pola Gordon


1. Pola persepsi kesehatan.
- Apakah pernah mengalami penyakit apendisitis sebelumnya dan belum diangkat ?
- Adakah riwayat apendisitis dalam keluarga
- Bagaimana pasien mengobati penyakit yang dideritanya ?
2. Pola nutrisi metabolik.
- Bagaimana pola makan
- Kebersihan rongga mulut dan mukosa mulut
- Mual, muntah, anoreksia
- Makananan kurang serat dan kurang cairan
3. Pola eliminasi.
- Apakah ada penurunan frekuensi urin
- Bagaimana kebiasaan BAK dan BAB ?
- Apakah ada konstipasi pada awitan awal
- Apakah ada diare ?
- Sering menahan BAB
4. Pada aktivitas dan latihan.
- Apakah ada sakit pada ekstremitas
- Apakah ada rasa lemah ?
- Aktivitas menurun

5. Pola istirahat dan tidur.


- Apakah malam hari sering terbangun ?
- Jam berapa biasanya tidur
6. Pola persepsi kognitif.
- Apakah ada keluhan nyeri ?
- Apakah ada perubahan suhu ?
- Apakah tanggapan pasien tentang penyakitnya ?
- Apakah ada demam ?
- Adakah nyeri tekan pada abdomen ?
7. Pola persepsi dan konsep diri.
- Bagaimana pasien menilai dirinya
- Apa pendapat / pandangan pasien tentang dirinya
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama.
- Apakah pasien tahu status dirinya ?
- Bagaimana hubungan klien dilingkungan tempat tinggal
- Bagaimana hubungan dengan orang-orang terdekat
9. Pola reproduksi – seksualitas.
- Gender
- Kelainan seks
- Bagaimana kebersihan genitalia
- Apakah pasien sudah menikah
-
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress.
- Apakah mudah mengalami stress
- Apakah merasa cemas
- Bagimana cara klien mengatasi / menyelesaikan masalah
- Bagaimana emosi klien ?
11. Pola sistem kepercayaan
- Bagaimana kebiasaan beribadah
- Agama klien apa
- Apakah ibadah terganggu

DATA FOKUS
1. Promosi Kesehatan
a. Data Subjektif
Penyakit yang lalu seperti penyakit saluran pencernaan
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang
b. DO:
KU tampak sakit sedang hingga berat
TTV: takikardi, takipnea, TD naik dan suhu tubuh biasanya meningkat.

2. NUTRISI
a. DS:
Tidak nafsu makan, mual dan muntah
b. DO:
Tampak tidak nafsu makan

3. Sistem gastrointestinal
a. DS:
Riwayat penyakit pencernaan, hemoroid dan konstipasi
b. DO:
Pengkajian abdomen:
- Inspeksi biasanya pada apendisitis sudah buruk tampak kemerahan pada perut
kanan bawah.
- Palpasi pada kuadran kanan bawah akan menghasilkan nyeri takan dan nyeri lepas
- Perkusi abdomen pekak
- Auskultasi bising usus normal hingga tidak ada bising usus.

4. KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN


a. DS:
Kebutuhan akan selimut
Panas
b. DO:
Suhu biasanya tinggi
Keluar keringat
Merah, bengkak, panas pada perut kanan bawah

5. KENYAMANAN
a. DS:
Nyeri pada perut terutama kanan bawah
b. DO:
Tampak kesakitan dan gelisah

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG


DIAGNOSA APENDISITIS
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya didapatkan hasil leukositosis atau leukosit lebih
dari 20.000.
2. USG
Pada pemeriksaaan ultrasonografi biasanya ditemukan massa di kuadran perut kanan
bawah tepat pada organ apendiks.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


APENDISITIS
1. Nyeriakut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Mual berhubungan dengan nyeri
3. Risikoinfeksi

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDISITIS


Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


Setelah diberikan perawatan pasien akan:
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
 memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
 mempertahankan nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
 mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor
tersebut
 melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
 melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC) beserta implementasi

1. Pengkajian
 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
 Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
 Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan
respon pasien
 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

2. Manajemen nyeri:
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak
mampu berkomunikasi efektif
3. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
 instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang ditawarkan
 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)

4. Manajemen nyeri:
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
5. Aktivitas kolaboratif
 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
6. Manajemen nyeri:
 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
7. Perawatan dirumah
 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam
pemberian obat

Diagnosa 2 : Mual berhubungan dengan nyeri

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:
 Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat kenyamanan, Hidrasi,
Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek gangguan, Keparahan mual dan
muntah, Status nutrisi yang adekuat
 Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang dibuktikan
oleh indicator sebagai berikut:
1. sangat berat
2. berat
3. Sedang
4. Ringan
5. tidak mengalami

Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

 Melaporkan terbebas dari mual


 Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC )beserta implementasi

1. Pengkajian
 Pantau gejala subjektif mual pada pasien
 Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
 Kaji penyebab mual

2. Pemantauan nutrisi (NIC):


 Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan
 Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
 Pantau turgorkulit jika diperlukan
 Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
 Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
 Pantau asupan kalori dan makanan
3. Manajemen cairan (NIC):
 Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin
 Pantau TTV jika perlu
 Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap hari,
jika perlu
 Pantau status hidrasi, jika perlu
4. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
 Jelaskan penyebab mual
 Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua akan terjadi
 Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk menekan reflek
muntah
 Ajarkan untuk makan secara perlahan
 Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama makan
5. Aktivitas kolaboratif
 Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
 Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang adekuat
dan tidak menyebabkan mua pada pasien
 Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran
6. Aktivitas lain
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk mencegah
aspirasi
 Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
 Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
 Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum atau
sesudah makan
 Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
 Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
 Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
 Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan dan
sesegera lakukan penanganan, jika perlu
7. Perawatan dirumah
 Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang disiapkan
dirumah
 Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah

Diagnose 3 : Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasiv

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

 Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko komunitas,
penyakit menular, status imun, keparahan infeksi, dan penyembuhan luka primer dan
sekunder.

Contoh lain: pasien dan keluarga akan:

 Terbatas dari tanda dan gejala infeksi


 Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
 Mengindikasikan status gi, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal
 Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
 Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan pemantauan

Intervensi keperawatan (NIC) beserta implementasi


Pengkajian

 Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi,
penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
 Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
 Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute, hitung jenis,
protein serum, albumin)
 Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi
Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resiko
terhadap infeksi
 Instruksikan untuk menjaga personal hygiene

Pengendalian infeksi (NIC):

 Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar


 Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien

Aktivitas kolaboratif

 Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif
 Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan

Aktivitas lain

 Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat yang
sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien
dengan pasien yang terinfeksi

Pengendalian infeksi (NIC):

 Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien


 Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan
 Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan

Perawatan dirumah

 Ajarkan tindakan hygiene dasar seperti mencuci tangan, tidak berbagi handuk, gelas , dll
 Ajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan menyimpan makanan yang aman
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi factor dilingkungan mereka, gaya hidup
atau praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi
 Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah biologis
lainnya
 Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi
serta kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan.
Daftar Pustaka

Burner And Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.volume 2. Jakarta :
EGC.

Brunicardi CF, et al. 2010. The Appendix, dalam : Schwartz‟s Manual of Surgery. Ninth
Edition. New York : McGrawHill. Hlm. 2043-2071.

Henry, Michael M, et al. 2005. The Epidemiology Of Appendicitis And Appendectomy In


The United States diakses 12 oktober 2014 http://aje.oxfordjournals.org/content/132/5/910

Hortic, matiza. 2005. Analysis of Scores in Diagnosis of Acute Appendicitis in Women. Coll.
Antropol. 29 (2005) 1: 133–138

Koesoemawati H, dkk. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hlm. 143.

Maa J, Kirkwood KS. 2012. The Appendix, dalam : Sabiston Textbook of Surgery. 19th
edition. New York : Elsevier. Hlm. 1279-1293.

Perry & Potter, 2006, Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat R, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hlm. 755-762.

Standring S, et al. 2005. Abdomen: Regional Anatomy, dalam : Gray‟s Anatomy : The
Anatomical Basis of Clinical Practice. Thirty-Ninth Edition. New York : Elsevier. Hlm. 280-
283.

Wibowo S, dkk. 2008. Appendisektomi/appenditomi, dalam: Pedoman Teknik Operasi


“OPTEK”. Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP). Hlm. 75-88.

Anda mungkin juga menyukai