Anda di halaman 1dari 3

Syurut Qobulu Syahadatain

Syahadah yang diikrarkan seorang muslim tidak hanya sebagai ibadah lisan yang hanya
diucapkan. Ia juga mencakup sikap dan perbuatan. Di mana syahadah menuntut seseorang
untuk melakukan dan bersikap sesuai dengan tuntunan syahadah tersebut. Dan agar
syahadah diterima serta seseorang mendapatkan apa yang dijanjikan Allah kepadanya
dengan syahadahnya itu, maka ada beberapa syarat yang mesti dimiliki oleh seseorang
yang telah mengikrarkan syahadahnya. Di antaranya adalah:

1. Ilmu yang menolak kebodohan


Seseorang yang bersyahadah mesti memiliki ilmu tentang syahadatnya. Ia
wajib memahami atri dua kalimat ini (Laa Ilaha Illa Allah, Muhammadur
rasulullah) serta bersedia menerima hasil ucapannya. Dari kalimat syahadatain
tersebut maka seorang muslim juga harus memiliki ilmu tentang Allah,
Ma’rifatullah (mengenal Allah), dan ilmu tentang Rasulullah. Mengenal secara baik
terhadap Allah dan Rasul-nya menjadikan seseorang dapat memberikan ketaatan
kepada Allah dan Rasul-nya. Sebaliknya tidak mengenal (bodoh) terhadap Allah
dan Rasul-nya menyebabkan seseorang tidak mampu menunaikan hak-hak Allah
dan Rasul-nya. Allah SWT berfirman dalam surah Muhammad ayat 19: “Maka
ketahuilah bahwa tidak ada tuhan (yang patut di sembah) selain Allah, dan
mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) arang-rang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah maha mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu”.
2. Keyakinan yang menolak keraguan
Syahadah yang diikrarkan juga harus dibarengi dengan keyakinan terhadap
Allah dan Rasul-Nya. Yakni bahwa Allah sebagai pencipta, pemberi rezeki, Ma’bud
(Yang layak disembah), dan lain sebagainya, serta yakin bahwa Rasulullah adalah
nabi terakhir yang di utus Allah. Seseorang yang bersyahadat mesti meyakini
ucapannya sebagai suatu yang diimaninya dengan sepenuh hati tanpa keraguan.
Keyakinan membawa seseorang pada istiqomah dan mendorong seseorang
melakukan konsekuensinya, sedangkan ragu-ragu menimbulkan kemunafikan.
Iman yang benar adalah yang tidak bercampur dengan keraguan sedikitpun tentang
ketauhidan Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah,
mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujurat:15)
Keyakinan kepada Allah menuntut keyakinan kepada firman-Nya yang
tertulis pada kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Allah
menurunkan kitab-kitab itu sebegai petunjuk hidup. Dan diantara ciri mukmin
adalah tidak ragu terhadap kebenaran Kitabullah dan yakin terhadap hari akhir.
3. Keikhlasan yang menolak kesyirikan
Ucapan syahadah mesti diiringi dengan niat yang ikhlas lillahi ta’ala.
ucapan syahadat yang bercampur dengan riya’ atau ada niat lain yang bukan untuk
Allah maka ia akan tertolak. Terlebih lagi ketika niat tauhid terkotori oleh
kesyirikan. Ikhlas dalam bersyahadat merupakan dasar yang paling penting dalam
pelaksanaan syahadat. Syahadat merupakan ibadah, karenanya harus dilakukan
dengan ikhlas. Allah SWT berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
kemurnian ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah
agama yang lurus” (QS. Al-Baiyyinah: 5)
Selain itu, kesyirikan menghapus amal-amal seseorang, berapapun
banyaknya amal itu. Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu. “jika kamu mempersekutukan (tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az-Zumar:
65)
Dan ibadah yang tidak diniatkan dengan ikhlas tidak diterima oleh Allah.
4. As-Shidqu (Benar) yang menolak Kebohongan (Dusta)
Dalam pernyataan syahadat muslim wajib membenarkannya tanpa
dicampuri sedikitpun dusta (bohong). Ash-Shidqu ma’allah mutlak diperlukan
demi menjaga kemurnian tauhid seseorang. Benar adalah landasan iman, sedangkan
dusta adalah landasan kufur. Sikap shiddiq akan menimbulkan ketaatan dan
amanah. Sedangkan dusta akan menimbulkan kemaksiatan dan penghianatan. Dusta
dan berbohong bertentangan dengan nilai kejujuran, membuat keimanan seseorang
ditolak oleh Allah. Ciri-ciri takwa adalah sikap shiddiq (jujur). Sebagaimana firman
Allah Swt:
“Dan orang yang membawa kebenaran (muhammad) dan membenarkannya
mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zumar: 33).
Sedangkan ciri kemunafikan adalah dusta sebagaimana firman Allah:
“ Di antara manusia ada yang mengatakan:
“Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS.
Al-Baqarah: 8-10)
Kebenaran dan kemunafikan diuji melalui cobaan. Untuk dilihat siapa
sesungguhya yang jujur dengan keimannya. Sikap benar mengajak kepada kebaikan
dan kebaikan membawa kita ke surga. Sebalikmya sifat dusta mengajak kepada
keburukan dan keburukan membawa ke neraka. Oleh karena itu, hendaknya
seorang muslim melakukan hal-hal yang sejalan dengan keyakinannya dan
meninggalkan yang meragukannya, sesungguhnya benar itu menenangkan (hati)
sedangkan dusta itu meragu-ragukan.
5. Mahabbah (kecintaan) yang menolak kebencian
Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta.
Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah,
sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini
segala beban akan terasa ringan, tuntunan syahadatain akan dapat dilaksanakan
dengan mudah. Cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama
orang beriman. Allah berfirman:
“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksan (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) (QS. Al-Baqarah :
165)
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menyebabkan datangnya rasa manis
keimanan, sabda Rasulullah saw
“Ada tiga perkara yang barang siapa pada dirinya terdapat perkara itu akan
mendapatkna manisnya iman; mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya
kepada selainnya, mencintai seseorang atau membencinya kerena Allah, dan
membenci pada kekafiran sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke neraka.”
(Muttafaq Alaihi)
6. Menerima yang jauh dari penolakan
Muslim secara mutlak menerima nilai-nilai serta kandungan isi
syahadatnya. Tidak ada keberatan dan tanpa rasa terpaksa sedikitpun. Baginya tidak
ada pilihan lain kecuali kitabullah dan sunnah Rasul. Ia senantiasa patuh dan taat
terhadap perintah Allah dan rasul-Nya. Ciri orang beriman ialah menerima
ketentuan dan perintah Allah tanpa keberatan dan pilihan lain. Sebagaimana firman
Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 36: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin
dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin apabila Allah dan rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilhan (yang lain) tentang
urusan mereka. Dan barang siapa mengdurhakai Allah dan rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”
Ciri mukmin ialah mendengar dan taat terhadap Allah dan rasul dan seluruh
masalah hidup mereka. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) diantara
mereka ialah ucapan. “kami dengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung” (QS An-Nur: 51).

Anda mungkin juga menyukai