Anda di halaman 1dari 11

RUMAH SAKIT

ISLAM FAISAL PANDUAN DISAHKAN OLEH


PRAKTIK KLINIS Direktur Utama

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT Prof. dr. Syarifuddin Wahid,
Makassar PhD.,SpF.,Sp.PA(K)

No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal : 1 / 12


PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : - No. Revisi : - Tanggal : -
I. DEFENISI
Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis. Peradangan akut apendiks
dengan jangka waktu kurang dari 2 minggu.

II. ETIOLOGI

Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Fekalit merupakan penyebab


tersering dari obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium
dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing usus termasuk ascaris. Trauma tumpul atau
trauma karena colonoscopy dapat mencetuskan inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis juga
dapat menjadi penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal. Frekuensi obstruksi meningkat
dengan memberatnya proses inflamasi.

Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
meningkatkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya akan mempermudah terjadinya
apendisits akut

III. PATOFISIOLOGI
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 2 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma
Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan
berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi. Obstruksi tersebut
mneyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut
makin banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan intralumen. Kapasitas lumen apendiks normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar
0,5 dapat meningkatkan tekanan intalumen sekitar 60 cmH20. Manusia merupakan salah satu dari
sedikit makhluk hidup yang dapat mengkompensasi peningkatan sekresi yang cukup tinggi sehingga
menjadi gangrene atau terjadi perforasi
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan
pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh
darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut
dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan
timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan
bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut
Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu
pecah, akan terjadi apendisitis perforasi
Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa dan
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 3 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan usaha
pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus
halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis
jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan
sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara
lambat
IV. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
1. Nyeri abdominal
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-samar dan
tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. Setelah
beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney). Nyeri
akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatik setempat. Bila terjadi
perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau
batuk.(2)
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun.
4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum
panas. Suhu biasanya berkisar 37,5-38,5 C
Gejala appendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel
dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Karena gejala yang tidak
spesifik ini sering diagnosis appendisitis diketahui setelah terjadi perforasi.
V. PEMERIKSAAN FISIK
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 4 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi
perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 1C.
1. Inspeksi : Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut.
Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung
sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa
dilihat pada massa atau abses appendikuler.
2. Palpasi :Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu:
Nyeri tekan di Mc. Burney
Nyeri lepas
Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.
Pada appendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang ada nyeri
pinggang. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)

nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)

nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan.

Appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat dengan adanya penonjolan di
perut kanan bawah.(2)

3. Auskultasi : Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata. Pemeriksaan colok dubur akan didapatkan nyeri
kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendisitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 5 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
dilakukan colok dubur. Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis
adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Colok dubur pada anak tidak dianjurkan.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk
mengetahui letak apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan m. psoas lewat hiperekstensi atau
fleksi aktif. Bila apendiks yang meradang menempel di m.psoas, tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak
dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Dengan gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, pada apendisitis pelvika akan menimbulkan nyeri. (2)

Psoas sign. Nyeri pada saat paha kanan pasien diekstensikan. Pasien dimiringkan kekiri.
Pemeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu ada hambatan pada pinggul / pangkal paha
kanan. Dasar anatomi dari tes psoas. Apendiks yang mengalami peradangan kontak dengan otot psoas
yang meregang saat dilakukan manuver (pemeriksaan).

Tes Obturator. Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan. Pemeriksa
menggerakkan tungkai bawah kelateral, pada saat itu ada tahanan pada sisi samping dari lutut (tanda
bintang), menghasilkan rotasi femur kedalam.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendicitis
akut terutama pada kasus dengan komplikasi, C-reaktif protein meningkat. Pada appendicular
infiltrat, LED akan meningkat.
b. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 6 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi
saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan
appendisitis.
2. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. Pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak.
3. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita,
juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis
banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
4. Barium enema
Suatu pemeriksaan x-ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini
dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendisitis pada jaringan sekitarnya dan juga
untuk menyingkirkan diagnosis banding. Appendicogram memiliki sensitivitas dan tingkat akurasi
yang tinggi sebagai metode diagnostik untuk menegakkan diagnosis appendisitis khronis. Dimana
akan tampak pelebaran/penebalan dinding mukosa appendiks, disertai penyempitan lumen hingga
sumbatan usus oleh fekalit.
5. CT-scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendisitis. Selain itu juga dapat menunjukkan komplikasi
dari appendisitis seperti bila terjadi abses.
6. Laparoscopi
Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukan dalam abdomen,
appendiks dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh
anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 7 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendiks.
7. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas (gold standard) untuk diagnosis appendisitis
akut. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai gambaran histopatologi appendisitis akut.
Perbedaan ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum adanya kriteria gambaran histopatologi
appendisitis akut secara universal dan tidak ada gambaran histopatologi apendisitis akut pada
orang yang tidak dilakukan operasi. Riber et al, pernah meneliti variasi diagnosis histopatologi
appendisitis akut. Hasilnya adlah perlu adanya komunikasi antara ahli patologi dan antara ahli
patologi dengan ahli bedahnya.
Sistem skor Alvarado
Diagnosis appendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan gambaran
klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi antara anak, orang tua dan dokter. Anak belum mampu
untuk mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal yang relatif lebih mudah pada umur dewasa.
Keadaan ini menghasilkan angka appendiktomi negatif sebesar 20% dan angka perforasi sebesar 20-
30% (Ramachandran, 1996). Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis
ialah membuat diagnosis yang tepat. Telah banyak dikemukakan cara untuk menurunkan insidensi
apendiktomi negatif, salah satunya adalah dengan instrumen skor Alvarado. Skor Alvarado adalah
sistem skoring sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah, cepat dan kurang invasif (Seleem;
Amri dan Bermansyah, 1997). Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat sistem skor yang didasarkan
pada tiga gejala , tiga tanda dan dua temuan laboratorium. Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan
pra operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis. Dalam sistem skor Alvarado ini
menggunakan faktor risiko meliputi migrasi nyeri, anoreksia, nausea dan atau vomitus, nyeri tekan di
abdomen kuadran kanan bawah, nyeri lepas tekan , temperatur lebih dari 37,20C, lekositosis dan
netrofil lebih dari 75%. Nyeri tekan kuadran kanan bawah dan lekositosis mempunyai nilai 2 dan
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 8 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
keenam sisanya masing-masing mempunyai nilai 1, sehingga kedelapan faktor ini memberikan
jumlah skor 10 (Alvarado, 1986; Rice, 1999).
Skor Alvarado untuk diagnosis appendisitis akut:
Gejala dan tanda: Skor
Nyeri berpindah 1
Anoreksia 1
Mual-muntah 1
Nyeri fossa iliaka kanan 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan suhu > 37,30C 1
3
Jumlah leukosit > 10x10 /L 2
Jumlah neutrofil > 75% 1
__________________________________________________
Total skor: 10
Keterangan Alavarado score :
Dinyatakan appendicitis akut bila > 7 point
Modified Alvarado score (Kalan et al) tanpa observasi of Hematogram:
14 dipertimbangkan appendicitis akut
56 possible appendicitis tidak perlu operasi
79 appendicitis akut perlu pembedahan
Penanganan berdasarkan skor Alvarado :
14 : observasi
56 : antibiotic
7 10 : operasi dini

VII. DIAGNOSA BANDING


1. Limfadenitis mesenterica
2. Gastroenteritis
3. Ileitis akut
4. Batu Ureter atau batu Ginjal
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 9 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
5. Peradangan Pelvis
6. KET
VIII. PENATALAKSANAAN
Appendiktomi
Cito : akut, abses & perforasi
Elektif : kronik
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa massa yang terdiri atas
kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.(2)

Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis generalisata. Tanda-
tanda terjadinya suatu perforasi adalah :

a) nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen menyeluruh

b) Suhu tubuh naik tinggi sekali.

c) Nadi semakin cepat.

d) Defance Muskular yang menyeluruh

e) Bising usus berkurang

f) Perut distended
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 10 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
X. PROGNOSIS

Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan tingkat mortalitas dan


morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan
berulang dapat terjadi bila appendiks tidak diangkat.
Akibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya :

1. Pelvic Abscess

2. Subphrenic absess

3. Intra peritoneal abses lokal.

Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena bakteri masuk kerongga


abdomen, dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
XI. PENELAAH KRITIS : SMF BEDAH
XII. DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.bedahugm.net/Bedah-Digesti/Apendik/Epidemiologi.html
2. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.
3. http://www.medicinenet.com/appendicitis/
4. Anonim, . Ilmu Bedah dan Teknik Operasi. Bratajaya Fakultas Kedokteran UNAIR. Surabaya.
5. Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G., 1999. Principles of Surgery sevent edition. Mc-Graw Hill a
Division of The McGraw-Hill Companies. Enigma an Enigma Electronic Publication.
6. Kartika, Dina, 2005. Chirurgica. Tosca Enterprise. Yogyakarta.
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Jl. A.P. PETTARANI


Telp: 853386,872942 APPENDISITIS AKUT
Makassar
No. Dukumen : Tanggal : 08 Mei 2015 Hal: 11 / 12
PPK/003/KM/RSIF/V/2015
Revisi Ke : -
lllklklklklklk
No. Revisi : - Tanggal:
7. Anonim, 2005. Appendix. PathologyOutlines.

Anda mungkin juga menyukai