Anda di halaman 1dari 2

Pelajaran di Hari Bertemu Dua Pasukan

Tanggal 17 Ramadhan 2 H terjadi peristiwa perang Badar. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutnya
sebagai hari al-furqan (pemisah antara al-haq dan al-bathil). Peristiwa itu adalah peristiwa pertama
bertemu antara pasukan Islam dan syirik, antara kebaikan dan keburukan, dan antara al-haq dan al-
bathil. Untuk peristiwa-peristiwa besar seperti ini, Allah memerintahkan agar umat Islam selalu
mengingat hari itu untuk diambil sebagai pelajaran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah! Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS Ibrahim:
5)
Saudaraku yang dirahmati Allah, di tengah terik matahari yang panas ketika berpuasa dalam
keadaan lelah dan diliputi kesempitan hidup, perut kosong, tidak berbaju, dan tidak beralas kaki,
mereka menuju Badar untuk mengambil kembali harta mereka yang dirampas orang-orang Quraisy
di Mekah ketika mereka tinggal hijrah ke Madinah, bukan untuk berperang. Akan tetapi Allah
berkehendak lain. Allah menghendaki umat Islam menghadapi pasukan bersenjata. Allah berfirman,
“(Ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepada kalian salah satu dari dua golongan yang akan
kalian hadapi. Dan kalian ingin menghadapi yang tidak mempunyai kekuatan senjata. Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-
orang kafir.” (QS Al-Anfal: 7)
Di bumi pertempuran, Rasulullah bersabda kepada para sahabat, “Wahai manusia, berikanlah saran
untukku!” Beliau mengucapkan itu kepada muhajirin.
Maka berdiri Al-Miqdad bin Amer dan berkata, “Majulah bersama kami, wahai Rasulullah untuk
melaksanakan perintah Allah. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada engkau seperti ucapan
Bani Israil kepada Nabi Musa, ‘Pergilah engkau bersama Rabbmu dan berperanglah! Sesungguhnya
kami menunggu di sini.’ Akan tetapi kami berkata, ‘Pergilah engkau dan Rabbmu dan
berperanglah! Sesungguhnya kami akan berperang bersama kalian berdua.’”
Rasulullah sangat gembira dengan jawaban itu dan berkata untuk kedua kalinya, “Wahai kaum,
berikanlah saran untukku!”
Maka Sa’ad bin Mu’adz dari kalangan Anshar berkata, “Demi Allah, seolah-olah engkau
menginginkan jawaban kami wahai Rasulullah.”
“Benar,” jawab beliau.
“Sungguh kami telah beriman kepadamu dan membenarkanmu. Kami telah bersaksi bahwa apa
yang engkau bawa adalah al-haq. Kami telah memberikan janji dan sumpah untuk mendengar dan
taat kepada engkau. Maka berangkatlah wahai Rasulullah sesuai keinginanmu! Demi Allah yang
telah mengutusmu dengan membawa al-haq, kalau engkau hadapkan kami pada lautan lalu engkau
menyeberanginya maka pasti kami akan ikut menyeberanginya bersamamu. Tidak akan ada seorang
pun diantara kami yang tertinggal. Kami tidak benci berjumpa dengan musuh besok. Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang sabar dalam peperangan, jujur ketika bertemu musuh. Mudah-
mudahan Allah memperlihatkan kepadamu sesuatu yang menyenangkan hatimu. Maka berangkatlah
wahai Rasulullah dengan barakah Allah!”
Maka berseri-seri wajah Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam dan bersabda, “Berangkatlah kalian
dan terimalah kabar gembira karena sesungguhnya Allah ta’ala telah menjanjikan kepadaku salah
satu dari dua kelompok. Demi Allah, seolah-olah aku melihat tempat-tempat bergulat mereka.”
(Sirah Ibnu Hisyam 1/615)
Saudaraku yang dirahmati Allah, pertolongan yang merupakan buah dari iman tidak didapat dengan
semata-mata kekuatan jumlah dan persiapan perang, meskipun ini juga penting. Allah ta’ala
berfirman, “Sungguh Allah telah menolong kalian di perang Badar, padahal waktu itu kalian
dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah agar kalian bersyukur.” (QS Ali
Imran: 123)
Disebabkan iman yang benar yang ada dalam hati kelompok kecil ini, Allah mengatur sendiri
peperangan ini dan mengutus para malaikat-Nya untuk menolong orang-orang yang dicintai-Nya.
Demikianlah yang berlaku pada iman di setiap zaman dan tempat.

Anda mungkin juga menyukai