Anda di halaman 1dari 7

Sepuluh Pembatal Keislaman Ini adalah terjemahan dari kitab Al-Qaul Al-Mufid fii Adillah At-Tauhid Bab: Nawaqidh

AlIslam Asyarah, karya: Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Wushabi Al-Yamani hafizhahullah-, salah seorang murid dari Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadii -rahimahullah-. Pertama: Kesyirikan (beribadah kepada selain Allah). Allah Taala berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia mengampuni semua dosa di bawah dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh di telah mengadakan dosa yang besar. (QS. An-Nisa:48) Allah Taala berfirman, Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putera Maryam, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan tempatnya adalah di neraka, tidak ada seorangpun penolong bagi orang-orang yang zalim. (QS. Al-Maidah: 72) Kedua: Berpaling dari Islam dengan lebih memilih agama Yahudi, Nashrani, Majusi, Komunis, Sekularis, atau selainnya dari keyakinan yang membawa kekufuran jika dia menyakininya. Allah Taala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut kepada kaum mukminin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah: 54) Allah Taala berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): Kami akan mematuhi kalian dalam beberapa urusan, sedang Allah mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila para malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus amalan-amalan mereka. Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau kami kehendaki, niscaya kami tunjukkan mereka kepada kalian sehingga kalian benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya, dan kalian benar-benar akan mengenal mereka dari kiasankiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kalian. (QS. Muhammad: 25-30) Ketiga: Orang yang tidak mengkafirkan orang kafir baik dari Yahudi, Nashrani, Majusi, orang-orang musyrik, atau orang yang mulhid (Atheis) atau selain itu dari berbagai

macam kekufuran. Atau dia meragukan kekafiran mereka atau dia membenarkan mazhab/ajaran mereka, maka dia telah kafir. Allah Taala berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasulrasulNya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasulrasulNya, dengan mengatakan: Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir dengan sebenar-benarnya kekafiran. Kami Telah menyediakan siksaan yang menghinakan untuk orangorang yang kafir itu. (QS. An-Nisa: 150-151) Keempat: Orang yang meyakini bahwasanya petunjuk selain petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wassallam- lebih sempurna atau meyakini bahwa hukum selain hukum yang dibawa oleh Rasulullah -shallallahualaihi wasallam- lebih baik (daripada petunjuk dan hukum beliau). Seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum thagut daripada hukum yang dibawa oleh Rasulullah -Shallallahualaihi wasallam-. Allah Taala berfirman, Apakah hukum jahiliyah yang mereka inginkan, dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al-Maidah: 50) Allah Taala berfirman, Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85) Kelima: Orang yang membenci apa yang dibawa oleh Rasulullah -shallallahualaihi wasallam-, walaupun dia mengamalkannya. Allah Taala berfirman, Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghilangkan amalan-amalan mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang Allah turunkan maka Allah menghapuskan amalan-amalan mereka. (QS. Muhammad: 8-9) Keenam: Orang yang mengolok-olok (menghina) Allah, Rasul, Al-Quran, agama Islam, malaikat, atau para ulama karena ilmu yang mereka miliki. Atau menghina salah satu syiar dari syiar-syiar Islam seperti, shalat, zakat, puasa, haji, tawaf di Kabah,wukuf di Arafah, atau menghina Masjid, azan, jenggot, atau sunnah-sunnah Rasulullah -shollallahualaihi wasallam lainnya, dan syiar-syiar agama Allah, dan tempat-tempat yang disucikan dalam keyakinan Islam serta yang terdapat keberkahan padanya. Allah Taala berfirman, Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir setelah beriman. Jika kami memaafkan segolongan kalian (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At-Taubah: 65-66) Ketujuh: Sihir, termasuk ash-shorfu (merubah seseorang dari sesuatu yang dicintainya menjadi yang dibencinya) dan al-athfu (mendorong seseorang dari sesuatu yg dibencinya menjadi dicintainya/pelet dan semacamnya, pent.) Allah Taala berfirman, Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal

Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi justru setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut. Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (kepada kamu) sebab itu janganlah kamu kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat memisahkan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak bisa memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberikan mudharat kepada mereka dan tidak pula memberi manfaat kepada mereka. Sungguh mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 102) Kedelapan: Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi kaum muslimin. Allah Taala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti sebagian dari ahli kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang kafir sesudah kalian beriman. Bagaimanakah kalian (bisa sampai) kafir padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian dan Rasul-Nya berada di tengah-tengah kalian? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Ali Imron: 100-101) Kesembilan: Meyakini bahwa ada sebagian manusia yang diberi keleluasaan untuk keluar dari syariat Rasulullah -shollallahu alaihi wasallam-, sebagaimana Nabi Khidir diperbolehkan keluar dari syariat yang dibawa Nabi Musa -alaihissalam-. Allah Taala berfirman, Dan kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui. (QS. Saba: 28) Kesepuluh: Berpaling dari agama Allah Taala, tidak mempelajarinya, dan tidak beramal dengannya. Allah Taala berfirman, Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian dia berpaling darinya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (QS. As-Sajdah: 22) Allah Taala berfirman, Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al-Quran). Barangsiapa yang berpaling dari Al-Quran, maka sesungguhnya dia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalamnya dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat. (QS. Thaha: 99)

Pembatal Keislaman

Diposting oleh Redaksi 30 June 2011 At Tauhid edisi VII/27 Oleh: Yhouga Pratama

Cetak buletin ini Kirim komentar

Salah satu fenomena memprihatinkan yang terjadi pada kaum muslimin di zaman ini adalah, ketika ditanyakan mengenai apa saja yang dapat membatalkan wudhu, apa yang dapat membatalkan shalat, atau apa yang dapat membatalkan puasa, kita dapat dengan mudah menjawabnya. Namun apabila ditanyakan, apa saja yang dapat membatalkan syahadat? Banyak orang yang terdiam seribu bahasa. Padahal, syahadat merupakan rukun pertama dalam Islam. Mengetahui hal pokok seperti ini juga termasuk kewajiban. Berikut ini kami ketengahkan pembahasan mengenai sepuluh pembatal keIslaman. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk menjauhi perkara-perkara tersebut. Pertama. Syirik kepada Allah Taala dalam ibadah Pembatal keIslaman yang pertama dan paling besar ialah syirik kepada Allah Taala. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa di bawah itu (syirik), bagi siapa yang dikehendaki-Nya (QS. An Nisa : 48). Syirik dalam ibadah yaitu memalingkan suatu jenis ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu barangsiapa yang menyembelih, bernadzar, atau sujud kepada selain Allah, begitu pula berdoa dan menyeru kepada orang mati, meminta tolong (istighotsah) kepada makhluk (baik hidup maupun mati) dalam hal-hal yang hanya mampu dilakukan oleh Allah Taala, atau memalingkan ibadah selain itu yang seharusnya hanya ditujukan untuk Allah semata, maka dia telah melakukan syirik akbar yang mengeluarkannya dari millah (agama). Pelakunya, apabila meninggal dalam keadaan belum bertaubat, akan diadzab dalam neraka selamanya. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang mati dan ia menyeru kepada selain Allah (dan belum bertaubat pen), masuk neraka (HR. Bukhari dan Muslim). Kedua, menetapkan adanya perantara antara seseorang dengan Allah, dalam rangka memohon syafaat dan bertawakkal kepadanya. Inilah perbuatan yang teramat subur di negeri kita, Allahul mustaan, bahwasanya orang-orang atau tokoh-tokoh yang mengaku mendakwahkan Islam, justru mengajak manusia untuk meminta syafaat dan mencari perantara dalam berdoa kepada Allah. Jenis perantara yang populer ialah orang-orang shalih yang telah mati. Mereka bernadzar, menyembelih, bahkan thawaf di kuburan orang-orang shalih, dalam rangka memohon syafaat kepada Allah. Padahal, Allah telah berfirman (yang artinya), Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan. (QS. Ghafir : 60), dan Allah tidaklah berfirman, Berdoalah kepadaKu melalui perantara Fulan, atau dengan perantara ini, itu!. Sungguh, inilah keyakinan kaum kafir

Quraisy, yang Allah turunkan Rasul kepada mereka dalam rangka membantah keyakinan sesat tersebut. Allah berfirman (yang artinya), Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya (QS. Az Zumar : 3). Ketiga, tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau ragu dengan kekafiran mereka, atau (bahkan) membenarkan keyakinan mereka. Termasuk dalam hal ini ialah ragu dengan bathilnya agama-agama selain Islam. Inilah propaganda yang kerap dilancarkan oleh pengusung paham pluralisme, yang menghembuskan keragu-raguan dalam diri kaum muslimin. Berkedok jargon bathil Semua agama baik, agenda taqrib (pendekatan) antar agama pun dilancarkan. Padahal, Allah Taala memerintahkan kita untuk meneladani Ibrahim alaihissalam, yang berkata kepada ayahandanya, juga kaumnya, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah (QS. Az Zukhruf : 27). Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan Laa ilaaha illallah, tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah (HR. Bukhari dan Muslim). Keempat, meyakini bahwasanya ada petunjuk selain dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam yang lebih sempurna, atau meyakini bahwa ada hukum yang lebih baik dari hukum beliau. Allah Taala berfirman (yang artinya), Maka demi Rabbmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An Nisa : 65). Petunjuk Nabi ialah petunjuk yang paling sempurna. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan ialah kalamullah (Al Quran), dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam (HR. Muslim). Sebagian dari kaum muslimin, bermudah-mudahan dalam mengkafirkan sesama kaum muslimin yang tidak berhukum dengan hukum Allah, dengan berdalil pada ayat Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir. (QS. Al Maidah : 44). Maka masalah mengkafirkan secara muayyan (personal), perlu dikembalikan kepada para ulama. Masalah ini juga memiliki banyak rincian dan batasan-batasan lebih lanjut. Semoga Allah Taala memberi taufiq kepada para penguasa di negeri-negeri kaum muslimin, untuk berhukum dengan hukum Allah. Kelima, membenci suatu perkara yang merupakan ajaran Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, walaupun ia sendiri mengamalkannya. Perbuatan ini merupakan jenis nifaq itiqadiy (munafik dalam hal keyakinan). Dalilnya ialah firman Allah Taala (yang artinya), Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka membenci apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (QS. Muhammad : 9). Walaupun pelakunya hanya membenci satu saja diantara ajaran Nabi, dan meskipun ia sendiri juga mengamalkannya, maka ia terancam kafir.

Akhir-akhir ini sangat sering kita jumpai kaum muslimin yang menolak syariat, seperti poligami (bahkan dengan terang-terangan berfatwa tentang haramnya poligami), memanjangkan jenggot, dan sunnah-sunnah lainnya. Meskipun untuk memvonis kafir terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, akan tetapi tetap perlu kami ingatkan bahwa perbuatan membenci salah satu ajaran Nabi, merupakan salah satu pembatal keIslaman. Keenam, mengolok-olok salah satu ajaran Rasul shallallaahu alaihi wa sallam, atau mengolokolok pahala atau adzabnya. Allah Taala berfirman (yang artinya) , Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS. At Taubah : 65-66). Beberapa ulama membagi perbuatan istihza (mengolokolok) ke dalam dua jenis (At Tanbihat Al Mukhtasharah, Syaikh Ibrahim Al Khuraishi), Pertama, Al istihza as shariih, mengolok-olok dengan jelas, yaitu dengan lisan. Contohnya perkataan, Memelihara jenggot? Seperti kambing saja!, atau Celananya kok cingkrang mas? Korban banjir apa? Kedua, Al istihza ghairu shariih, jenis ini cakupannya lebih luas, seperti mengejek dengan menjulurkan lidah, memberi isyarat dengan mata, dan sebagainya. Ketujuh, Sihir Dalilnya ialah firman Allah Taala (yang artinya), Sedang keduanya (yaitu malaikat Harut dan Marut) tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir (QS. Al Baqarah : 102). Contoh sihir yang populer di zaman kita ialah santet, pelet, guna-guna, pengasihan, dan sebagainya. Barangsiapa yang mempraktekkan atau menyetujui praktek sihir, maka dia kafir. Kedelapan, mendukung orang-orang musyrik dan membantu mereka memusuhi kaum muslimin. Allah Taala berfirman (yang artinya), Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka (orangorang kafir itu) menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al Maidah : 51). Mendukung orang-orang kafir dalam memusuhi kaum muslimin tidak hanya melalui harta atau tenaga, tetapi juga termasuk andil dalam menyebarkan propaganda mereka seperti pluralisme dan liberalisme, atau ide-ide kufur lainnya. Maka hendaknya kita mewaspadai perbuatan tersebut. Kesembilan, meyakini bahwa sebagian orang bisa keluar dari syariat Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam dengan leluasa. Hal ini bertentangan dengan firman Allah Taala yang menyatakan bahwa syariat telah sempurna, tidak ada lagi penambahan atau pengurangan. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu (QS. Al Maidah : 3). Diantara contoh nyata perbuatan ini, adalah fenomena yang terjadi di sebagian aliran sesat, yang beranggapan apabila seorang muslim telah mencapai derajat makrifat, telah lepas baginya kewajiban-kewajiban seperti shalat, puasa, zakat,

dan kewajiban lain yang menurut mereka hanyalah untuk orang-orang yang baru derajat syariat saja. Waliyadzubillah. Kesepuluh, berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajari dan mengamalkannya. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa (QS. As Sajdah : 22). Mempelajari agama Islam terbagi menjadi dua, yaitu yang hukumnya fardhu ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain yaitu kita dituntut untuk mempelajari pokok-pokok agama, aqidah yang benar, rincian rukun Islam seperti shalat, zakat, puasa. Inilah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Adapun mengetahui rincian ilmu seperti tafsir, ushul fiqh, mustahalah hadits, maka hukumnya fardhu kifayah. Semoga Allah Taala mengaruniakan kita taufiq dalam menuntut ilmu agama. Perlu diketahui bahwa kesepuluh hal ini bukanlah batasan jumlah. Dr. Shalih Al Fauzan menyebutkan bahwa terdapat sekitar 400 perkara yang dapat membatalkan keIslaman, akan tetapi dipilih sepuluh diantaranya yang paling penting dan tersebar bahayanya di negeri kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik untuk menjauhi hal-hal tersebut. (Yhouga Pratama*, banyak mengambil faidah dari Durus fi Syarh Nawaqidh Al Islam, Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan, cetakan Maktabah Ar Rusyd) * Penulis adalah alumnus Mahad al-Ilmi Yogyakarta, menjadi koordinator website dakwah www.muslim.or.id, dan sedang menyelesaikan program Studi S-1 Teknik Sipil UGM Tag: pembatal keislaman, syirik, tauhid

Anda mungkin juga menyukai