Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2
Dosen pengampu:
Ns.Naziyah,S.Kep,.M.Kep
Disusun oleh:
Kelas: K.E
Universitas Nasional
Segala puji dan syukur kehadirat allah swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya
dapat meyelesaikan Makalah TentanG Asuhan Keperawatan Apendisitis dengan waktu yang
telah ditentukan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat dan mudah dicerna Isi nya oleh para pembaca,khususnya untuk mahasiswa S1
keahlian di bidang keperawatan.
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat di
terima dengan baik.
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Anatomi............................................................................................................................................4
Pathway............................................................................................................................................5
Komplikasi.......................................................................................................................................6
Pemeriksaan penunjang...................................................................................................................7
Penatalaksanaan..............................................................................................................................7
Identitas.........................................................................................................................................9
Keluhan utama..............................................................................................................................9
Data fokus...................................................................................................................................11
Diagnosa keperawatan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
2. Etiologi Apendisitis
Penyebab apendisitis atau usus buntu biasanya dapat disebabkan oleh beberapa
hal dibawah ini, antara lain adalah:
- Fekolit atau massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
- Tumor apendiks
- Cacing ascaris di dalam saluran pencernaan
- Erosi mukosa apendiks karena parasit e. Histolytica
- Hiperplasia jaringan limfe
4. Pathway
Obstruksi lumen
Insisi bedah
Mual, Muntah
Resiko terjadi infeksi
Nyeri
Resiko kurang vol. cairan
5. Tanda Dan Gejala Apendisitis Atau Usus Buntu
Tanda dan gejala yang umum terjadi pada pasien usus buntu atau apendisitis
adalah sebagai berikut:
- Nyeri hingga kram di daerah perut kuadran kanan bawah
- Anoreksia atau hilang nafsu makan
- Mual dan muntah
- Demam ringan pada tahap awal penyakit dan dapat naik ketika terjadi peritonotis.
- Nyeri lepas pada pemeriksaan perut
- Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
- Konstipasi atau susah buang air besar
- Diare atau mencret
- Disuria atau kencing sedikit
- Gejala berkembang dengan cepat dan kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam
setelah munculnya gejala pertama.
6. Komplikasi Apendisitis
Komplikasi dari usus buntu atau apendisitis akut adalah keadaan yang terjadi
akibat dari perforasi atau kebocoran usus, seperti peritonitis generalisata, abses dan
pembentukan fistula, dan konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah, pieloflebitis
supuratif (radang dan trombosis vena porta), abses hepar dan septikemia.
Radang atau inflamasi dapat menjadi kronis dan dapat menyebabkan obstruksi
pada leher apendiks, sehingga akan menyebabkan retensi mukus dan kemudian
menimbulkan mukokel.
Apendisitis atau usus buntu ini sering tidak menimbulkan masalah klinis, akan
tetapi walaupun jarang, dapat terjadi ruptur dari sel epitel yang mensekresi mukus dapat
dan dapat menyebar ke kavum atau rongga peritoneum.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan apendisitis dapat dilakukan dengan
memeriksakan laboratorium yang dapat dilihat dari kondisi leukositosis ringan, yaitu
leukosit berkisar antara 10.000-20.000/ml dengan peningkatan jumlah netrofil.
Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan kelainan
pada ginjal dan saluran kemih. Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium
enema, sedangkan pada apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan.
Pemeriksaan usg perlu dilakukan bila telah terjadi infiltrasi apendikularis.
8. Penatalaksanaan Apendisitis
Penatalaksanaan apendisitis dapat dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari
taham sebelum operasi hingga tahap setelah operasi.
Sebelum Operasi
- Pasang NGT harus dilakukan untuk dekompresi
- Pasang kateter urin untuk mengontrol produksi urin.
- Rehidrasi cairan perlu dilakukan
- Berikan antibiotik spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
- berikan obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
- Jika demam, demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
Operasi
- Dilakukan tindakan apendiktomi dan apendiks dibuang, jika apendiks mengalami
perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
- Abses apendiks selanjutnya diobati dengan antibiotika secara intravena, massanya
mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6
minggu sampai 3 bulan
Jika pada kondisi massa apendiks atau usus buntu dengan proses peradangan yang
masih aktif yang ditandai dengan
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran
ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan,
karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi
daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Kemudian jika pada kondsi masa apendiks dengan proses radang yang telah
mereda ditandai dengan :
- Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi
lagi.
- Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba
massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
- Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal
BAB II
ASKEP APENDISITIS APLIKASI NANDA NIC NOC
1. Identitas Klien
Masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal,
dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam
memberikan asuhan keperawatan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang khas pada pasien apendisitis ini adalah nyeri perut kanan bawah
3. Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat penyakit darah tinggi, DM, infeksi dan lain-lain
DATA FOKUS
1. Promosi Kesehatan
a. Data Subjektif
Penyakit yang lalu seperti penyakit saluran pencernaan
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang
b. DO:
KU tampak sakit sedang hingga berat
TTV: takikardi, takipnea, TD naik dan suhu tubuh biasanya meningkat.
2. NUTRISI
a. DS:
Tidak nafsu makan, mual dan muntah
b. DO:
Tampak tidak nafsu makan
3. Sistem gastrointestinal
a. DS:
Riwayat penyakit pencernaan, hemoroid dan konstipasi
b. DO:
Pengkajian abdomen:
- Inspeksi biasanya pada apendisitis sudah buruk tampak kemerahan pada perut
kanan bawah.
- Palpasi pada kuadran kanan bawah akan menghasilkan nyeri takan dan nyeri lepas
- Perkusi abdomen pekak
- Auskultasi bising usus normal hingga tidak ada bising usus.
5. KENYAMANAN
a. DS:
Nyeri pada perut terutama kanan bawah
b. DO:
Tampak kesakitan dan gelisah
1. Pengkajian
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan
respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
2. Manajemen nyeri:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak
mampu berkomunikasi efektif
3. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)
4. Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
5. Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
6. Manajemen nyeri:
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
7. Perawatan dirumah
Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam
pemberian obat
1. Pengkajian
Pantau gejala subjektif mual pada pasien
Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
Kaji penyebab mual
Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko komunitas,
penyakit menular, status imun, keparahan infeksi, dan penyembuhan luka primer dan
sekunder.
Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi,
penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute, hitung jenis,
protein serum, albumin)
Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resiko
terhadap infeksi
Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
Aktivitas kolaboratif
Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif
Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan
Aktivitas lain
Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat yang
sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien
dengan pasien yang terinfeksi
Perawatan dirumah
Ajarkan tindakan hygiene dasar seperti mencuci tangan, tidak berbagi handuk, gelas , dll
Ajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan menyimpan makanan yang aman
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi factor dilingkungan mereka, gaya hidup
atau praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi
Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah biologis
lainnya
Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi
serta kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan.
Daftar Pustaka
Burner And Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.volume 2. Jakarta :
EGC.
Brunicardi CF, et al. 2010. The Appendix, dalam : Schwartz‟s Manual of Surgery. Ninth
Edition. New York : McGrawHill. Hlm. 2043-2071.
Hortic, matiza. 2005. Analysis of Scores in Diagnosis of Acute Appendicitis in Women. Coll.
Antropol. 29 (2005) 1: 133–138
Koesoemawati H, dkk. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hlm. 143.
Maa J, Kirkwood KS. 2012. The Appendix, dalam : Sabiston Textbook of Surgery. 19th
edition. New York : Elsevier. Hlm. 1279-1293.
Sjamsuhidajat R, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hlm. 755-762.
Standring S, et al. 2005. Abdomen: Regional Anatomy, dalam : Gray‟s Anatomy : The
Anatomical Basis of Clinical Practice. Thirty-Ninth Edition. New York : Elsevier. Hlm. 280-
283.