Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIK

KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RSIA SITTI KHADIJAH 1 1/2
Muhammadiyah Cab. Makassar
Mengetahui
Tanggal terbit : Direktur RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah Cabang Makassar
PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

Dr.dr.H.Nasrudin AM, Sp.OG(K)., MARS

Kematian janin dalam rahim adalah suatu keadaan dimana janin sejak di
dalam rahim sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti
1. Definisi
denyut jantung janin, gerak janin, maupun tanda-tanda lain yang dapat
diperoleh dengan alat bantu diagnostik.
Dirasa kehilangan gerakan janin, kehilangan berat badan dan, perubahan
2. Anamnesis
payudara, dan hilangnya nafsu makan
 Pertumbuhan janin (-), bahkan mengecil sehingga tinggi fundus
uteri menurun
 DJJ tidak terdengar dengan fetoskop dan dopastikan dengan
3. Pemeriksaan Fisik doppler
 Berat badan ibu menurun

 Tulang kepala janin kolaps


4. Pemeriksaan Penunjang a. USG
Bila didapatkan satu atau lebih tanda sebagai berikut :
- “Echo discreption” dari “gestational sac”
- Pengurangan penampang GS dibanding pengukuran yang
dibuat 2 minggu terakhir.
- Tidak terlihat gerakan janin
- Tidak terlihat DJJ
- Nampak gambaran “Spalding sign” tulang tengkorak
b. Pemeriksaan Radiologi
- Angulasi tulang belakang janin
- “Spalding sign” sebagai gambaran tumpang tindih
tulang tengkorak janin.
Terlihat adanya udara di dalam pembuluh darah besar janin
1 sampai 2 hari setelah kematian, disebut “Hallo sign”
c. Pemeriksaan Laboratorium
 Ibu :
 Kadar AFP serum darah ibu.

- Kadar AFP tidak hamil 5 ug/ml


- Kehamilan 30 minggu 500 ug/ml

- Nilai AFP yang tinggi merupakan resiko tinggi, hal


ini terjadi pada :
o “Rhesus isoimmunization”
o Gawat janin sampai kematian janin
o Bila kadar AFP tetap tinggi pada 3x pemeriksaan
pertengahan kehamilan, punya resiko kematian
janin dalam rahim

 Janin :
 Pemeriksaan amnion dengan amniosintesis Warna
air ketuban normal jernih, bila ternodamekonium maka
dapat berupa warna hijau, kuning, coklat muda, coklat
tua sampai hitam, dapat pula air ketuban kental, keruh
seperti lumpur yang merupakan tanda terjadinya
gawat janin sampai kematian janin.
 Kreatinin fosfokinase
- Kadar normal dalamcairan amnion 30 uU/ml
- Pada kematian janin dapat meningkat sampai
1.000 IU/ml
- Kenaikan kadar kreatinin fosfokinase terjadi pada 4-
5 hari kematian janin dalam rahi
 AFP -- --

- Kematian janin dalam rahim dapat diduga jika


ditemukan :
- Kadar AFP serum padakehamilan 13 minggu
+ 100% AFP cairan amnion padakehamilan normal
- AFP serum maupun cairan amnion menurun sampai
1/100 dari kadar normal
 Bila kadar AFP maupun cairan amnion tetap tinggi
5. Kriteria Diagnosis Kriteria diagnosis
a. Pengukuran TFU
TFU lebih kecil dengan umur kehamilan.
b. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin tidak ada pada umur kehamilan 18 – 20
minggu.
c. DJJ
Tidak terdengar denyut jantung janin (DJJ) pada umur
kehamilan :
 Stetoskop Laenec 18 – 20 minggu.
 Doppler 12 minggu.

6. Diagnosis Kematian Janin Dalam Rahim


1. Mioma uteri
7. Diagnosis Banding
2. Molahidatidosa
Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara :
1. Lahir spontan
75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.
2. Persalinan anjuran
a. Dilatasi serviks dengan batang laminaria
Setelah dipasang, 12-24 jam kemudian dilepas dan
dilanjutkan dengan infusoksitosin sampai terjadi
pengeluaran janin dan plasenta.
b. Dilatasi serviks dengan kateter Folley
 Untuk umur kehamilan > 24 minggu kateter Folley no.
18 dimasukkan dalam kanalis servikalis di luar kantong
amnion.
 diisi 50 ml aquadest steril.
8. Terapi  Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol,
ujung tali diberi beban sebesar 500 gr.
 Dilanjutkan infusoksitosin 10 U dalam dekstrose 5%
500 ml, mulai 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 15
menit sampai his adekuat
3. Persalinan buatan
Tindakan untuk mengakhiri persalinan yang sedang
berlangsung :
Lewat abdomen
 Bedah Caesar : bila ada indikasi obstetri yang jelas,
misalnya kematian janin dalam rahim pada plasenta
previa totalis
 Laparotomi : pada kasus ruptura uteri untuk mengambil
anak dilanjutkan dengan histerektomi/histerorafi.
Ad vitam : dubia ad bonam
9. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
10. Tingkat Evidens I / II / III / IV
11. Tingkat Rekomendais A/B/C
12. Penelaah Kritis SMF Obgyn fetomaternal
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
13. Indikator Medis
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Patologianatomi
14. Kepustakaan 1. Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. KematianJanin, 2006
2. Mochtar R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif dan Obstetri
Sosial, 1998
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. 2005

Anda mungkin juga menyukai