Anda di halaman 1dari 34

1

Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................. 1


1
Bab 1 : Nama Perang dan Waktu Kejadian............................................... 3
A. Nama Perang ............................................................................................. 3
B. Waktu ........................................................................................................ 4
1. Pendapat Jumhur : Tahun Kelima .......................................................... 4
2. Pendapat Lain : Tahun Keempat ............................................................ 5
Bab 2 : Pihak Lawan ................................................................................ 7
A. Diotaki Yahudi ............................................................................................ 7
B. Menjalin Kekuatan ..................................................................................... 8
1. Musyrikin Mekkah ................................................................................. 8
2. Melebar ke Ghatafan ........................................................................... 10
3. Penggabungan Dua Kekuatan .............................................................. 11
Bab 3 : Pihak Muslimin .......................................................................... 13
A. Informasi dan Musyawarah ..................................................................... 13
B. Kekuatan Yang Tidak Sebanding .............................................................. 14
C. Strategi Bertahan Dalam Madinah .......................................................... 16
2
1. Keuntungan.......................................................................................... 16
2. Kerugian ............................................................................................... 17
3. Mengamankan Wanita dan Anak-anak................................................ 17
D. Usulan Menggali Parit ............................................................................. 18
E. Pembagian Kerja ...................................................................................... 20
F. Penyelesaian Penggalian .......................................................................... 23
Bab 4 : Jalannya Perang ......................................................................... 26
Bab 1 : Nama Perang dan Waktu Kejadian

A. Nama Perang
3
Perang ini cukup unik karena punya dua nama sekaligus, yaitu Perang
Ahzab dan Perang Khandaq.
Disebut Perang Ahzab yang bermakna gabungan dari banyak hizb yang
menjadi satu, karena pada perang ini semua pihak yang bermusuhan dengan
kaum muslimin bersatu padu. Nama Ahzab ini juga menjadi nama surat di
dalam Al-Quran, yaitu surat ke-33 dan memang banyak menyinggung hal-hal
yang terkait dengan perang Ahzab.
ُ ُ َ
ُ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ََٰ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ‫ْ ُ ْ م‬ َ َّ َ َ
‫ولما رأى المؤ ِ نون الأحزاب قالوا هذا ما وعدنا اَّلل ورسوله وصدق اَّلل ورسوله‬
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang
bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. (QS. Al-Ahzab : 22)
4
Sedangkan disebut Perang Khandaq yang berarti parit, karena strategi
bertahan yang digunakan oleh Nabi SAW berupa galian parit yang
memanjang sejauh beberpa kilometer. Parit atau khandaq ini tercatat
sebagai strategi yang belum pernah dikenal sebelumnya di tanah arab.
B. Waktu
1. Pendapat Jumhur : Tahun Kelima
Hampir seluruh ulama ahli tarikh sepakat bahwa Perang Khandak ini
terjadi pada bulan Syawwal tahun kelima hijriyah. Dua bulan setelah Perang
Bani Musthaliq, menurut pendapat yang paling rajih, dengan diselingi
peristiwa tersebarnya fitnah keji yang menimpa ibunda mukminin Aisyah
dalam kasus Haditsul Ifki.
Sementara pendapat lain misalnya Al-Waqidi di dalam klitab Al-Maghazi 5
mengatakan Perang Khandaq ini terjadi pada Hari Selasa, tanggal 8 bulan
DzulQa’dah tahun kelima hijriyah1. Sedangkan Ibnu Saad dalam Thabaqatnya
menyebutkan hasri dimana pasukan musuh dihancurkan adalah pada hari
Rabu bulan Dzulqa’dah tahun kelima hijriyah2.
2. Pendapat Lain : Tahun Keempat
Sedangkan pendapat lain ada yang mengatakan peristiwa itu terjadi pada
tahun keempat. Di antara yang mengatakan demikian adalah Az-Zuhri, Malik

1 Al-Maghazi, 2/440
2 Ath-Thabaqat, 2/65
bin Anas dan Musa bin Aqabah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Bidayah
wa An-Nihayah.3
Namun pendapat ini sebenarnya tidak berbeda, kecuali dari cara 6
menghitungnya saja. Nabi SAW tiba di Madinah bukan di awal tahun hijriyah
tetapi di bulan ketiga yaitu bulan Rabiul-Awal. Namun mereka baru mulai
menghitung tahun pertama sembilan bulan kemudian, yaitu bulan
Muharram tahun depan. Sehingga sembilan bulan itu tidak mereka hitung.
Dan kalau seperti cara menghitungnya, benar bahwa Perang Khandaq itu
terjadi pada tahun keempat.
Namun cara menghitung seperti kurang lazim digunakan oleh
kebanyakan ulama. Mereka umumnya tetap menghitung bulan dimana Nabi
SAW tiba di Madinah yaitu bulan Rabiul Awal itu sebagai tahun pertama.

3 Al-Bidayah wa An-Nihayah 4,105


7
Bab 2 : Pihak Lawan

A. Diotaki Yahudi
Yang jadi otak perang Ahzab ini sebenarnya kelompok Yahudi Madinah,
yang semakin hari semakin merasa gerah dan blingsatan dengan
perkembangan kemajuan kaum muslimin. Mereka selalu memikirkan
bagaimana caranya memukul kaum muslimin dengan meminjam tangan
orang lain. Sebab kalau harus berhadap-hadapan langsung, nyali mereka
yang tidak seberapa itu memang tidak siap.
Setelah berhasil diusir dari Madinah, nampaknya kelompok Yahudi Bani
Nadhir masih sakit hati dan menyimpan dendam kesumat yang tidak
tertahankan. Mau melawan secara senjata, kalah jumlah, juga kalah
peralatan, sekaligus kalah mental. Maka yang mereka lakukan adalah
8
mencari-cari kesempatan melakukan serangan dengan membayar kelompok
Arab non muslim yang memang mudah diprovokasi untuk angkat senjata.
Ketika diusir dari Madinah, Yahudi Nabi Nadhir ini rupanya ditampung
oleh sesama Yahudi di beberapa wilayah yang terpisah. Sebagiannya pergi
ke Khaibar, wilayah yang memang banyak komunitas yahudinya, selain juga
wilayah subur penghasil kurma.
B. Menjalin Kekuatan
1. Musyrikin Mekkah
Langkah awalnya dimulai oleh beberapa orang dari Bani Nadhir dan dari
Bani Wa'il pergi mendatangi kaum Quraisy di Makkah. Mereka mengajak
kaum Quraisy untuk memerangi Nabi. Mereka adalah seperti Sallam bin abil
Huqaiq, Hayyi bin Akhtab, Kinanah bin abil Huqaiq, Hauzah bin Qais al-Wa’iliy
dan Abu Ammar al-Wa’iliy.
9
Padahal kaum Quraisy sudah pernah mencobanya, menyalakan api
peperangan, tetapi mereka kalah dan jera, lalu meninggalkannya. Utusan
kaum Yahudi menggambarkannya sebagai sesuatu yang indah dan mudah
dilakukan dan mereka mengatakan: "Kami pasti akan ikut bersama kalian,
sehingga kita dapat menghabiskan musuh hingga ke akar-akarnya."
Ucapan ini membuat kaum Quraisy tersanjung dan dengan penuh
semangat mereka menyambut ajakan kaum Yahudi. Mereka juga
meyakinkan kaum Quraisy dengan mengatakan, “Agama kalian itu lebih baik
daripada agama Muhammad.”
Tentang orang-orang inilah, Allah SWT berfirman
ُ َ
ُ َ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ ُ َّ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ً َ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ
‫وت ويقولون ِلل ِذين كفروا‬ ِ ‫اب يؤ ِمنون ِب‬
ِ ‫الجب ِت والطاغ‬ ِ ‫ألم تر ِإلى ال ِذين أوتوا ن ِصيبا ِمن ال ِكت‬
ً َ ُ َ َ َّ َ َٰ َ ْ َ َ ُ ََٰ
‫اء أهدى ِمن ال ِذين آمنوا س ِبيلا‬ ِ ‫هؤل‬ 10
Apakah kamu tidak memperthatikan orang orang yang diberi bagian dari
kitab, mereka mengimani sesembahan selain Allah dan thagut, serta
mengatakan kepada orang kafir(musyrik Mekah) bahwa jalan mereka
lebih benar dari pada orang orang beriman. (QS. An-Nisa’:51)
2. Melebar ke Ghatafan
Kemudian berangkatlah delegasi tersebut mendatangi Ghathfan dan
mengajak mereka untuk rencana tersebut. Delegasi itu berkeliling ke
perkampungan suku-suku Arab dan memaparkan rencana penyerangan
Madinah dan persetujuan Quraisy terhadap rencana tersebut.
Kesepakatan militer tersebut akhirnya sempurna. Suku Quraisy, warga
Yahudi dan Suku Ghathfan merupakan anggota utamanya. Mereka sepakat
untuk beberapa persyaratan; di antaranya yang terpenting adalah:
11
Pertama : Suku Ghathfan bergabung pada Jaisyul Ittihád (Pasukan
Gabungan) atau Askarul Hulafo (Pasukan Sekutu) dengan 6.000 prajurit.
Kedua : Warga Yahudi membayar kepada Suku Ghathfan seluruh hasil
panen kurma Khaibar dalam waktu satu tahun.
3. Penggabungan Dua Kekuatan
Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa jumlah pasukan sekutu adalah sepuluh
ribu pasukan yang terdiri dari kaum musyrik Quraisy, qabilah Gathafan
beserta qabilah-qabilah yang ikut bergabung bersama mereka.
Oleh karena pasukan orang-orang kafir ini terdiri dari berbagai kelompok,
maka peperangan ini disebut juga dengan perang Ahzab (beberapa
kelompok).
12
Komando tertinggi dipegang oleh Abu sufyan. Sementara pasukan kaum
Muslimin hanya berjumlah tiga ribu saja dan bisa jadi jumlah musuh melebihi
jumlah seluruh Madinah kala itu. Suku Quraisy mengumpulkan 4.000 prajurit
dan Suku Ghathfan 6.000 prajurit, sehingga jumlah keseluruhan adalah
10.000 prajurit. Pasukan dipimpin oleh Abu Sufyan.
Bab 3 : Pihak Muslimin

A. Informasi dan Musyawarah


13
Setiap peperangan selalu diawali dengan kabar yang masuk dari inteligen
dan mata-mata yang telah disebar sebelumnya oleh Nabi SAW. Dari
informasi itu nanti Nabi SAW yang menentukan strategi macam apa yang
akan digunakan.
Terkadang strategi itu sengaja ditutup rapat oleh Nabi SAW, tanpa satu
pun dari pasukan yang mengetahui. Mereka hanya tahu bahwa akan terjadi
perang, karena itu mereka bersiap bahkan pasukan digerakkan ke luar
Madinah. Namun belum tentu mereka tahu akan berjalan kemana dan
perang melawan siapa.
Namun untuk informasi yang satu ini, yaitu Perang Ahzab, nampaknya
Nabi SAW tidak merahasiakan strateginya, bahkan Beliau SAW mengajak
beberapa shahabat untuk bermusyawarah.
14
B. Kekuatan Yang Tidak Sebanding
Ketika Nabi mendengar rencana penyerbuan ke Madinah dan persiapan
pasukan untuk membinasakan umat Islam, tahulah para shahabat bahwa
dari segi jumlah kekuatan kedua belah pihak amat tidak berimbang.
Pasukan lawan berjumlah 10 ribu orang adalah jumlah pasukan kafir
terbesar yang pernah disiapkan. Padahal saat Perang Badar, jumlah lawan
hanya seribu orang, sedangkan dalam Perang Uhud jumlah mereka tiga ribu
orang. Hanya dalam dua tahun, tiba-tiba kekuatan lawan sudah berkembang
tiga kali lipatnya.
Ini adalah kekuatan yang tidak main-main, karena merupakan gabungan
dari banyak pihak, yang semuanya sama-sama memusuhi kaum muslimin.
Mereka seperti menggunakan istilah : enemy of my enemi is my friend.
15
Sementara jumlah pasukan umat Islam di Madinah masih amat terbatas.
Setelah dihitung-hitung dan didata ulang, jumlah mereka tidak akan lebih
dari 3 ribu prajurit saja.
Dengan keadaan yang amat tidak berimbang macam itu, nampaknya
bukan ide bagus untuk menyongsong lawan di medan laga. Sebab secara
hitung-hitungan, pasukan muslimin akan sangat kewalahan bahkan boleh
jadi bisa kalah telak dalam waktu singkat.
Tentu Nabi SAW dan para shahabat tidak mau dikalahkan begitu saja di
tengah padang pasir lewat perang terbuka. Karena itu harus dipikirkan tehnik
lain yang lebih menguntungkan.
C. Strategi Bertahan Dalam Madinah
Alternatifnya adalah menjalankan strategi perang dengan tehnik bertahan
di dalam kota. Cara inilah yang sering digunakan oleh kelompok Yahudi 16
setiap kali diserbu. Mereka punya benteng yang kuat dan dapat melindungi
mereka dari serbuan pihak luar. Dan secara teknis dengan berlindung di
benteng yang kokoh, mereka tidak melakukan apa-apa. Tidak mengayunkan
pedang atau bertempur, mereka hanya nganggur saja sambil enak-enakan
makan minum.
Nampaknya strategi bertahan di dalam kota cukup menjanjikan, kecuali
bahwa kaum muslimin di Madinah tidak punya benteng kokoh sebagaimana
milik kalangan Yahudi.
1. Keuntungan
Perang dalam kota ini ada keuntungan sekaligus kerugian.
Keuntungannya, secara persiapan tidak terlalu banyak. Tidak perlu
menyiapkan perbekalan, karena kita berada di rumah sendiri. Juga tidak
perlu menyiapkan kendaraan seperti kuda atau unta, karena kita tidak
kemana-kemana, ada di rumah sendiri. Selain itu yang pasti kita amat
menguasai medan pertempuran, karena medannya adalah rumah dan
17
kampung kita sendiri.
2. Kerugian
Namun strategi bertahan di dalam kota ini juga punya resiko kerugian.
Yang paling utama tentu saja apabila benteng pertahanannya bisa dijebol,
sehingga lawan bisa merengsek masuk.
3. Mengamankan Wanita dan Anak-anak
Antisipasinya selain dengan memperkuat benteng pertahanan, juga
dengan cara mengamankan anak-anak dan para wanita. Mereka harus
diungsikan terlebih dahulu di tempat yang aman di luar kota secara diam-
diam dan rahasia yaitu di salah satu benteng terkuat di Madinah milik Bani
Haritsah.
Ibaratnya dibuat sistem pertahanan berlapis, bila benteng pertama bisa 18
ditembus, maka anak-anak dan wanita sudah dipindahkan terlebihi dahulu
sehingga mereka dalam posisi yang tetap aman.
D. Usulan Menggali Parit
Sebenarnya secara alami, posisi kota Madinah kala itu cukup terlindungi
dengan adanya bukit dan gunung yang seakan menjadi benteng alami yang
sudah tersedia sebelumnya.
Namun mengingat jumlah lawan yang sedemikian besar, gunung-gunung
di Madinah itu kurang rapat melindungi mereka, masih ada beberapa celah
yang bisa diterobos lawan. Sehingga bagaimana menjaga agar celah itu tidak
diterobos lawan, menjadi pe-er tersendiri bagi Nabi SAW dan para shahabat.
Lalu muncul ide dan usulan dari Salman al-Farisy radhiyallahuanhu. Beliau
bercerita tentang pengalamannya ketika tinggal di Persia berperang dengan
cara menggali parit sebagai benteng. Karena itu Beliau usulkan agar kaum
muslimin menggali parit di sebelah utara Madinah yang merupakan satu
19
satunya jalan terbuka yang bisa di lewati musuh apabila ingin memasuki kota
Madinah.
Salman berkata, "Ya Rasulullah. Sesungguhnya saat kami di negeri Persia,
ketika khawatir terhadap serangan pasukan musuh, kami membuat parit
untuk melindungi kami."
Tentu saja ini merupakan ide brilian, sehingga langsung disetujui oleh Nabi
SAW dan para sahabat lainnya. Setelah mencapai kata mufakat, akhirnya
penggalian khandaq (parit) pun dimulai. Inilah penggalian parit pertama
dalam sejarah Arab. Lokasi penggalian parit di tanah datar yang terletak di
sebelah barat laut Madinah.
Panjang bentangan parit adalah 5.544 meter dan lebarnya 4-5 meter
dengan kedalaman rata-rata 3 meter. Parit ini menghubungkan Harrah
Waqim dan Harrah Al-Wabrah, terbentang dari utara hingga selatan
Madinah.
20
E. Pembagian Kerja
Nabi membagi pekerjaan penggalian parit kepada para sahabat. Setiap
sepuluh orang sahabat menggali 40 hasta. Panjang parit mencapai sekitar
5.000 hasta dengan kedalaman 7 sampai 10 hasta dan lebar lebih dari 9
hasta.
Nabi ikut bekerja menggali parit sambil mendorong umat Islam untuk
mencari pahala. Umat Islam pun bekerja menggali parit bersama Nabi
Mereka bekerja keras melakukan penggalian. Saat itu suasana sangat dingin.
Mereka tidak mendapatkan makanan berlebih, kecuali sekedar menutup
hajat untuk mengganjal perut. Dan kadang, mereka tidak mendapatkannya
sama sekali.
Para shahabat sangat bersemangat dan antusias menggali parit karena 21
Rasûlullah juga ikut bersama mereka dan tidak jarang mereka meminta
bantuan Nabi SAW untuk memecahkan batu batu besar yang tidak sanggup
mereka pecahkan.
Untuk memompa semangat para shahabat, Nabi SAW berkali-kali
melantunkan sya’ir yang kemudian dijawab oleh para shahabat. Seorang
shahabat al-Barra` bin Azib bercerita, “Pada waktu perang Ahzab atau
Khandaq, aku melihat Rasalullah mengangkat tanah parit, sehingga debu-
debu itu menutupi kulit beliau dari (pandangan) ku. Saat itu beliau SAW
bersenandung dengan bait-bait syair yang pernah diucapkan oleh Ibnu
Rawahah, sambil mengangkat tanah beliau bersenandung :
َّْ َ َ َ ْ ّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َْ َ ‫م‬
‫َولا تصدقنا َولا صلينا‬ َّ
‫ُهّللا لولا أنت ما اهتدينا‬

َ ْ َ َ ْ َ َ َْ ْ ْ ّ َ َ َََْ ًَ ْ َ ََْ
َ
‫فأن ِزلن س ِكينة علينا وثبت الأقدام إن لاقينا‬ 22
َ َ
ََْ ً َ ْ ُ َ ْ َ َََْ ْ ََ ّ
‫إنا الألى قد بغوا علينا و ِإن أرادوا ِفتنة أبينا‬

Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan


mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan
shalat, Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-
kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang
musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka
menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.’
Beliau menyenandungkan bait-bait itu sambil mengeraskan suara diakhir.
Para shahabat pun tidak mau tertinggal, maka syair itu berbalas:
ً ََ َْ ََ َ َ ْ َ َ ً َ ُ ْ ُ َ َ ْ َّ ُ ْ َ
‫نحن ال ِذين ب َايعوا محَّمدا على ا ِلإسلا ِم مابقينا أبدا‬
َ

Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk 23


setia kepada Islam selama kami masih hidup
Ucapan ini di jawab oleh Rasûlullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
do’a :

‫اج َر ِة‬ َ ‫ُهّللا إَّن ُه َلا َخ ْي َر إَّلا َخ ْي ُر الآخ َرة َف َبار ْك في الأَ ْن َصار َو ْال ُم‬
‫ه‬ َُّ
َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Ya, Allah sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat maka
berikanlah berkah kepada kaum Anshar dan Muhajirin[9]
F. Penyelesaian Penggalian
Karena keikut-sertaan seluruh kaum muslimin Madinah yang dengan
serius dan sungguh-sungguh bekerjanya, akhirnya dalam waktu singkat
penggalian parit sepanjang 5 km itu bisa diselesaikan. Beberapa pengamat
sejarah menyebutkan penggalian bisa dikebut dalam waktu enam hari.
Namun sebagian lain mengatakan bahwa waktu penggalan jauh lebih lama
dari itu, yaitu sekitar 24 hari.4
24
Sehingga ketika tiba saatnya pasukan Ahzab tiba di Madinah pada 31
Maret 627 Masehi, mereka dikejutkan dengan parit-parit yang mengelilingi
wilayah utara hingga selatan kota Madinah.
Pasukan sekutu tidak mampu menembus parit yang telah dibuat kaum
Muslimin. Selama 27 hari mencari cara untuk menembusnya, akhirnya
mereka menyerah.

4 As-Sîrah Nabawiyah fi Dhau’il Mashadiril Ashliyyah, hlm. 447


Namun ada satu orang dari pasukan sekutu yang mampu menembus parit
buatan kaum Muslimin. Dia adalah Amr bin Wadd, seorang pejuang yang
diriwayatkan memiliki kekuatan setara dengan 100 orang.
25
Amr bin Wadd kemudian menembus parit dan bertarung secara langsung
dengan Ali bin Abi Thalib. Pertarungan berlangsung sengit. Ali berhasil
mengalahkan Amr bin Wadd.
Bab 4 : Jalannya Perang

Pasukan muslimin bersiaga di arah Timur menyandarkan punggung


mereka ke gunung Sala’. Jumlah mereka sebanyak 3.000 orang. Sementara
26
pasukan Quraisy berhenti di lembah Majma’ al-Asyal, kemudian Ghathafan
berhenti di dekat gunung Uhud. Antara kedua pasukan dipisahkan oleh
Khandaq yang digali oleh kaum muslimin.
Kafir Quraiys tidak bisa melakukan serangan langsung, mereka hanya bisa
melemparkan anak panah dari luar parit. Setelah waktu yang cukup lama,
sekelompok kaum Quraisy berhasil menerobos melewati parit. Di antara
mereka adalah Ikrimah bin Abi Jahal, Amr bin Wudd, dan beberapa orang
yang lain. Namun mereka berhasil dikalahkan dan sebagian lagi melarikan
diri.
Pertempuran dan saling lempar panah berlangsung sehari penuh,
sehingga kaum muslimin tidak bisa melaksanakan salat pada hari itu, dan di
qadha pada hari berikutnya.
27
Rasul lalu menugaskan beberapa orang untuk menjaga Khandaq pada
malam hari, agar musuh tidak bisa menerjang masuk. Rasulullah sendiri juga
turut berjaga dari sebuah celah pada malam yang sangat dingin.
Rasul kemudian memberikan khabar kepada para sahabat bahwa mereka
akan mendapat pertolongan dan kemenangan. Mendengar khabar dari
Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan,
“…Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu
daya”. (Q.S. al-Ahzab [33] : 12).
Orang-orang munafik justru meminta kepada Nabi untuk pulang ke
Madinah. Allah berfirman,
“…dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali
pulang) dengan berkata: “Sesungguhnya rumah-rumah Kami terbuka
(tidak ada penjaga)”. Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka,
mereka tidak lain hanya hendak lari.” (Q.S. al-Ahzab [33] : 13).
28
Pengkhianatan kaum munafik menambah berat kondisi kaum musimin,
selain pengepungan yang membuat ekonomi Madinah semakin sulit,
ditambah lagi dengan berita yang mereka dengar bahwa Yahudi Bani
Quraidhah yang tinggal di Madinah, mengambil kesempatan untuk
melanggar perjanjian.
Penyebabnya adalah, Huyaiy bin Akhthab, pimpinan Bani Nadhir yang
telah diusir dari Madinah, datang menemui Ka’ab bin As’ad al-Quradhi,
pemimpin Bani Quraidhah. Hauyaiy terus membujuk Ka’ab agar bersedia
melanggar perjanjian damai dengan penduduk Madinah.
Ketika berita tersebut didengar Rasulullah, beliau mengutus Maslamah
bin Aslam bersama dua ratus orang, dan Zaid bin Harisah bersama tiga ratus
orang untuk menjaga kota Madinah, melindungi para wanita dan anak-anak.
29
Ketika bahaya mengancam kaum musimin dari segala penjuru, dari kaum
Quraisy, Yahudi, dan orang-orang munafik. Allah kemudian memberikan
pertolongan dari sisi yang tidak terduga. Tiba-tiba datanglah Nu’aim bin
Mas’ud al-Asyja’i yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Quraiys dan
Yahudi Ghathafan.
Dia berkata, “Wahai Rasulullah! Aku telah memeluk Islam, tanpa
sepengetahuan kuamku. Perintahkan aku untuk melaksanakan tugas
darimu, agar aku bisa membantumu.” Rasul bersabda, “Engkau hanya satu
orang, lakukan apa saja yang bisa engkau lakukan. Sesungguhnya perang
adalah tipu daya”.
Nu’aim kemudian berhasil membujuk Bani Quraidhah. Dia mengingatkan
mereka atas kejadian yang dialami Bani Qainuqa’ dan Bani Nadhir yang diusir
dari Madinah dan harta benda serta rumah mereka yang dirampas. Juga
mengingatkan bahwa Quraisy bukan bagian dari mereka, sewaktu-waktu
30
Quraisy bisa pulang ke Makkah, sementara mereka akan tetap tinggal di
Madinah. Nu’aim mengatakan agar Bani Quraidhah tidak ikut dalam
persekutuan perang tersebut.
Bani Quraidhah menganggap baik pendapat Nu’aim tersebut, dan mereka
menerimanya.
Nu’aim juga berupaya memecah persekutuan pasukan Ahzab dengan
menemui para pembesar Quraisy dan Ghathafan. Nu’aim berkata kepada
kedua kaum tersebut bahwa segenap kaum Yahudi telah menyesali
penghianatan mereka atas Rasullah. Mereka telah mengutus para utusan
untuk menemui Muhammad. Mereka berkata pada Muhammad, “Apakah
engkau rela jika kami menyerahkan beberapa pembesar Quraiys dan
Ghathafan untuk kami serahkan kepadamu, kemudian engkau hukum
mereka? lalu kami akan bersamamu menghadapi orang yang tersisa dari
Qurays dan Ghatafan sehingga bisa menghancurkan mereka semua.”
31
Nu’aim menambahkan, “Jika mereka datang kepada kalian untuk
meminta seorang jaminan, janganlah kalian menyerahkan walaupun hanya
satu orang”.
Ucapan Nua’aim tersebut dipercaya oleh Qurays dan Ghatafan.
Kepercayaan mereka semakin kuat, ketika Yahudi Bani Quraidhah menolak
Quraisy dan Ghatafan untuk segera menyerang Muhammad pada hari Sabat
(Sabtu). Bani Quraidhah mengatakan, “Besok adalah hari Sabtu, kalian telah
mengetahui apa yang menimpa kami karena melakukan pelanggaran pada
hari Sabtu. Karena itu kami tidak akan berperang bersama kalian, sampai
kalian memberikan kami seorang jaminan.”
Dilain tempat, Rasulullah tidak henti-hentinya bermunajat kepada Allah
Saw. Beliau berdoa:
ُ ْ َ ْ ُ ْ ْ َُّ َّ َ َ ْ َ ْ ْ
ْ.‫ص ْر َنا َع َل ْيهم‬ َ
ْ
َ َ َ ْ َ ْ ُ ّ ‫م‬ 32
ِ ‫ وان‬،‫ ُهّللا اه ِزمهم‬،‫ اه ِزم الأحزاب‬،‫اب‬
ِ ‫الحس‬
ِ ‫ س ِريع‬،‫اب‬
ِ ‫ُهّللا من ِزل ال ِكت‬

“Wahai Allah yang menurunkan al-Kitab, yang cepat menghisab, semoga


Engkau mengalahkan pasukan Ahzab (koalisi), wahai Allah! kalahkanlah
mereka, dan tolonglah kami atas mereka”.
Setelah satu bulan Madinah dikepung pasukan Ahzab, Allah kemudian
menurunkan pertolongan berupa angin dan badai yang sangat kencang di
malam yang sangat dingin, manghancurkan dan menerbangkan kemah-
kemah mereka, serta membalik periuk mereka.
Pasukan sekutu Quraisy kemudian memutuskan kembali ke Makkah
dengan tanpa membawa hasil apa pun. Sementara para penghianat Yahudi
bani Quraidhah yang telah dewasa dijatuhi hukuman mati, jumlah mereka
sekitar enam ratus atau tujuh ratus orang.
33

Anda mungkin juga menyukai