Anda di halaman 1dari 7

SEHAT JASMANI DAN ROHANI DENGAN PUASA

Kaum Muslimin Rahimakumullah Kita semua sudah memaklumi bahwa tujuan Allah menci
ptakan kita semua, manusia adalah demi beribadah kepadaNya, bukan karena Allah d
iuntungkan dengan ibadah tersebut. Dia Mahakaya, tidak memerlukan apa pun dari k
ita meskipun itu ibadah dan ketaatan, akan tetapi kewajiban ibadah tersebut adal
ah demi kemaslahatan dan kebaikan diri kita sendiri. Kitalah sebenarnya yang mem
erlukannya, karena jika tidak, maka apa yang membedakan kita dengan hewan? Ini h
arus diyakini oleh setiap Muslim, karena dengan keyakinan yang demikian, dia aka
n terlecut untuk taat dan beribadah, karena dia sendirilah yang akan menikmati b
uahnya hari ini atau esok. Ini juga berarti bahwa tidak ada ibadah apa pun yang
diperin-tahkan atau dianjurkan oleh Allah kecuali ia menyimpan kebaikan-kebaikan
dan kemaslahatan-kemaslahatan. Ini pasti, baik kemasla-hatan tersebut bersifat
murni maupun bersifat dominan. Hal ini kita ketahui karena peletak syariat tidak
hanya sekali atau dua kali menjelaskannya, baik secara global ataupun detail di
tambah daya pikir dan nalar yang merupakan kemampuan kita sebagai manusia, kalau
pun misalnya peletak syariat tidak menjelaskan sementara daya pikir dan nalar ki
ta tidak mampu menangkap, tidak berarti bahwa ia kosong dari kemaslahatan sama s
ekali, ia tetap mengandung kemaslahatan, hanya saja daya pikir dan nalar kita te
rbatas untuk dapat menangkapnya, karena dasar kita sebagai manusia memang penuh
dengan keterbatasan. Kaum Muslimin Rahimakumullah Salah satu ibadah yang sarat d
engan kebaikan dan kemasla-hatan adalah shaum (puasa). Kemaslahatan puasa ini ti
dak terbatas pada tempat dan waktu, ia menembus segala masa. Karenanya, hikmah A
llah menuntut diberlakukannya puasa kepada semua umat, umat ini dan umat-umat se
belumnya. Firman Allah Taala:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajib
kan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah: 183)

Ya, ketakwaan yang merupakan target dari puasa adalah induk dari segala bentuk k
ebaikan. Pertanyaannya, kebaikan-kebaikan apakah yang mungkin diraih dengan puas
a di mana targetnya adalah takwa? Pertama: Keikhlasan Puasa mendidik keikhlasan,
kebersihan, dan ketulusan niat beribadah. Ini sangat penting, karena ia meru-pa
kan salah satu syarat diterimanya ibadah oleh Allah Ta ala . Karena puasa adalah
menahan, meninggalkan, dan tidak melakukan sesuatu, maka salah satu cirinya ada
lah kerahasiaan. Kita tidak mengetahui, si ini puasa atau tidak, kalau yang bers
angkutan tidak berbicara. Ibadah rahasia lebih dekat kepada keikhlasan, oleh kar
ena itu dalam hadits qudsi Allah berfirman:
.
"Dia meninggalkan makannya, minumnya, dan nafsunya demi Aku. Puasa itu untukKu d
an Aku yang akan membalasnya." (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah) Kedua: Muraqab
ah Puasa mendidik sikap merasa diawasi dan dilihat oleh Allah. Karena puasa bers
ifat rahasia, maka mungkin saja seseorang menyendiri di tempat sepi lalu dia mak
an atau minum tanpa seorang pun mengawasi dan mengetahui, akan tetapi hal itu ti
dak dilakukannya, karena puasa mendidiknya bahwa Allah mengawasi dan melihatnya.
Dari sinilah, maka satu hadits Nabi
berkata:

"Puasa itu adalah perisai." (HR. al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah) Peris
ai dari dosa-dosa, karena apabila terbetik suatu dosa di benak pelaku puasa, mak
a dia menyadari bahwa dia berpuasa dan ada yang mengawasi. Inilah derajat ihsan
seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah
ketika menjawab pertanyaan Jibril :
"Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya, kalau-pun kamu tidak m
elihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. al-Bukhari dan Muslim) Kenyata
an membuktikan bahwa kuantitas dosa dan kemaksiatan menurun tajam di masa puasa,
hal ini tidak lain karena dampak positif dari puasa. Kaum Muslimin Rahimakumull
ah Ketiga : Kesabaran Puasa mendidik kesabaran dan menahan diri. Sesuatu yang di
sukai oleh jiwa untuk dihindari, maka hal itu cukup memberatkan, walaupun untuk
sementara waktu, akan tetapi demi tujuannya yang mulia, hal itu kita lakukan. De
ngan meninggalkan perkara-perkara yang pada dasarnya dibolehkan, kita dididik me
ninggalkan perkara-perkara yang tidak dibolehkan, maka beruntunglah pelaku puasa
yang memahami hal ini dan merealisasikannya dalam hidupnya, sehingga puasanya t
idak seperti yang dikatakan oleh Rasulullah :

"Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak mem
butuhkan puasanya dari makan dan minum." (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah) Puas
a memiliki pengaruh besar dalam mengontrol emosi seseorang, seperti yang sudah k
ita sadari bersama, bahwa emosi yang tidak terkontrol, sering menjadi biang pers
oalan yang menyulitkan, maka dari itu Nabi menganjurkan pelaku puasa agar tidak
meladeni orang yang mencela dan mencacinya. Sabda Nabi :

"Apabila di hari salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata kotor
dan gaduh, jika ada orang yang mencacinya atau me-nyerangnya, maka hendaknya di
a berkata, Aku sedang berpuasa." (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Puasa juga memiliki pengaruh yang luar biasa dalam mengontrol nafsu seseorang, o
leh karena itu Nabi
menyarankan para pemuda yang belum mampu menikah untuk berpu
asa, supaya tidak diperbudak oleh nafsu yang menjerumuskannya ke dalam perkara h
aram. Dari Abdullah bin Mas ud
ia berkata:
:
Suatu ketika kami bersama Nabi
lalu beliau bersabda : Wahai para pemuda, barangsi
apa di antara kalian telah mampu, maka hendaknya dia menikah, karena sesungguhny
a menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang
-siapa belum mampu, maka hendaknya dia berpuasa, karena puasa merupakan perisai
baginya. (HR. al-Bukhari dan Muslim) Keempat: Kedermawanan Puasa mengajarkan kede
rmawanan. Rasa lapar dan haus mengingatkan pelaku puasa terhadap saudara-saudara
nya yang selalu lapar, karena memang tidak mempunyai apa yang cukup untuk dimaka
n. Dalam kondisi tersebut, apabila dia mempunyai kelebihan rizki, niscaya dia ak
an menyalurkannya kepada yang membutuhkan. Di sinilah muncul empati sosial terha
dap penderitaan lapar yang dirasakan sebagian orang lalu diikuti dengan tindakan
nyata. Inilah salah satu bentuk keteladanan yang ditunjukkan oleh Rasulullah . D
ari Ibnu Abbas , ia berkata:
"Rasulullah
adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan di Bula
n Ramadhan pada saat Jibril menemui beliau, Jibril menemui Nabi setiap malam pad
a Bulan Ramadhan lalu mem-bacakan al-Qur`an kepada beliau. Ketika ditemui Jibril
, Rasulullah benar-benar lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhe
mbus." (HR. AlBukhari)

Kaum Muslimin Rahimakumullah Selain puasa mendidik empat perkara di atas kepada
pelakunya, ia juga memberikan kebahagiaan kepadanya, tidak tanggung-tanggung keb
ahagiaan ini diraih pada saat di mana ia benar-benar dibutuhkan. Pertama: Kebaha
giaan terhadap puasa sebagai kaffarat (pelebur) dosa-dosa. Hal ini seperti dalam
kaffarat zhihar, membunuh karena salah, melanggar sumpah, begitu pula dalam haj
i; haji tamattu atau qiran yang tidak mampu menyembelih hadyu, dia berpuasa, mu
hrim (orang yang sedang berihram) yang membunuh binatang buruan atau mencukur ra
mbut sebelum waktunya, salah satu kaffaratnya adalah puasa. Dosa menyebabkan kec
emasan dan ketakutan karena akibatnya yang buruk, manakala disediakan peleburnya
, berarti kecemasan tersebut akan teratasi, pelakunya pun tenang dan berbahagia,
sama halnya dengan peminum racun yang membahayakan, ketika penawarnya ditemukan
, dia akan senang sekali. Nabi
bersabda :
.
"Fitnah (pelanggaran) seseorang kepada keluarga, harta, anak, dan tetangganya di
lebur dengan shalat, puasa dan sedekah." (HR. al-Bukhari dari Hudzaifah bin al-Y
aman) Kedua: Kebahagiaan terhadap puasa sebagai pemberi syafa at. Ini terjadi di
Hari Kiamat di mana segala hubungan di antara manusia terputus, tidak ada bantu
an dan pertolongan, padahal ia sangat dibutuhkan. Dalam kondisi tersebut, puasa
hadir sebagai pemberi syafa at. Nabi
bersabda:
.
"Puasa dan al-Qur`an akan memberi syafa at kepada seorang hamba pada Hari Kiamat
. Puasa berkata, Ya Rabbi, aku telah menghala-nginya dari makan dan syahwatnya
di siang hari, maka izinkan aku memberi syafa at kepadanya. Al-Qur`an berkata,
Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku mem-beri sy
afa at kepadanya . (HR. Ahmad dari Ibnu Umar) Ketiga: Kebahagiaan di saat berbuka
, lebih dari itu adalah kebahagiaan terhadap puasa yang dengannya seorang Muslim
bertemu Allah. Nabi bersabda :
.
"Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan yang dinikmati-nya. Apabila dia b
erbuka puasa dia berbahagia dan apabila dia ber-temu Rabb-nya, dia berbahagia de
ngan puasanya. (HR. al-Bukhari dan Muslim) Keempat: Kebahagiaan terhadap puasa se
bagai pengantar ke Surga dan pelindung dari Neraka. Lebih dari itu disediakan pi
ntu khusus di Surga yang bernama Rayyan, hanya orang-orang yang berpuasalah yang
dipanggil darinya.
:
Dari Sahal
dari Nabi , beliau bersabda: Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pint
u yang dikenal dengan ar-Rayyan, dari-nya orang-orang yang berpuasa masuk Surga
pada Hari

Kiamat, selain mereka tidak masuk darinya. Dikatakan, Di mana orang-orang yang
berpuasa? Lalu mereka berdiri, tidak seorang pun masuk bersama mereka, jika mer
eka masuk, maka ia ditutup, maka tidak seorang pun masuk darinya. (HR. al-Bukhari
)
.
KHUTBAH KEDUA
Kaum Muslimin Rahimakumullah Di khutbah pertama telah kita ketahui bersama bahwa
puasa mendidik ketakwaan dan memberi kebahagiaan kepada pelakunya. Adakah keter
kaitan antara ketakwaan dengan kebahagiaan? Erat sekali. Ketakwaan adalah modal
utama kebahagiaan, karena ketak-waan berarti berbuat baik dengan dilandasi iman,
sementara kebahagiaan adalah hilangnya ketakutan dan kesedihan. Ini hanya dirai
h oleh orang yang bertakwa. Firman Allah Ta ala:
"Maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidak-lah ada kekhawat
iran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-A raf: 35) Dari
ayat ini seorang penyair berkata :
Menurutku kebahagiaan bukan dengan harta yang banyak Akan tetapi orang yang bert
akwalah orang yang berbahagia Kaum Muslimin Rahimakumullah Di samping kebaikan-k
ebaikan puasa di atas, di mana semua itu kembali kepada sisi rohani, puasa juga
mempunyai kebaikan-kebaikan dari sisi jasmani, makanan di satu sisi dibutuhkan o
leh tubuh, karena ia bermanfaat baginya, akan tetapi di sisi lain ia bisa menjad
i sumber penyakit bagi tubuh, lebih-lebih apabila ia tidak terkontrol dengan bai
k. Berapa banyak penyakit berbahaya diakibat-kan oleh makanan: darah tinggi yang
dipicu oleh lemak dan kolesterol yang terkandung di dalam makanan, penyakit gul
a yang dipicu oleh asupan gula yang terlalu tinggi ke dalam tubuh, dan masih ban
yak lagi penyakit-penyakit lainnya yang dipicu oleh makanan. Nabi telah memperin
gatkan hal tersebut, beliau
bersabda :
.
"Manusia tidak mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya."(HR. at-Tirmid
zi)

Di sinilah peran puasa sebagai kontrol dan penyeimbang makanan, sehingga ia bisa
meminimalkan sisi buruknya dan mengoptimalkan sisi baiknya. Dengan puasa, alira
n darah di dalam tubuh menurun, karena pemicunya yaitu makanan, untuk sementara
di-hentikan dan ini sangat membantu penderita penyakit darah tinggi. Tubuh manus
ia tidak ubahnya seperti mesin, khususnya perut, yaitu usus-usus dan jaringan pe
ncernaan, kalau mesin memerlukan waktu rehat demi kebaikannya, maka tubuh juga d
emikian, dengan puasa, kita telah memberikan hak istirahat kepadanya, ia pun mem
bersihkan dirinya dari endapan sisa-sisa makanan, lemak, dan lain-lainnya yang m
ungkin tertinggal di dalam usus, dan pada saat ia dibutuhkan untuk bekerja, maka
ia pun bekerja dalam kondisi fresh. Puasa juga bermanfaat membantu perokok meng
hentikan rokok. Kita semua mengetahui bahwa rokok sangat membahayakan penghisapn
ya dan orang-orang di sekitarnya, bahkan produsennya pun telah menulis bahayanya
di bungkusnya, ia memicu berbagai penyakit berat. Hal ini sudah tidak menjadi p
erdebatan lagi, di samping ia sama dengan membuang-buang harta. Selama puasa, ku
rang lebih empat belas jam perokok bisa tidak merokok. Ini menunjukkan bahwa seb
enarnya mereka mampu tidak merokok, hanya saja nafsulah yang telah mengalahkan m
ereka. Kaum Muslimin Rahimakumullah Melihat kebaikan-kebaikan puasa di atas, kha
tib teringat Fir-man Allah Ta ala :
"Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Al-Baqarah: 184) Juga sa
bda Nabi , "Puasa adalah perisai." Perisai dari apa? Nabi tidak menjelaskannya se
cara langsung. Ucapan seperti ini menunjukkan keumuman. Jadi ia adalah perisai d
ari dosa, maksiat, neraka, penyakit, dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.
Dikutip dengan beberapa penyesuaian dari buku : kumpulan Khutbah Jumat Pilihan Se
tahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai